Okay let's next. Aku coba panjangin ya. Mungkin kali ini aku bakal coba 2000 words okee
Sorry for typo.
DAN DI MULMED ADALAH CAST UNTUK ENRICK ya hehehe
Bunda menyentuh pundakku saat aku asik melihat awan dari balkon kamarku. "Tifany sayang, turun yuk sarapan bareng sama ayah bunda" aku tersenyum kecil sambil menganggukan kepala menuruti bunda.
Seperti biasa, sesibuk apapun ayah dan bunda, mereka akan meluangkan waktu untuk anak anaknya walaupun hanya sekedar sarapan pagi.
"selamat pagi ayah" ujarku sambil mencium pipinya lalu beranjak duduk.
Ayah tersenyum lalu menutup koran paginya. "pagi juga putri kecil ayah" Aku mengerucutkan bibirku mendengar panggilan ayah untuku sedangkan beliau malah terkekeh geli.
"badanku sebesar ini loh yah dan ayah bilang aku putri kecil? Oh sungguh tega" ujarku sakrastik, dan sekarang bunda malah ikut ikutan tertawa.
Ayah mebghentikan tawanya lalu masih dengan tersenyun menjawabku. "sampai kapanpun kamu tetap jadi putri kecil ayah. Putri kesayangan ayah." Aku sungguh terharu dengan ucalan ayahku. Ayah memang dabest lahh.
Ayah bunda dan aku pun melanjutkan sarapan. Aku berharap suatu saat bisa memiliki suami yang baik dan penyayang seperti ayah. Dan memiliki keluarga kecil yang bahagia.
***
Uang yang aku kumpulkan sudah lumayan banyak, dan pengalaman ku di cafe oma Wilson juga sudah cukup banyak. Rencananya aku ingin membuka sebuah cafe juga dengan uang hasil jerih payahku dan tak lupa aku pasti akan ijin oma wilson. Karena aku tidak mau dianggap menghianati cafe milik oma.
Oma wilson orangnya sangat baik, dia sudah kuanggap oma ku sendiri. Oma wilson juga orang yang kuat. Terbukti dari walau oma sudah tidak memiliki suami, namun dirinya tak pernah mengeluh dan selalu mendoakan almarhum suaminya.
Bel pintu cafe berbunyi pertanda ada seseorang yang datang. Pas sekali, saat aku ingin berbicara pada oma wilson dan beliau kini sudah ada di hadapanku.
"Oma aku ingin Bicara"
Oma wilson tersenyum, "Ayo di ruanganku saja Tifany" Akupun mengikuti langkah oma dari belakang. Oma wilson duduk di kursi kerjanya diikuti olehku yang duduk di hadapannya. Wanita berumur 60 tahun itu membenarkan posisi kacamatanya lalu menatapku. "Ada apa?"
Aku sedikit gugup ingin menjelaskan, aku takut oma menganggapku menghianati cafe miliknya dengan membuka cafe sendiri. Aku menghirup nafas dalam lalu mengeluarkannya berusaha menetralkan reaksi tubuhku. "Jadi begini oma, aku bukan bermaksud menghianati cafe oma, tapi aku sangat ingin memiliki cafe sendiri. Aku sudah mengumpulkan uang jerih payahku untuk membangun cafe ku. Aku minta maaf oma, aku tidak bisa melanjutkan pekerjaan disini. Dan aku mohon ijin kepadamu untuk merestui jika aku membuka Cafe sendiri, karena aku sangat menghormatimu."
keringat dingin langsung meluncur dari dahiku setelah aku berhasil menyelesaikan kalimatku.
Oma tersenyum menanggapi ucapanku, senyumnya begitu teduh seperti bunda. Aku jadi merasa bersalah. Oma menggenggam telapak tanganku yang berada diatas meja. "Tifany sayang, mengapa kau sungkan, oma sangat merestui jika itu keputusanmu. oma tau kamu gadis yang mandiri, gadis hebat. Oma juga tahu kamu tidak bermaksud menghianati oma. Lakukanlah sayang, oma justru akan bangga padamu."
Hatiku sangat lega sekali mendengar kata oma. Semua tidak sesulit yang aku bayangkan, dan oma memang orang yang baik dan pengertian. "terimakasih oma"
"tapi oma akan menyuruh Erick untuk membantumu ya. Dan oma harap kamu tidak menolak." aku mengangguk menyanggupi permintaan oma.
Erick adalah cucu angkat oma, dia 3 tahun lebih tua dariku. Erick sudah mapan karena sekarang ia menjadi seorang arsitek hebat. Dia juga baik padaku, hanya saja aku sudah jarang bertemu sejak Erick sibuk bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely (Fat)e
RomanceGendut. Hal yang sangat dihindari oleh sebagian besar wanita. Hal yang sangat sangat di anggap buruk oleh kaum wanita. Kesempurnaan fisik bagaikan tolak ukur kepantasan. Pandangan sebelah mata adalah hal yg biasa Kerupawanan mengalahkan ketulusan. K...