Gumpalan angin itu membentuk seperti topan. Membuat malam itu terasa dingin. Debu-debu bertebangan bersama dedaunan kering. Angin topan yang besar namun terlihat indah. Terasa bukan sebuah bencana.
"Lihatlah.." Stev menunjuk topan itu. Bukan, menunjuk sesuatu di dalamnya.
Aku menyipitkan mata. Tetap di posisi yang sama meskipun Yang Tercantik Ara, Yang Teragung Saha, dan Kakek datang menemui kami.
"Siapa pun itu tolong lihat dengan jelas!" pintah Stev berteriak.
"Apa?! Apa yang kau lihat?" balas Yang Teragung Saha.
"Ada orang didalam sana," Stev melotot. Ngeri telah berkata seperti itu.
Menurutku benar! Ada orang didalam sana. Seseorang dan kelap-kelip bagai bintang. Topan itu semakin meninggi. Bahkan aku bisa melihat itu menyentuh langit.
"Aku melihatnya!" seru Christ terkejut. "Astaga, keajaiban apa itu?!"
Semuanya berteriak. Semakin lama, semakin jelas. Membuatku mengerti bahwa orang di dalamnya itu seorang remaja laki-laki. Berdiri tegak menyentuh tanah. Tak nampak jelas wajahnya. Hanya debu yang membentuk orang di dalamnya.
Api unggun mati. Dan hanya sisa-sisa lampu dan bulan bintang yang menerangi. Membuat teriakan dimana-mana. Terutama Levin dan Elvino masih dalam kekompakannya. Mereka bagaikan kakak beradik kembar. Dengan sifat yang kembar dan bentuk tubuh yang kembar pula. Gendut.
"Kalian dapat melihatnya?!" teriak Ben kepadaku. "Kira-kira siapa itu?"
"Peter!" jawabku dan Stev bersamaan.
Kami berpandangan lagi. Terkejut punya jawaban yang sama. Satu pertanyaan di benakku, apa yang terjadi?
Angin itu berhenti dan suara seperti sangkakala muncul entah darimana. Terasa makin lama makin kencang. Semua menutup telinga, terkecuali aku, Stev, Christ, Ben, dan Kakek. Paling berbeda diantara kami adalah Kakek. Ekspresi beliau santai dan tetap dengan senyumannya.
"Astaga..!" Christ kini menutup telinganya. "Apa yang terjadi?!"
Christ melihat Kakek meminta jawaban. Semakin lebar senyuman beliau. Semakin bingung pula pikiranku—pikiran kita, mungkin. Beliau menyembunyikan sesuatu, dan ia tidak merasa bersalah.
"Lihat!"
Seruan dari Ben membuatku hampir terjatuh. Itu peri-peri. Ya! Peri-peri. Mereka membawa sesuatu. Lebih tepatnya mengangkat tubuh remaja lelaki itu, bersama-sama. Ya, karena mereka kecil dan remaja itu lumayan besar. Kalau aku mengangkatnya, aku butuh bantuan 2 orang.
"Hei.. Sangkakalanya hilang.." desis Elvino membuka telinganya yang tertutup oleh kedua telapak tangannya.
Elvino benar. Bahkan aku sempat tidak menyadarinya. Angin topan itu juga mulai memnghilang. Makin mengecil. Mulai terlihat jelas siapa yang di dalamnya selain peri-peri.
"Bisa tolong bantu kami ?!" suara nyaring yang dibuat para peri agar mereka bisa di dengar. Dan rasanya suara mereka masih sekecil decitan tikus.
Aku maju beberapa langkah perlahan. Tidak menengok sedikit pun. Hanya menatap satu arah dan bertanya-tanya. Siapa itu?
Stev ikut melangkah. Kami berhenti dan berpandangan. Takut melanjutkan langkah. Kebingungan membara. Dan kami bersiap-siap apa yang akan terjadi selanjutnya. Ya, angin topannya hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World Sahaara Land
FantasyKhayalan. Chintya el'Queen. Namanya saja Queen. Apakah dia ratu? Apakah dia anak yang spesial? Spesial. Satu-satunya yang spesial dari dalam dirinya adalah sifatnya yang gigih dan cocok dinobatkan sebagai seorang Ratu. Harmonika bergeming. Orang-or...