28) Cinta Pakai Syarat

8.6K 626 39
                                    

"Ok, guys! Aku rasa sudah cukup. Sampai ketemu minggu depan. Makasih."

Nina menutup sesi mengajar koreografi. Dia kembali menuju dvd player dan membereskan beberapa keping dvd miliknya, sebelum memasukan pada tas kecil. Nina menenggak air mineral dari botol sampai salah satu peserta dance mendatanginya.

"Kak, aku belum bisa gerakan yang kayak gini deh." Gadis itu memperagakan dua gerakan lalu berhenti karena merasa tak mengusai.

"Coba ini," Nina mencontohkan. "Kakimu jangan ditekuk. Setalah gerakan tangan, badan diputar ke samping." Dengan telaten Nina memperagakan lagi koreografinya.

"Oh, ngerti deh," ujar gadis itu dengan tersenyum. Beberapa kali dia mengulangi. Nina memperhatikan sambil menyemangati.

"Aku duluan ya, kak! Makasih," serunya sambil berlalu. Nina mengangguk ramah. Setelah tidak ada peserta lagi. Nina segera membereskan tas miliknya, memakai jaket lalu pergi ke ruangan pemilik studio untuk mengambil honornya sore itu.

Di luar studio sudah ada Oli yang menyandar pada mobilnya. Selama empat hari Nina tak bertemu Oli semenjak dia sakit. Nina butuh waktu untuk sendiri, Oli hanya tahu Nina tak ingin mengganggunya sampai dia sehat kembali.

"Hai, Cinta." Sapa Oli dengan lembut saat Nina berdiri di hadapannya. Nina tersenyum getir. Wajah Oli terlihat jauh lebih tirus. Apa Oli benar-benar menderita selama empat hari?

"Sudah sehat, Sayang?"

"Kok manggilnya 'Sayang'?" protes Oli. Nina terhenyak. Benarkah empat hari itu perlahan mengikis semua hal tentang Oli dari pikirannya? Nina merasa sangat kejam sekarang.

"Itu karena aku menyayangimu," kata Nina. Nina memang menyayangi Oli. Jika tidak sayang, tak mungkin Nina bertahan.

"Makasih." Oli tersenyum bahagia. "Cinta, jalan-jalan yuk? Kan malem minggu."

"Nggak ah. Tanggung, mau Maghrib. Aku juga belum mandi abis ngajar dance," tolaknya. Oli tentu saja kecewa. "Makan di rumah aja yuk? Aku masakin."

"Kamu nggak capek?" Oli tak mengerti dengan Nina. Dia menolak ajakan jalan-jalan, tapi memilih memasak makan malam.

"Buat kamu, apa sih yang enggak?" Goda Nina. Demi apa, Oli GR banget lah!

"Ayo kalo gitu!" Oli membuka pintu mobil lalu Nina segera masuk dan mengucapkan terima kasih. Bagi Oli mau malam mingguan di mana juga, ok saja. Yang penting bareng Nina.

*

Saat Nina membersihkan diri, Oli hanya menonton tv. Setelah Nina selesai dan masuk waktu Maghrib, Oli ijin untuk sholat di masjid.  Nina setuju saja, lagipula masjidnya dekat. Nina sendiri tak ikut. Dia lebih memilih beribadah di rumah dan menyiapkan makan malam.

Sudah lima belas menit Nina berkutat di dapur. Dia mendengar Oli yang sudah pulang dari masjid memanggilnya. Nina menjawab tanpa berniat datang padanya. Oli yang akhirnya menemui Nina di dapur.

"Kasih, bantuin taruh piring-piring ya?" Pinta Nina yang menoleh sekilas pada Oli.

Oli yang tadi duduk diam memandang Nina, beranjak lalu mengambil beberapa wadah untuk ditaruh di meja makan. Menyuruh Oli pun rasanya percuma. Anak itu selalu tanya tempatnya di mana atau wadahnya seperti apa. Memang sih ini dapurnya Nina, tapi Oli bisa saja kan mengira-ngira setiap wadah itu ada di mana.

"Mau makan mesti susah," gerutunya.

"Yee cuma bantuin gitu aja protes. Sini bantuin tumis bumbu!" Nina semakin menyuruhnya ini itu. Meski Oli setengah hati, dia tetap melakukan apa yang Nina perintahkan.

High School BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang