Jubah terbang datang dengan sendirinya. Semuanya ikut serta. Kakek, Yang Teragung Saha, Yang Tercantik Ara juga.
"Menuju Kota Tulip."
Seketika badanku terangkat dan mulai terbang. Angin-angin membuat mataku menyipit. Susahnya lagi aku memakai gaun. Ribet. Lama-lama aku pasti masuk angin. Kututup saja mataku, membiarkan semuanya berjalan lancar.
"Hei, Chintya."
Kubuka mataku. Masih terbang di udara. Nikmatnya tidur sambil terbang. Kulihat wajah Christ yang begitu dekat. Mataku mendelik dan mendorongnya pelan. "Apa?"
"Kau tidur?"
Aku mengangguk pelan. Lalu menguap. "Ada apa?"
Christ terdiam lama. Sempat ia melirikku berkali-kali. Berfikir sebelum berkata.
"Maaf, tapi..." ia menghela nafas. "Kalung pemberian Kak Robbin hilang."
Aku mendelik. Ah, aku yang mengambilnya. Ia, aku masih simpan. Kuraba tasku. Masih ada.
"J-jangan marah!" serunya khawatir. "A-aku bebar-benar tidak tau. Aku terbangun di ruangan mengerikan. Lalu aku lari ke kamar kalian. D-dan tidak kusangka kalung itu sudah hilang."
Dalam hati aku tertawa terbahak-bahak.
"Aku bersumpah tidak tau apa pun," lanjutnya. "Aku bahkan tidak bisa tidur kemarin—"
"Christ!" aku mencoba bersikap marah. "Kau tau kalung itu diberikan Kak Robbin dengan ikhlas?!"
Christ mendelik. "Aku tidak tau apa-apa! Sungguh!"
Aku tidak bisa menahannya. Tawaku lepas seketika.
"Kau tertawa?" Christ mengerutkan keningnya. "Mengapa?"
"Kau jangan marah," ucapku mengatur nafas.
Christ masih mengerutkan kening. Kuraba tasku dan mengambil kalungnya. "Ini..."
Mata Christ tambah membulat. 5 detik kemudian matanya menyipit. Entahlah, hatiku berdebar-debar. Takut apa yang akan ia lakukan.
"Oh.. Kau bermain denganku," ucapnya menyipitkan mata.
Aku menggeleng sambil terus tertawa. "Wajahmu lucu saat kebingungan—"
"Aku tidak suka, Chintya! Kau kira ini apa, huh? Lelucon?!"
Christ malah berteriak didepanku. Ia merampas kalungnya dari tanganku lalu terbang lebih cepat.
"Apa?!" lirihku.
Yang Tercantik Ara yang sedari tadi melihat kejadian itu mendekatiku. "Kau tidak apa?"
Aku menggeleng. "Kenapa dia seperti itu?"
"Kau tidak mengerti." Yang Tercantik Ara tersenyum. "Ada kala manusia suka dijahili dan tidak suka dijahili."
Aku mengkerutkan kening. Menatap mata Yang Tercantik Ara bertanya-tanya. Ya. Otakku sangat pusing sekarang.
"Lihat, ia sangat ketakutan saat kalungnya hilang. Itu menandakan bahwa kalung itu sangat berarti."
"Tapi aku hanya bercanda."
"Bercanda boleh. Asalkan tidak keterlaluan," Yang Tercantik Ara mengelus kepalaku.
"Apa itu keterlaluan?"
Yang Tercantik Ara tertawa. "Astaga, sayang. Akan kuberi contoh. Bagaimana jika kalungmu yang hilang, tau-taunya Christ yang menyembunyikannya?"
Aku mengangguk mengerti. "Apa yang harus kulakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World Sahaara Land
FantasyKhayalan. Chintya el'Queen. Namanya saja Queen. Apakah dia ratu? Apakah dia anak yang spesial? Spesial. Satu-satunya yang spesial dari dalam dirinya adalah sifatnya yang gigih dan cocok dinobatkan sebagai seorang Ratu. Harmonika bergeming. Orang-or...