29) Indah (The End)

19.6K 896 48
                                    

Di penghujung bab, nih, Guys. Ayo, vote dan komentar yang banyak, ya. Biar aku happy. Thank you!

Oli merasa gelisah, tak enak hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oli merasa gelisah, tak enak hati. Hari ini pengumuman kelulusannya. Bahkan Opa Hermawan sengaja datang dari Inggris untuk mengambil surat kelulusannya di sekolah. Seperti cowok yang mau nembak cewek, Oli takut ditolak meski sudah pdkt. Ini juga, Oli sudah belajar mati-matian pun ada perasaan takut gagal. Mana kalau gagal Nina minta putus lagi. Sudah jatuh tersiram air lah namanya.

Berkali-kali Oli melirik ponselnya. Dia juga membalas pesan beberapa teman yang mengajaknya keluar atau menunggu di sekolah. Oli tidak punya nyali kali ini. Kalau iya Oli tidak lulus kan malu sama temen-temen di sekolah. Di rumah yang paling aman untuk menyembunyikan muka.

Sekitar jam sebelas siang, bel pintu berbunyi. Oli terkejut setangah mati. Bel rumah kok seperti lonceng kematian saja. Oli mengikuti arah bik Hasna yang melintas untuk membuka pintu. Opa Hermawan masuk dengan muka tenang-seperti biasanya, lalu di belakang ada satu pegawai pria kepercayaannya.

"Pa, gimana? Lulus nggak, Pa?" tanya Oli kemudian tidak sabaran.

"Kamu maunya?"

"Ya lulus lah, Pa." Oli menerima amplop yang disodorkan Opa Hermawan.

"Alhamdulillah, akhirnya lulus! Yess!!" seru Oli. Opa Hermwan, bik Hasna dan satu pegawai pria itu pun turut senang. Oli memeluk erat tubuh sang kakek. Dengan perasaan bangga dan pastinya bersyukur-Opa Hermawan membalas pelukan Oli.

"Aku pergi dulu ya, Pa. Mau kabarin temen-temen," ujar Oli yang kegirangan. Opa Hermawan hanya mengangguk setuju.

Setelah sampai di depan pintu, langkah Oli terhenti. Dia kembali menoleh ke arah pria yang masih memandangnya dengan senyum bangga. Opa Hermawan jauh-jauh datang dari Inggris, masa hanya dibiarkan begitu saja? Opa Hermawan adalah keluarganya. Ada saat dimana Oli harus menempatkan diri.

Oli tersenyum lalu mengabari semua teman-temannya kalau dia lulus ujian lewat pesan. Tak lupa Oli mengabari Nina yang pastinya masih di tempat kerja, sehingga tak mungkin Oli mendapatkan balasan secepatnya. Oli berjalan lagi mendekati kakeknya.

"Ada yang tertinggal?"

"Nggak jadi pergi, Pa."

"Lho kenapa?" Opa Hermawan menautkan alisnya tak mengerti.

"Nanti malem ada acara gathering kok. Sekarang aku mau ngajakin Opa keliling Jakarta. Opa sudah bertahun-tahun tinggal di Inggris. Pasti banyak perubahan di Jakarta ini yang sudah Opa lewatkan," kata Oli dengan antusias. Opa Hermawan membelalakan matanya. Apa Oli serius? Anak muda malah merayakan keluluasan bersama kakeknya?

"Opa bisa menunggu, Oliver."

"Nggak, Pa. Sekarang aja, yuk! Oli ganti baju dulu." Oli segera berlari menaiki tangga untuk mengganti pakaiannya. Opa Hermawan tersenyum saja melihat cucu yang tingkahnya persis seperti anaknya-Zidan.

High School BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang