16. Berpisah

8.7K 615 13
                                    

Warning!! Banyak Typo.
Terimakasih yang sudah vote dan komen.

Selamat membaca ...


Walau tidak ada kata 'putus' diantara mereka, tapi Tifany sudah yakin bahwa sekarang dirinya memang sudah berpisah dari Revio. Hubunganya sudah kandas, dan hanya menyisakan luka.

Tifany berusaha menjalani kehidupannya yang normal seperti sebelum-sebelumnya dan berusaha melupakan laki-laki itu dan melupakan cintanya.

"Aku lelah Erick, bisakah kita tidak usah bertemu dulu? Aku sedang ingin sendiri" Erick memandang Tifany yang sedang mengurut kepalanya sambil terus menghembuskan nafas.

"Apa kau sakit? Akan kuantar ke dokter. Ayo" Erick tidak peduli dengan usiran halus Tifany. Dia khawatir pada gadis itu.

"Aku tidak apa apa, kau kembalilah ke kantormu. Aku mau pulang saja" Tifany beranjak dari duduknya mengambil tasnya lalu melenggang pergi. Namun ternyata Erick masih nengikutinya.

"Erick jangan ikuti aku" Tifany menghentikan langkahnya lalu menatap kesal pada sahabat lamanya itu.

"Aku antar pulang ya. Dan aku tidak mau kau menolaknya." Erick lalu menggandeng Tifany yang belum mengatakan apapun dan sedikit menyeretnya karena Tifany terlihat enggan berasamanya.

----

"Clara, apa kau tak bosan menggangguku. Jangan datang lagi ke kantorku!!" Ucap Revio frustasi.

"Aku tidak akan bosan mengunjungi kantor calon suamiku Vio. Ini sudah jam makan siang, ayo kita makan siang bersama sayang."

Clara menarik-narik ujung jas Revio dengan manja, yang membuat Revio sedikit risih dengan tingkah gadis itu.

"Berhenti menarik jas ku, kau akan membuatnya kusut! Dan kau bukan calon istriku jadi jangan mengaku-ngaku."

Revio melepaskan tarikan tangan Clara lalu beranjak pergi tanpa memedulikan gadis itu. Clara tak menyerah, dirinya terus mengekor dibelakang Revio.

Revio naik ke mobilnya yang sudah terparkir persis di depan lobby kantornya, dan Clara buru-buru naik ke sisi penumpang agar tak ditinggal Revio.

"Kenapa kau naik ke mobilku??" Ucap Revio sambil memandang dingin ke arah Clara.

"Aku mau makan siang bersamamu." Ucap Clara cuek tanpa melihat kearah Revio dan langsung memakai sabuk pengaman.

Revio mendengus sebal, lalu memakai sabuk pengamannya dan langsung melajukan mobilnya.

Selama perjalanan, Clara selalu berbicara tanpa henti sedangkan Revio hanya cuek tanpa mau repot-repot menanggapi.

------

"Terimakasih Erick, sudah mengantarku."

Walau bagaimanapun pria itu sudah mengantarnya pulang, jadi Tifany sudah seharusnya berterimakasih walau awalnya dirinya enggan diantar.

"Don't mind princess, aku senang bisa mengantarmu."

"Baiklah aku masuk dulu, hati-hati ya."

Setelah Tifany masuk kedalam rumahnya, baru mobil Erick menghilang dari halaman rumah gadis itu.

"Maaf non, tadi nyonya bilang kalau non sudah pulang disuruh nyonya menemui Tuan dan Nyonya di kantor." Ucap Bik Nah, salah satu prt di rumah Tifany.

"Hmm gitu ya bik, yaudah aku langsung ke kantor Ayah aja deh. Makasih ya bik."

"Iya non sama-sama."

Tifany akhirnya menuju ke garasi dan membawa mobilnya sendiri menuju kantor ayahnya.

Selama perjalanan Tifany hanya berpikir, kira kira apa yang ingin dikatakan oleh ayahnya sampai sampai harus pergi ke kantor Ayahnya.

Jika itu masalah mengurus perusahaan kan tidak mungkin, karena Tifany memang tak ingin menjalankan perusahaan ayahnya. Ia hanya ingin mengembangkan Cafe miliknya.

Sudahlah daripada mengira ngira lebih baik nanti saja kalau sudah bertemu ayah. Pasti beliau juga akan mengatakan maksudnya.

Tifany memarkirkan mobilnya di halaman gedung kantor tersebut lalu menaiki lift menuju lantai teratas.

Tifany melihat meja sekretaris yang kosong. Dia pikir meja ini akan selalu kosong karena pemiliknya sudah pasti akan selalu di dalam ruangan sang atasan. Hahaha

Jelas saja bunda adalah sekretaris ayah. Jadi mana mungkin bunda mau diluar ruangan ayah walau seharusnya memang tempatnya diluar. Lagian kurasa ayah juga tak keberatan jika bunda memang selalu diruangannya.

Tifany mengetuk pintu ruangan ayahnya. Tifany hanya tak ingin langsung masuk dan mungkin akan menemukan ayah dan bundanya sedang melakukan hal yang iya-iya

"Masukkk .." Teriak ayah dari dalam.

Bundanya terlihat sedang turun dari pangkuan ayahnya yang semakin membenarkan bahwa keduanya habis melakukan yang iya iya

"Haloo cantik kesayangan bundaa, sini duduk. Ayah dan bunda mau ngomong sesuatu sama kamu." Tifany duduk di sofa menyusul bundanya, lalu ayah Tifany juga menyusul duduk di sofa.

"Ada apa bun? Tumben aku disuruh ke kantor" Bunda tersenyum lebar saat Tufany bertanya. Aneh, ada apa sih.

"Bunda pikir umur kamu kan udah cukup mateng sayang, lagian bunda liat liat km juga tidak punya kekasih, jadi bunda ingin menjodohkan kamu dengan anak temen bunda" kepala Tifany tiba-tiba menjadi pening ketika mendengar kata 'jodoh'.

Kalau saja bunda mengatakan hal itu saat ia masih bersama dengan Revio, pasti Tifany sudah menolak mentah mentah perjodohan ini dan bilang kalau sudah punya kekasih. Sayangnya bunda mengatakan saat dirinya sudah berpisah dengan Revio.

Tifany sedikit meringis karena bingung mau menjawab apa.

"Cobalah bertemu dan berkenalan dengannya dulu sayang. Ayah yakin kamu akan menyukainya." Ucap Ayah Tifany bijaksana.

Tifany tertawa hambar, "Tapi mungkin dirinya yang tidak menyukai Tifany, ayah. Siapa yang mau denganku ayah?? Mungkin tidak akan pernah ada yang sungguh-sungguh menyukaiku. Mereka hanya mementingkan fisik."

Ayah Tifany mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang. "Bertemulah dengannya dulu. Dia berbeda. Ayah tidak ingin memaksamu tapi Ayah yakin dia pasti akan menyukaimu."

Tifany tersenyum mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan kedua orang tuanya. "Baiklah ayah, akan kucoba."

Bunda Tifany tersenyum senang mendengar jawaban putrinya.

"Kalau begitu besok mereka akan datang kerumah kita sayang. Untuk makan malam dan berkenalan denganmu." Ucap bunda antusias

"Ya bunda, aku menurut saja. Ayah aku mau tidur dulu ya aku lelah." Tifany langsung menuju kamar yang berada di dalam ruangan kantor ayahnya.

Tifany butuh tidur untuk menghilangkan pening di kepalanya. Saat sudah terbaring di kasur, hanya butuh waktu kurang dari 2 menit, Tifany sudah terlelap dan menyelam ke alam mimpi.

Tbc

Thankyou,

Elnaya17

My Lovely (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang