Hai! This is my first story. Maaf ya kalau misalnya terlalu datar atau suasananya garing banget🙄. Semoga kalian suka 🐰
••••••••••••••••••••
Aku terkejut dari mimpi. Dengan nafas yang terengah-engah, aku pergi ke dapur mengambil segelas air. Entahlah apa yang terjadi. Apa maksudnya aku akan menjadi penyelamat bumi? Aku hanya seorang gadis sekolah menengah pertama yang suka berkhayal tidak-tidak. Salah satunya, aku suka melihat peri-peri terbang. Sudahlah. Masih jam 3 pagi. Aku takut untuk tidur lagi dan terjaga sampai pagi.
Di sekolah aku hampir ketiduran. Tapi hari ini hari ulang tahun Christian. Biasa aku panggil Christ. Entah aku ingin datang atau tidak. Dia adalah cowok yang menyebalkan. Sifatnya yang selalu aku tau adalah menyontek dan usil. Tapi saat aku marah, dia akan memainkan harmonica. Entah kenapa saat dia memainkan harmonica, amarahku meredam. Seketika teman-teman mengira aku menyukai Christ.
"Chintya! Ayo!"
Aku menoleh ke Robbin, kakakku. Naik ke jok belakang lalu motor melaju. Dengan menggenggam kado yang sedikit-sedikit basah karena keringat dingin yang mengalir dari tubuhku. Aku merasa seperti ingin menemui Presiden. Ah, terlalu melebih-lebihkan.
Robbin meraba saku celananya, lalu mengeluarkan kalung permata biru indah dan kado kecil. "Ini untukmu adik. Jagalah kalung ini seperti menjaga dirimu sendiri. Dan ini untuk Christ, dariku." Robbin memakaikan kalung itu ke leherku.
"Semoga berhasil !" serunya lalu mengacak rambutku.
Aku tersenyum, "Puas?"
Robbin merapikan rambutku. "Ya, puas. Adikku kini lebih cantik dari bidadari."
"Jadi sebelumnya aku tidak cantik?" tanyaku memalingkan wajah.
Robbin terkekeh, "Jangan memalingkan wajah seperti itu, adikku. Aku gemas melihat wajahmu yang seperti ini. Berusahalah membuat Christ tidak berpaling darimu."
Aku mendelik, "Maksudmu? Dia orang yang paling menyebalkan yang aku tau, Robbin. Untuk apa dia harus berpaling kepadaku? Aku tidak menyukainya."
"Hey, kau harus tau. Orang yang sering bertengkar akan tumbuh rasa cinta!" seru Robbin.
Aku mendelik lagi. Robbin tertawa lalu meninggalkanku di depan rumah Christ. Aku masuk dengan keadaan yang dipaksa. Tidak mungkin aku canggung disini. Itu pasti sangat memalukan.
Sosok remaja cantik berlari kearahku. "Chintya? Aku mencarimu dari tadi."
"Aku baru datang, Jesse. Dimana Christ?" Mataku memutari semua arah.
"Wah, Sang Putri akan menemui Pangerannya," goda Jesse.
"Aku sama sekali tidak menyukainya Jesse Edsha."
Jesse tertawa. "Haha, dia disana bersama Stuard. Mau aku te...—" Jesse menutup mulutnya. Wajahnya berubah merah.
"Jangan katakan kau ingin menemaniku karena ada Stuard?" aku memasang wajah menggoda.
Jesse mengangguk lesu, "Kita inpas. Ayo kita pergi. Dan jangan memasang wajah seperti itu."
Aku tertawa kecil lalu berjalan dibelakang Jesse. Banyak sekali orang-orang. Membuatku tidak nyaman. Ditambah dengan bawahan rok selutut. Aku tidak terbiasa memakai rok diluar sekolah.
"Nah itu mereka!"
Aku mengikuti arah bola mata Jesse. Ya. 3 laki-laki berdiri di depan kue besar. Mataku tertuju pada anak laki-laki di tengah. Christ berdiri dengan gagah. Makin gagah dengan pakaian jas hitam itu. Disamping kirinya berdiri anak laki-laki gendut. Oh, itu Levin. Biasa dengan kaca bulatnya. Ia nampak menggemaskan. Disebelah kanannya ada Stuard.
"Hey, Chintya !"
Aku dikejutkan dengan suara Christ. "Aku?"
"Ya tentu saja kau! Siapa lagi?" serunya lagi. "Kau juga Jesse."
Stuard tersenyum. Sementara Jesse agak takut. Tangannya menggenggam tanganku erat gemetar. Kita berjalan mendekati mereka. Aku berusaha menangkan sikap Jesse yang menundukkan kepalanya terus.
"Jesse, bersikaplah normal," perintahku. "Atur nafasmu."
Jesse mengangguk. Lalu mendongakkan wajahnya. Keringat bercucuran di pipinya. Dia mengelap wajahnya.
"Christ, selamat. Ini untukmu dariku dan yang ini dari kakakku."
"Terima kasih. Ucapkan terima kasihku kepada Kak Robbin juga," Christ menerima dengan senyuman. "Pestanya menganggumu, jelek?"
Oh, dia mulai dengan sifatnya. "Tidak sama sekali. Berbeda dengan di sekolah. Ulangan dengan seorang anak laki-laki yang selalu melihat kertas jawabanku."
"Kau menggodaku," Christ tersenyum jahil. "Nikmati pestanya. Jangan terganggu oleh rok gaunmu itu. Tumben sekali aku melihatmu seperti ini. Kau terlihat lebih pendek."
Aku mendelik, "Maaf, bukannya kau yang pendek? Jas itu membuatmu lebih gendut."
"Kau bisanya hanya mendelik. Apa kau marah? Baiklah kau mau lagu apa?" Christ mengeluarkan harmonicanya.
Dasar kebiasaan. Aku tersenyum paksa, "Oh, aku tidak marah. Aku hanya sedikit haus."
"Baiklah. Levin, tolong ambilkan dia minum. Sekalian dengan Jesse juga. Cepatlah Levin!"
Levin tersentak. "Kau kira aku pembantu?!"
"Sudahlah, biar aku dan Jesse yang ambil sendiri. Terima kasih untuk perhatiannya," ucapku malu-malu tapi tegas. Lalu menarik tangan Jesse untuk pergi. "Sifatnya sangat menyebalkan!"
Jesse menatapku terus dengan senyuman godaannya. Kita menikmati pestanya.jam semakin cepat berlalu. Pesta malam ini selesai pukul 9 malam. Sebagian anak sudah pulang. Beberapa lagi masih diam menikmati pesta. Termasuk aku.
Chintya..
Aku menoleh ke sekeliling. "Jesse, apa kau memanggilku?"
Jesse mengernyit, "Apa kamu yang bernama Liss?"
"Tidak. Seseorang memanggil namaku," aku kembali memutari ruangan.
⚔
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World Sahaara Land
FantasyKhayalan. Chintya el'Queen. Namanya saja Queen. Apakah dia ratu? Apakah dia anak yang spesial? Spesial. Satu-satunya yang spesial dari dalam dirinya adalah sifatnya yang gigih dan cocok dinobatkan sebagai seorang Ratu. Harmonika bergeming. Orang-or...