Aku melihat kebawah. Dimana mereka berdua? Apa mereka tenggelam? Tidak boleh terjadi. Apa yang akan dikatakan Peter jika tau adiknya ditelan hiu?
"Steven...! Christian...!" aku mencoba memanggil nama mereka sambil terisak.
Tidak ada jawaban. Sementara para perompak bersorak menang, aku mengendap-endap kabur. Tidak berhasil. Salah satu perompak melihatku. Oh tidak bagaimana sekarang?
"Tangkap gadis itu!" seru Kapten bajak laut.
Druugg!
Suara nyaring jatuh dari kantong bajuku. Seketika semua bajak laut menutup telinganya. Aku melihat kebawah, harmonica.
Terlintas satu ide. Kutiup harmonica-ku. Dan semua bajak laut menutup telinga mereka. Berhasil ! Aku bisa terbang dengan bebas sambil menggendong Levin yang terluka. Dia masih hidup.
Aku menemui Stuard dan peri-peri. Pertama, aku merebahkan Levin. Mereka terlihat kaget mendapati Levin terkulas lemas dengan darah di perut kirinya.
"Le..Levin? A..apa yang terjadi de..dengannya?" Stuard terbata-bata.
Aku hanya bisa menangis.
"D..dia masih hidup! Hai sobat. Kau mau kue ekstra cokelat? Bangunlah, akan aku berikan kepadamu," ucap Stuard menggoyangkan tubuh Levin.
Levin tidak membalas.
"Kumohon bangunlah, gendut," Stuard memegang tangan Levin.
"Maafkan aku Stuard," ucapku menunduk lemas mengingat kejadian tadi.
Stuard menatapku. "Tidak apa Chintya. Bukan salahmu. Christ yang membuat mereka begini. Ngomong-ngomong, dimana Stev dan Christ?"
Aku makin menangis. Stuard terkejut. Dia sangat peka. Dia ikut menangis.
"Seharusnya aku ikut mereka tadi," ucap Stuard bersalah.
Aku menggeleng. "Tidak Stuard. Ini bukan saatnya untuk menyalahkan satu sama lain. Ayo kita kembali, sebelum Levin semakin lemah."
"Apa yang akan kau katakan kepada Ketua, Chintya?"
Deg. Ya, aku lupakan Peter. "Aku yang akan mengurus ini."
Aku terbang sambil menggendong Levin. Kecepatan terbangku sama dengan kecepatan langkah kaki Stuard. Aku tidak bisa meninggalkannya disini.
Kita sampai. Semua orang menunggu kami. Peter membantuku mengangkat Levin. Sekarang, Levin masih di obati.
Aku mencabut jubah terbang. "Peri-peri, aku kembalikan..."
Tunggu dulu. Dimana mereka. "Peri-peri?"
Ada cahaya di leherku. Bukan, kalung pemberian Robbin maksudku. Ia bercahaya. Kemudian redup. Apa artinya?
"Dimana Stev?" tanya Lyla.
"Ya. Dimana adikku? Sama temanmu yang pernah aku tampar. Aku ingin minta maaf," sambung Peter.
Aku tidak berani menoleh. "Maafkan aku Peter. Tapi mereka..."
Kalungku kembali bercahaya. Perasaanku biasa-biasa saja. Seperti Christ dan Stev masih akan kembali.
"Mereka.. Tapi aku mohon, kau jangan terkejut. Kau harus kuat," ucapku.
Peter mengerutkan kening. "Jangan katakan kalau adikku..."
"Tidak ada disini lagi," sambungku menatap kosong kedepan. "Mereka tiada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World Sahaara Land
FantasyKhayalan. Chintya el'Queen. Namanya saja Queen. Apakah dia ratu? Apakah dia anak yang spesial? Spesial. Satu-satunya yang spesial dari dalam dirinya adalah sifatnya yang gigih dan cocok dinobatkan sebagai seorang Ratu. Harmonika bergeming. Orang-or...