Ponsel Nina berdering tepat ketika dia akan meninggalkan bank tempatnya bekerja. Nina tersenyum senang karena Oli yang meneleponnya. Dia segera menerima panggilan Oli.
"Halo?"
"Cinta, udah selesai? Aku jemput di depan nih?"
Nina melebarkan mata."Hah? Beneran?"
"Keluar aja kalau nggak percaya." Kata Oli. Nina memutuskan sambungan telepon lalu bergegas keluar. Saat Nina melihat Oli menunggunya di seberang jalan, Yanti menepuk bahunya.
"Yuk, balik," ajak Yanti
"Aku nggak ikut deh, Yan," tolak Nina.
"Mau kemana? Gue anterin. Baik kan gue?"
"Mau ke tempat kakak sepupu aku. Nanti dia yang jemput kok." Nina tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Yanti. Namun kebohongannya tak lama karena Oli datang menghampiri mereka.
"Ayo," ajak Oli.
Yanti mendelik mendengarnya, Nina hanya bisa nyengir. "Lo? Lo bukannya temen keponakan gue kemaren?" Tanya Yanti pada Oli.
"Iya," jawab Oli singkat.
"Oh jadi lo punya kakak sepupu anak SMA, Nin?" Sindir Yanti dengan menekankan kata 'kakak'.
"Ntar aku cerita. Aku pulang duluan, ya. Dadah Yanti!" Pamit Nina sambil melambaikan tangan dan melangkah pergi.
Oli dan Nina menuju mobil dengan bergandengan tangan. Yanti langsung berpegangan pada tembok di dekatnya. Dia mendadak pening melihat tingkah sahabatnya dengan teman keponakannya.
Sementara itu, Nina tertawa terus di dalam mobil hingga Oli melajukan mobil menjauh dari bank. Oli malah menyangka Nina akan marah padanya karena tidak memberitahu Nina dulu kalau dia akan menjemput. Sesampainya di sana, malah ketahuan teman Nina. Padahal Nina meminta hubungan mereka untuk backstreet.
"Cinta nggak marah?" tanya Oli ragu-ragu.
"Kenapa harus gitu?" Nina berusaha meredakan tawanya.
"Tantenya Wahyu jadi tahu kita jalan," kata Oli.
"Nggak apa-apa, Ka. Sebenernya aku pengin kita backstreet dari...." Nina menggantungkan kalimatnya membuat Oli penasaran.
"Siapa?" tekan Oli.
"Kakak sepupu aku." Jawab Nina lirih.
"Ehmm... Dia udah kayak bertanggung jawab selama aku di sini. Jauh dari orang tua. Ya sebenernya dia nggak ngijinin aku untuk pacaran, Ka," tutur Nina.
"Lho itu kan hak kamu. Biar aku bicara sama dia," putus Oli.
"Jangan, ka! Nggak usah, ini biar aku selesin sendiri. Aku yang kasih pengertian sama dia."
"Masalah kamu masalahku juga, Cinta. Kamu nggak percaya sama aku?" Selidik Oli.
"Nggak, bukan gitu. Udah deh jangan ngomongin ini, ok? Ngerusak suasana aja." Ujar Nina sambil tersenyum ke arah Oli. Mau tidak mau Oli ikut tersenyum melihat Nina yang tersenyum membuat semakin cantik saja. Mungkin memang sebaiknya Oli jangan membahas ini dulu. Lebih baik bicara sesuatu yang lebih enak didengar, cinta misalnya.
Mobil sampai di depan rumah Nina. Belum juga Nina keluar dari mobil, Hilman sudah menunggunya di depan rumah. Nina mendengus kesal. Baru saja diomongin orangnya nongol.
"Siapa tuh?"
"Kakak sepupu aku," jawab Nina lirih.
Oli menatap Nina dengan tatapan tak percaya. "Yang tadi kita bahas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Boyfriend
Literatura FemininaKarenina Suwandi baru merasakan cinta di usia dua puluh tiga tahun. Ia jatuh cinta kepada cowok SMA yang berusia lima tahun lebih muda darinya, Oliver Sinatria. Untuk menaklukkan Oliver yang tampan, cool, dan sedikit bad boy, Nina tak hanya menganda...