Berjalan Lancar

97 14 0
                                    

"Kau tau? Peter benar-benar gila!"

"Gila maksudmu?"

"Iya, saat ia akan masuk ke tubuhku. Ia bilang tidak sakit tapi aku merasa seperti semua organku putus! Menyakitkan terutama di telinga."

Christ terus mengoceh tentang kejadian kemarin. Sungguh, kejadian kemarin membuatku hampir ingin ikut mati juga. Jika Christ tidak pulang, apa yang akan terjadi di bumi nanti?

"Telinga..." Elvino melirikku. Aku menggeleng agar tidak memberi tau Christ. Kalau tidak ia akan mengoceh terus.

"Hei! Kalian melihat Christ?! Dia—Astaga..."

Kami semua menoleh ke arah pintu. Yang Teragung Saha berdiri mematung di ambang pintu. Ia melotot kearah Christ yang tersenyum.

"D-d-d-di-dia....—"

"Yang Mulia, anda membawaku ketempat yang menyeramkan kemarin," ucap Christ. "Maka dari itu aku pindah kemari."

Yang Teragung Saha menelan ludahnya. Christ malah tertawa terbahak-bahak(apa dia tau bahwa dia mati kemarin?). Yang Tercantik Ara datang dengan wajah yang tenang.

"Kau tau, kau telah membuat dunia gempar," ucap Yang Tercantik Ara. "Kurasa ada satu keajaiban disini."

"Ya. Memang ada keajaiban."

Sepertinya dia tau dia mati kemarin.

"Bukan. Maksudku 2 keajaiban."

Yang Tercantik Ara membuka pintu lebih lebar. Anak laki-laki itu masuk dan tampak jelas wajahnya.

Ben.

"BEN !!!" Christ dan Elvino berlari dan memeluknya erat.

Aku bisa melihat air mata Ben yang terjatuh. Bibirnya tersenyum lebar. Terlihat gigi putihnya yang tertata rapi. Dia nampak campur aduk. Bahagia, kaget, terharu, rindu.

Elvino melihatku. Ia tersenyum mengingat perkataannya kemarin. Ini terlalu cepat. Namun aku sangat bersyukur.

"Chintya?" Ben menatapku bingung. "Kau melupakanku?"

Aku menggeleng, "Tidak, Zombie," lalu berlari kearahnya dan memeluknya seerat seperti aku memeluk Christ tadi.

"Kau tau," Ben melepaskan pelukannya, "aku mengalahkan seekor buaya raksasa!"

Aku tertawa. "Kau kini benar-benar seorang manusia setengah Zombie."

"Ya inilah aku."

Kebahagiaan kini melanda pelosok Dunia Sahaara. Kembali semuanya lancar dan serasi. Semua rakyat datang ke istana. Berbondong-bondong melihatku, Christ, Elvino, dan Ben. Yang Teragung Saha mengatakan akan memberikan kejutan untuk kami.

Yang Tercantik Ara memberikan gaun yang paling ia sukai. Gaun itu cantik sekali. Aku senang memakainya. Warna biru laut persis kalung pemberian Kak Robbin. Lembut dan sehalus sutra. Mungkin memang sutra.

Kali ini aku dan teman-teman akan diperkenalkan ke seluruh rakyat. Dan beberapa peraturan baru telah dibentuk. Kakek menjamin ini akan merubah Dunia Sahaara menjadi lebih baik.

Kakek berada di tengah. Elvino dan Christ berada disebelah kirinya. Aku dan Ben berada disebelah kanannya. Yang Teragung Saha dan Yang Tercantik Ara ada dibelakang kami. Ini sungguh menakjubkan! Kami berjalan menuju 7 kursi megah nan indah.

"Wahai rakyatku," Kakek kemudian berbicara saat sampai di depan kursi-kursi itu. "Setelah meninggalnya Raja Sekana dan setelah menuanya usiaku. Aku memberikan tahta kepada kedua anakku Saha dan Ara—yang kita tau mereka telah menghilang."

Another World Sahaara LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang