Jason berbalik menatap Oli dengan pandangan mengejek. "Kenapa? Takut lo? Pulang sana, bobo sama mama! Eh, nggak punya mama ding yaa... Minta ditemenin mbak-nya mungkin?" ejek Jason. Tangan Oli mengepal karena marah.
"Hey, Jason! Kamu takut? Balapan sendirian aja enggak berani. Mana minta ditemeni cewek lagi," ejek Nina. Beberapa orang di sekitar mereka ikut tertawa. Jason marah dan berjalan mendekati Nina.
"Kamu takut balapan dengan Oli sampe minta ditemenin ama tuh cewek? Oli enggak tuh. Silakan aja kalo kamu mau balapan minta ditemenin babysiter, tapi Oli akan balapan sendirian!" tegas Nina.
Cewek yang minta ikutan balapan dengan Jason cemberut kesal pada Nina. Seenaknya saja dia dibilang babysitter-nya Jason.
Ini sebagai pelarian Nina saja. Demi apa, dia takut di dalam mobil ikut kebut-kebutan seperti itu. Nina tak ingin Oli celaka, tetapi dia lebih tak ingin ikut celaka. Meskipun ada airbag yang menyelamatkan mereka, Nina tak ingin tulang rawannya bergeser. Hidungnya itu sudah sempurna dan Nina tidak mau mengeluarkan uang untuk melakukan perawatan mahal seperti Amanda agar bentuk hidungnya selalu terjaga.
"Lo mau nantangin gue?" tantang Jason pada Nina.
"Aku enggak bisa menyetir mobil, Jason. Jika tiga kilometer ditambah dua puluh hektometer, lalu ditambah lagi tiga ratus lima puluh meter, berapa meter jarak yang kamu dapat?" tantang Nina.
Seketika alis Jason berkerut mendengar pertanyaan Nina. Oli tercengang, Wahyu menghitung dengan jarinya, sedangkan yang lainnya mulai pusing. Nina ingat kemarin malam membantu Fani—anak pak RT, untuk mengerjakan PR matematikanya.
"Untuk ukuran cowok yang biasa bermain dengan kecepatan, seharusnya kamu tahu dong." Nina semakin menantang.
"Kamu enggak bisa jawab? Lima ribu tiga ratus lima puluh meter, itu angka yang akan kamu dapatkan," kata Nina dengan nada mengejek Jason.
"Oli, bawa cewek lo buat balapan!" teriak Jason yang semakin frustrasi.
"Jason, you ain't smarter than a fifth grader! (Jason, kamu enggak lebih pintar dari anak kelas lima SD!)" teriak Nina ketika Jason berbalik meninggalkannya.
Nina dan Oli berada di dalam mobil sekarang. Mereka bersiap-siap untuk balapan dengan mobil Jason di sisi kanan mereka. Nina mengeluarkan keringat dingin. Tangannya gemetaran. Dia tidak mau berada di situasi seperti ini.
"Ini enggak bener, Li. Aku nggak mau," tolak Nina dengan hati berdebar.
Oli yang sedari tadi fokus, kini menoleh ke arah Nina yang terlihat pucat. Dia menyesal sudah mengajak Nina ke sini. Tapi dia tidak ingin menyerah sekarang.
"Cinta, tenang aja. Aku bakal menangin ini buat kamu." Oli menghiburnya.
"Ini bukan masalah siapa yang menang. Aku nggak mau nabrak atau apapun itu," rintih Nina.
"Nggak akan ada yang celaka, ini aman. Aku bakal jagain kamu." Oli terus meyakinkan.
Ada satu orang pria seumuran Nina mengibar-ngibarkan kain di tangan kanannya. Mata Oli berfokus pada tangan orang itu. Jika kain itu sudah dijatuhkannya, Oli harus beradu kecepatan dengan Jason untuk sampai lebih dulu di tempat yang mereka tentukan.
"Aku keluar, Oliver!" teriak Nina.
Nina segera melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Oli yang menoleh ke arah Nina tak melihat kain yang dijatuhkan dari tangan si pemberi aba-aba. Mobil Jason melesat meninggalkan Oli yang keluar mengejar Nina.
"Nina, masuk mobil sekarang!" teriak Oli.
"Ini gila! Kamu gila! Aku enggak mau ikut-ikutan gila. Lakukan sesukamu, aku mau pergi." Nina tak kalah berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Boyfriend
ChickLitKarenina Suwandi baru merasakan cinta di usia dua puluh tiga tahun. Ia jatuh cinta kepada cowok SMA yang berusia lima tahun lebih muda darinya, Oliver Sinatria. Untuk menaklukkan Oliver yang tampan, cool, dan sedikit bad boy, Nina tak hanya menganda...