Aku bermalas malasan di atas kasur. Menyalakan mp3ku. Masih jam 2 pagi. Tapi aku sudah bangun. Tadinya aku bermimpi sesuatu. Entah itu baik atau buruk. Bahkan aku bingung memutuskan itu mimpi indah atau tidak.
Aku bermimpi berdiri di tempat yang gelap. Tersesat entah dimana. Aku bertemu Brian. Dia memberiku sebuah lentera. Lalu dia pergi. Awalnya lentera itu membantuku mencari jalan pulang. Tapi akhirnya lentera itu berubah menjadi api yang membakarku. Aku meronta ronta. Tapi kemudian aku seperti jatuh. Tapi tak terasa sakit. Brian memelukku. Rasanya sangat nyaman. Tapi aku sadar ada orang lain yang dia peluk selain aku.
Lupakan. Itu hanya mimpi. Hanya hiasan tidur kan. Tapi sejak aku bangun, pikiranku selalu tentang Brian. Entahlah, aku tau dia telah merendahkanku dengan mengirim uang itu. Tapi aku tetap mengesampingkan kejadian itu.
"Ih gatel banget sih lo Ve. Lo harusnya benci sama Brian. Apa gara gara kemaren lo dipeluk terus lo jadi berubah pikiran ?? Ih gampangan banget lo Ve !! Parah "
Satu persatu bayangan itu teringat. Dia menabrakku, lalu memakiku, menemukan gelangku, memarahiku, mengajariku matematika semuanya. Kenapa perasaanku jd aneh.
Aku baru sadar selama aku membayangkannya aku jadi tersenyum. Entahlah.
You light me up inside
Like the 4th of july
Whenever you're around
I always seem to smileAnd people ask me how
Well you're the reason why
I'm dancing in the mirror
Singing in the shower.Lagu kesukaanku terdengar. Entah kenapa yang ada di pikiranku setelah mendengar lagu itu adalah Brian.
I know dia jahat, arogan, kaku, songong. Tapi.... ah aku tidak bisa menjelaskannya. Aku menutup mataku kembali. Melanjutkan tidur sembari mendengar mp3ku.
****
"Ahaaaa !! Ini dia sampah kita udah sampe kelas" terdengar suara yang kukenal, Namun sudah lama aku tak mendengarnya."Hei Vaaa.... gue kangen nih sama lo !!" Lanjutnya. Patricia, penyakit gilanya kambuh.
Aku tidak merespon apapun padanya. Biarlah, nanti juga berhenti menggonggong sendiri. Yakan.
Thata datang melambaikan tangan. Aku pun juga. Aku berencana akan curhat padanya. Tentang Brian.
"Tumben lo udah dateng" katanya santai
"Idih !! Gue mah selalu dateng pagi kali" sahutku nyinyir. Thatha hanya tertawa, kemudian miss Reveline datang. Dan pelajaran pun dimulai.
Aku sampai bosan rasanya. Apalah itu grammar, tenses, vocabulary. Rasanya aku sangat mengantuk.
"Miss Reveline !! Are you sleep again ?" Kata miss Reveline keras. Aku sampai kaget.
"No, miss. I am still awake. And listening to you" jawabku gagap
"Good" katanya lalu melanjutkan pelajarannya.
Ah membosankan. Pfftt.
"Lo pesen apa ?" Kataku pada Thata. Thata menunjuk salah satu warung dan aku mengangguk.
Braaak !!
Belum sampai lima langkah, aku terjatuh.
"Ups !! Gue sengaja !" Kata seorang cewek lalu diikuti cekikikan cewek yang lainnya. Yap. Patricia dkk.
Aku melotot kearah mereka. Thata segera berlari menghampiriku. Membantuku berdiri. Lututku rasanya perih sekali.
"Ve, lo gak papa ?!" Tanyanya kuatir.
"Ve, kayaknya mata lo kurang seger deh ngeliat jalan" aku dan Thata menatap Patricia gemas.
Lalu rasa dingin menjalar dari kepalaku sampai badanku. Ya tuhan. Patricia menyiramku dengan es cincau. Bahkan cincaunya menempel di rambutku.
"Eh, lo keterlaluan yaa !!" Teriak Thata geram. Patricia dkk lalu pergi meninggalkan kami.
"Gue kira dia udah berubah sejak minta maaf ke elo Ve" ucap Thata pelan.
Aku beranjak menuju yoilet bersama Thata. Membersihkan diri dari siraman es cincau. Aku melihat bayanganku di cermin. Menyedihkan. Seperti beberapa bulan yang lalu.
Apakah semua akan kembali ke masa itu ?
Aku tidak ingin kembali ke kelas. Melihat diriku saja aku malu. Dengan terpaksa Thata kembali ke kelas sendirian.
Langkah kakiku menuju balkon lantai atas. Tidak ada siapa siapa. Aku bersyukur Brian tidak melihatku menyedihkan seperti ini.
"Wait ?? Apa hubungannya dengan Brian ? Mau gue jelek kek cantik kek, itu ga ada hubungannya dengan Brian. Ya tuhan Ve !! Sadaaar !! "
aku melihat pemandangan yang indah. pohon pohon tertata rapi. Sangat membuatku tenang. Terakhir kalinya aku kesini aku bertengkar dengan Brian. Dia memelukku.
"Aduhhh !! Kenapa Brian lagi. Ah sialaaan !! Rasanya aku sudah di cuci otak. Bahkan aku selalu ingat manusia ituuu !!!! "
Aku kesal dengan diriku sendiri. Kenapa aku selalu menyangkut pautkan dengan Brian ? Eh, Btw. Seharian ini aku tidak bertemu dengannya.
"Yaudah lah Ve, gak usah mikirin dia. Mau dia salto jungkir balik. Apa urusan lo ???"
Sungguh. Baru pertama kalinya aku berperang melawan diriku sendiri. Gara gara seseorang bernama Brian. Seseorang yang membuat otak dan batinku gak sinkron. Dan memilih pendapatnya sendiri.
"Masa bodo dengan Briaaaan !!!"
Aku berjalan menyusuri lorong lorong kelas. Dan kakiku terhenti ketika membaca suatu kalimat.
"Jangan mudah percaya
Dengan apa yang kau lihat
Sementara gula dan garam
Hampir terlihat
SAMA"Aku membaca satu quotes yang unik di mading sekolah. Hmmm.... Memang, semua yang terlihat bahkan tidak seperti kenyataannya atau sebenarnya. Misalnya saja Brian, dia kaku, sonhong, arogan. Tapi dia baik.
Eh, apa barusan aku ngomong soal Brian ? Ah lupakan. Batinku sekarang sedang hobby membicarakannya.
Aku ganti contohnya. Misalnya saja, Patricia. Ya benar ! Dia terlihat kalem, cantik, bagai bidadari turun dari surga. Tapi kenyataanya dia seperti iblis.
Nah itu adalah contoh yang tepat. Aku kembali membaca quotes itu. Ternyata itu liputan jurnalis sekolah tentang mantan kapten basket. Itu quotes favoritnya.
Wait wait !!! Mantan Kapten basket ?? Maksudnya Brian ? Ah, kenapa Brian lagi ??? Aku sudah cukup gila hari ini. Karena satu nama. Brian.
Bahkan aku merasa, aku bukanlah aku. Aku tak mengenali diriku. Otakku benci Brian, tp batinku tidak. Aku tersiksaaa.
Satuhal yang batinku meminta.
"Bisakah aku bertemu Brian sekarang ?"
Ah ! Tapi otakku jelas melarang.***
Pov Patricia.
"Pat? Lo yakin ini sudah aman?" Tanya Kenny. Dia memang cewek bodoh. Beruntung sekali dia menjadi genk ku.
"Iya !" Jawabku kasar.
"Tapi Pat, kalo dia balik lagi ?" Ana menimpali.
"Kita Break sampai dia gak disini lagi, sampai dia keluar dari sekolah ini"
"Gue takut ketauan lagi" kenny sedikit gemetar. Sudah kuduga dia gak punya nyali.
"Dia gak lagi disini! Lo gak usah kuatir gitu lah !!" Sergah ku.
"Pelindung lo udah gak ada Ve. Jangan pernah berharap gue ngelepasin lo setelah lo ngerebut simpati Gerald . Jangan harap !"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher
Novela Juvenil"Dream Catcher akan menangkal mimpi burukmu" Apa pernah kau mendengarnya. Apa kau lebih takut pada mimpi buruk ? Lalu bagaimana jika itu kenyataan ? Siapa yang akan menolongmu dari kenyataan yang begitu pahit? Aku Reveline anastasia, gadis kecil...