Melepaskan

110 10 0
                                    

"Tidak ingat aku ya?"

Orang itu tersenyum kearahku. Ah, bagaimana aku bisa lupa?

Aku menundukkan badan. "Yang Mulia Ratu Tulip."

Ratu itu tersenyum kearahku. Ia ikut menundukkan badan. "Yang Mulia Putri Chintya."

Aku tertawa kecil. Lupa akan hal penobatanku sebagai Putri Kerajaan Yang Terhormat Saha. Sungguh ini menggelingkan untukku. Aku tidak pernah dipanggil dengan sebutan seperti itu.

"Aku mengundang Ratu Tulip secara khusus. Kita akan mengadakan makan besar," ucap Kakek. "Untuk merayakan keselamatan Stev dan Levin. Juga sebagai merayakan penobatan Stev menjadi Ketua Kota Tulip."

"Aku tidak mau menjadi Ketua," seru Stev tidak menyetujui ucapan Kakek.

"Tapi kau harus, Nak." Kakek memaksa.

Stev menghadap arah lain. Tidak bisa menolah lagi. Apa?! Ketua? Tidak ada yang bicara padaku sebelumnya.

"Baiklah... Kita mulai saja makan besarnya," Yang Tercantik Ara membenarkan suasana.

Aku duduk ditengah-tengah Christ dan Ben. Diseberang ada Stev yang duduk ditengah-tengah Lyla dan Elvino. Tepat sekali Stev ada di depanku.

Makanan disajikan beberapa pelayan. Termasuk ibu tadi yang mengantarku. Aku tidak dalam kondisi baik sekarang. Perasaanku masih sangat bersalah dengan Stev. Ia terlihat murung sekarang.

"Ini bukan salahmu," bisik Christ disebelahku. "Ia tidak suka dengan Peter. Sekarang ia mendapat maunya. Lihat, ia sangat kehilangan. Ia menyesal di akhir perbuatannya."

Aku mengangguk saja. Christ tidak mengerti. Bukan dia saja yang kehilangan. Aku pun kehilangan. Sangat kehilangan. Ingin rasanya aku berlari dan menangis. Namun aku tau, seperti yang Peter bilang di mimpi, aku harus menunggu. Ya.. Jika itu saja satu-satunya yang bisa kulakukan agar Peter kembali. Tapi kapan? Apa sampai Stev menjadi Ketua dan memiliki janggut?

"Chintya dan anak-anak yang bukan berasal dari sini," ucap Kakek membuatku menoleh kearahnya. "Kalian boleh kembali kapan saja kalian mau."

Aku mengangguk saja. Yang lain pun seperti itu. Stev memandangiku sekejap lalu memandangi makananannya kembali.

"Kapan kalian akan kembali?" tanya Ben kepadaku saat yang lain sibuk berbincang.

"Entahlah," jawabku. "Jika aku kembali sekarang, aku seperti lari dari masalah."

Christ dan yang lain tidak mendengar. Aku menghela nafas. Untunglah tidak ada yang mendengar. Aku akan menyinggung Stev.

"Oh.. Peter lagi?" Ben memotong daging sapinya. "Aku yakin lama kelamaan Stev akan terbiasa. Dia memang seperti itu."

Tidak. Dia tidak akan pernah terbiasa. Suatu hari nanti ia akan mengingat Peter dan akan menangisinya. Aku yakin. Karena aku sekarang seperti itu.

•••

"Terima kasih atas undangan makan besarnya Yang Terhormat Hasa," ucap Ratu Tulip mengakhiri hari ini yang sudah sore.

"Sama-sama," Kakek membalasnya ramah. "Semoga dengan penobatan Steven besok membuat Kota Tulip semakin makmur."

"Dunia Sahaara makmur maka kota-kota disekutarnya pasti makmur, Yang Terhormat Saha."

Kakek tersenyum mendengar ucapan Ratu Tulip. Cepat sekali hari ini berlalu. Ratu Tulip masuk ke kereta kudanya. Dan keretanya pun berjalan menuju tempat tinggalnya.

"Siap-siap untu besok, Stev," Yang Tercantik Ara mengingatkan.

Stev menggeleng. "Aku tidak mau jadi Ketua sebelum aku melihat Peter." Lalu pergi menjauh.

Another World Sahaara LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang