"Nina, gue mau ke rumah kakak gue dulu. Mau ambil laptop, kemaren dipinjem ama keponakan gue," tutur Yanti seraya berjalan di sisi Nina.
"Ya udah, aku pulang naik bus aja," putus Nina.
"Jangan, lah. Tetep ikut mobil gue, tapi mampir ke rumah kakak gue dulu bentar."
"Malu ah, keringetan gini abis ngajar senam," tolak Nina. "Kamu sendiri nggak malu apa, belum mandi ke rumah kakak kamu?"
Nina mengajar dance setiap hari Sabtu sore di studio milik bu Sastro. Minggu paginya, ada senam aerobic di studio dan Nina sebagai instrukturnya. Yanti dan Nina bekerja pada bank yang sama. Jadi Yanti ikut senam karena Nina yang jadi instrukturnya.
"Halah ... kelamaan tahu kalau pulang dulu. Lagian lebih deket ke rumah kakak gue dari sini. Yuk, buruan! Cuma ambil laptop ini kok." Yanti menarik tangan Nina agar dia cepat masuk ke mobil Yanti.
*
Jalanan yang cukup lancar dan jarak yang begitu dekat membuat mobil yang dikendarai Yanti lekas sampai di rumah kakaknya. Sementara Nina risih dengan kondisinya, Yanti justru memaksanya ikut masuk. Saat pintu rumah terbuka, yang keluar adalah anak perempuan usia sepuluh tahunan.
"Dinda, kak Wahyu ada?" tanya Yanti.
"Ada. Lagi tidur, Tante," jawab anak perempuan yang dipanggil Dinda itu.
"Ya ampun, mentang-mentang hari Minggu udah jam sembilan masih molor aja! Mama sama papa kamu kemana?" Cerocos Yanti dan langsung masuk ke dalam. Sedangkan Nina mengikuti Yanti saja.
"Papa 'kan masih di Riau, mama lagi di Tanggerang. Pulangnya siang," sahut Dinda yang sesekali melirik ke arah Nina.
"Kalian di rumah cuma dengan bibik?" Yanti bertanya lagi. Dinda mengangguk-angguk.
"Aduhh ... ampun dah kakak gue! Pinter bikin anak, tapi ninggalin mereka seenak jidatnya." Yanti mengomel.
"Wahyu!" Yanti berteriak memanggil kakaknya Dinda. Sedangkan Nina yang canggung justru mengikuti Yanti hingga di depan kamar Wahyu. Yanti membuka kamar Wahyu. Dua orang remaja usia SMA sedang tidur di double bed.
"Wahyu!" Yanti membangunkan keponakannya dengan suara menggelegar.
Kedua anak tersebut menggeliat, satu yang bertubuh kurus dan tidur di ranjang bawah langsung terduduk saat melihat siapa yang datang. Sedangkan anak yang di ranjang atas membalikan badan perlahan.
Nina yang melihat mereka dari luar kamar merasa jantungnya keluar. Itu Oliver! Dia bertelanjang dada, namun masih memakai celana pendek dan dia sekarang terlentang! Oh my ... yeah! Nina merasa udara sekitarnya jadi panas. Nina makin panik saat menyadari kondisinya yang memakai celana yoga, meski tubuh atasnya tertutupi jaket.
"Tante? Ngapain ke sini?" Anak yang dipanggil Wahyu menatap bingung.
"Balikin laptop Tante, sekarang! Janji pinjem dua hari, ini udah seminggu belum dibalikin juga," gerutu Yanti.
"Ada, di ruang belajar. Tapi belum aku pindahin tugas-tugasku, Tan. Entar sore deh aku balikin," ujar Wahyu dengan nada memohon. Memohon atau mengantuk terasa sama.
"Nggak bisa. Kamu pindahin tugas-tugas kamu sekarang, Tante mau bawa pulang itu laptop. Tante juga butuh tahu, buat kerja," omel Yanti.
"Iya ... iya. Wahyu ambil dulu di ruang belajar." Wahyu bangkit lalu keluar kamar melewati Yanti dan Nina.
"Nin, sorry ya. Gue ambil laptop dulu. Nunggu bentar ya, Nin. Wahyu mau pindahin tugas-tugasnya," kata Yanti lalu ngacir meninggalkan Nina.
"Tapi ... tapi aku ... aku pulang aja deh, Yan." Nina yang merasa grogi karena mata Oliver menatap tajam ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Boyfriend
ChickLitKarenina Suwandi baru merasakan cinta di usia dua puluh tiga tahun. Ia jatuh cinta kepada cowok SMA yang berusia lima tahun lebih muda darinya, Oliver Sinatria. Untuk menaklukkan Oliver yang tampan, cool, dan sedikit bad boy, Nina tak hanya menganda...