Chintya.. Lihat keatas..
Suara itu lagi. Siapa itu? Aku ingin berteriak. Tapi tidak mungkin disini. Aku melihat keatas. Peri-peri kecil muncul. Kuusap kedua mataku. Melihat ke langit lagi. Ya! Mereka nyata. Lekuk tubuh mungil bagus. Beda seperti di film kartun. Sayap seperti kupu-kupu transparan, tapi terlihat indah dengan pernak-pernik kecil putih kristal.
Aku punya suatu kabar
Seketika aku tersentak. Tanpa sengaja aku menginjak batu di kaki kiri. Akhirnya terjatuh seperti orang yang habis menginjak kulit pisang. Seseorang menangkap tubuhku.
"Chintya? Kau tidak apa-apa?"
Aku yang matanya tertutup langsung membuka mata dan mendongak keatas. Wajahku merah."Terima kasih Christ."
"Bukan itu jawaban yang kumau, jelek," Christ bernada serius.
Aku menggeleng, "Aku tidak apa-apa."
Christ tidak percaya. "Kau melihat apa di langit?"
Aku terdiam. "Bisakah kau tinggalkan aku sebentar? Aku ada urusan kecil."
"Jawab dulu!" Christ memegang tanganku erat.
"Aku melihat bintang. Kumohon Christ," aku memasang wajah memelas.
Christ melepaskan genggamannya. Aku berlari keluar pesta, tapi masih termasuk dalam rumah Christ. Taman yang sangat sepi dan luas. Hanya lampu dan sedikit balon menghiasi pepohonan yang menemani.
"Siapa kau? Tunjukkan dirimu!" seruku. "Tolong jangan ganggu kehidupanku!"
Tapi kami butuh dirimu Chintya..
"Tunjukkan dirimu dulu !" teriakku lagi dan melihat sekeliling.
Aku melihat bintang yang makin lama makin mendekat. Bukan, bukan bintang. Peri-peri kecil. Tingginya sekecil kelingkingku. Jumlah mereka sekitar 20-an.
"Apakah kalian peri-peri seperti di film? Salah satu kalian adalah Tinker Bell?" tanyaku.
"Film itu hanya gambaran. Kita asli tanpa sentuhan warna atau benda-benda bertali hitam banyak itu," balas salah satu peri memakai mahkota. "Aku Ketua Peri."
"Itu namanya kabel listrik. Apa mau kalian? Apa aku bermimpi?" Aku mencubit pipiku keras. "Aw..!"
"Aneh, padahal dia yang membuat kami," ucap Ketua Peri. Sebagian dari mereka tertawa.
Aku? Membuat mereka? Aku hanya berkhayal tentang mereka saja.
"Kami ingin engkau ikut."
"Aku? Kemana?"
"Ke tempat yang sekarang sudah hancur. Dikuasi oleh kehidupan yang menjengkelkan. Penghinaan, kejahatan, dan lain-lain," jelas Ketua Peri. "Ke Dunia Sahara."
Aku mengerutkan kening. "Apa itu gurun pasir?"
"Tentu tidak!" Ketua Peri itu cemberut. "Apa kau pikir itu Gurun Sahaara? Ayolah itu di planet ini. Sementara Dunia Sahaara ada jauh dari planet bumi. Mungkin akan memakan waktu lama jika kau berjalan kaki. Tapi aku bisa membantumu membuat jalan pintas."
"Boleh aku ikut?"
Mataku terbelalak. Aku menoleh kebelakang. Christ? Astaga. Kepalaku pusing, tubuhku bergemetar. Bukan karena ada Christ. Tapi pilihan hidup. Bisa saja aku diapa-apakan oleh mereka di dunia itu. Aku mulai berpikir yang tidak-tidak.
"Wah, tampan!" seru peri-peri itu.
Aku memijat kepalaku. "Katakan dengan jelas. Apa mau kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World Sahaara Land
FantasiaKhayalan. Chintya el'Queen. Namanya saja Queen. Apakah dia ratu? Apakah dia anak yang spesial? Spesial. Satu-satunya yang spesial dari dalam dirinya adalah sifatnya yang gigih dan cocok dinobatkan sebagai seorang Ratu. Harmonika bergeming. Orang-or...