Oh Tidak

133 13 0
                                    

Terbang di angkasa sepanjang hari sangat menyenangkan. Bayangkan saja kita menembus awan, memakan angin, dan sesekali menabrak burung. Lebih seru daripada naik kereta. Ya, kita meninggalkan kereta karena harus segera ke kediaman Saha.

"Yuhuuuuuuuuu!!" seru Elvino. Ia menerpa awan sangat cepat.

"Hati hati, El," ucap Peter tenang.

Elvino tetap terbang cepat menembus awan-awan. Aku tidak pernah merasa sesejuk ini.

"Ughh!!" seru Christ. Ia menabrak burung. "Eh! Hati-hati !" ia memarahi burung itu yang kini terbang melampauinya.

Aku dan Peter tertawa.

"Tugas apa yang kau maksud itu?" tanya Peter.

"Tugas?"

"Di pengadilan."

Aku menepuk kening. "Ya, tugas. Aku masuk kemari untuk membuat kedamaian. Kalau tidak aku tidak akan pulang bersama kawan-kawanku."

Peter terdiam sejenak. "Sebenarnya kau ikhlas atau tidak melakukan ini?"

"Maksudmu?"

"Ikhlas atau tidak? Ikhlas adalah perbuatan tanpa imbalan. Kau mengerti? Imbalan itu—"

Aku mengangguk duluan. "Aku mengerti. Apa aku memotong pembicaraanmu?"

"Iya. Tapi tak apalah," Peter melanjutkan terbang. "Kau bilang ingin melakukan kedamaian. Aku kira itu bagus. Tapi tidak karena ada imbalan yang ingin kau ambil."

"Ya karena aku merasa bersalah kepada teman-temanku," aku menatap Christ yang terbang bebas. "Mereka tersiksa disini. Untung saja tidak seburuk kukira."

"Kau benar," Peter tersenyum. "Teman yang ba—"

"ELVINO !!!!" teriak Christ.

Aku dan Peter melihat kedepan. Elvino terjatuh!

"Hey cepat!" seru Christ lalu terbang kebawah.

Aku mengikutinya. Terbang kebawah lebih susah. Ada perasaan takut jatuh. Terjun bebas seperti ini. Lumayan seru.

"Elvino jatuh ke kapal.." ucap Christ melihat kapal bajak laut.

Eh
Bajak laut?!

"Tidak! Jangan suruh aku kesana lagi," Christ ketakutan.

Aku dan Peter mengerutkan kening. Bagaimana ini? Iya, itu kapal yang sama. Dan kenangan yang sama.

"Aku harus menyelamatkannya!" seru Peter lalu terjun ke kapal bajak laut.

Sebelum itu Peter mendekap wajahku dengan kedua tangannya. "Kau diam disini. Percayalah aku akan menyelamatkannya."

"Peter tunggu!"

Terlambat mencegah.
Aku menjambak rambutku.
Jangan lagi.

"Bagaimana ini?" aku menggigit jariku.

"Aku tidak ingin melakukan kesalahan yang sama," ucap Christ.

Aku menatapnya. "Aku yang akan menyelamatkan meraka. Jika kau takut, diam saja disini."

"Eh, tidak. Aku tidak takut," Christ berubah pikiran. "Aku ada janji dengan Peter."

Kami terbang-meluncur kebawah-menyusul ke Peter. Suara bajak laut memberontak terdengar. Deru tajam pedang terdengar nyaring. Geli.

"Kau cari Elvino, aku bantu Peter," pintaku dan Christ langsung terbang.

Aku mempersiapkan mental. Mencoba berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Entahlah apa disini ada keyakinan seperti itu atau tidak.

Another World Sahaara LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang