'Kau akan menjadi sangar, tidak sopan, keras kepala, mudah menyerah, kejam, dengki, sombong...'
"Arghh..!!" aku memegang kepalaku.
'Kau akan menjadi sangar, tidak sopan, keras kepala, mudah menyerah kejam, dengki, sombong...'
"Hentikan...!!"
Brug. Semua buram.
Christian p.o.v.
Ah dasar. Gara-gara bocah ini, aku ikut terkurung disini. Andai saja aku bilang bahwa dia bukan temanku, aku tidak akan disini sekarang.
Eh, tidak-tidak. Aku tidak sejahat itu.
"Aw!" kaki tersandung batu. "Astaga, apakah dunia sekejam ini? Aku tidak bisa melihat apa-apa!"
"Shht! Diamlah," ucap prajurit.
Cih. "Yayaya. Aku diam."
Eh? Apa itu?
Kalung Chintya!"Apa itu?" Elvino melihat kaling yang kupegang. "Hey, kau punya dua kalung."
"Tidak, ini punya Chintya."
"Oh jadi kalian kembar? Wow!"
Tolol. "Ini hadiah dari kakaknya untukku. Sengaja diberi kembar."
"Oh," Elvino mebgangguk-angguk. "Mirip sekali dengan lambang dari batu Yang Terhormat Saha."
"Vino?"
Aku menoleh kedepan. Remaja laki-laki itu mirip Peter.
"Beno?!" mata Elvino terbelalak.
"Jangan memanggilku begitu," seru orang yang berada di seberang. Yang kunikang mirip Peter. Namanya Beno toh?
"Au memanggilku Vino," ucap Elvino.
"Itu namamu, bodoh."
"Itu juga namamu, tolol."
Mereka berdebat. Ah.. Sudahlah. Prajurit sudah menyuruh mereka diam. Tapi nihil, sama saja. Mereka berdebat kecil dan lama kelamaan berdebat besar.
"Hey diamlah!" seruku. "Kita harus mencari Chintya, El."
"Chintya?" Beno menatapku. "Dia gadis tadi bukan?"
"Iya! Kau tau dimana dia, Beno?" tanyaku semangat.
Elvino tertawa lepas. "BENO...!!"
"Namaku Ben bukan Beno," ucap Beno. Eh, Ben maksudku.
"Yaya sama saja. Dimana dia?"
Ben menghela nafas. "Dia tadi disiksa. Dengan prajurit bodoh ini."
Prajurit itu diam. Padahal Ben menatapnya tajam dan sangar.
"Disiksa?" aku terhentak.
Ben mengangguk. "Sekarang entahlah. Aku tidak tau dia dimana."
"Hey prajurit," panggilku. "Dimana Chintya?"
"Dia di ruangan penyiksaan bawah," jawab Prajurit.
"Artinya?"
"Dia akan disiksa di sana, tolol," prajurit itu ketus menjawab.
"Hei, aku tidak tau apa-apa disini. Jangan panggil aku tolol, nanti kau yang akan ada di ruangan penyiksaan bawah," seruku galak.
Aku mendesah. "Chintya... Dimana dia?"
"Shhtt, Robbin," Elvino menutup mulutku.
"Mmmm!!" aku melepas dekapannya. "Gila! Ngapain sih?"
"Shhhtt..! Diam!" Elvino menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World Sahaara Land
FantasíaKhayalan. Chintya el'Queen. Namanya saja Queen. Apakah dia ratu? Apakah dia anak yang spesial? Spesial. Satu-satunya yang spesial dari dalam dirinya adalah sifatnya yang gigih dan cocok dinobatkan sebagai seorang Ratu. Harmonika bergeming. Orang-or...