Another Brian

8.9K 586 0
                                    

aku menatap rumah yang supermegah, aku memberanikan diri pergi rumah Gerald dan memastikan keadaannya. Aku juga menyiapkan segudang alasan buat berjaga jaga kalau Brian melarangku.

Mulai dari alasan diundang Gerald lewat telepon sampai acara belajar matematika. Aku juga membawa buku pelajaran agar terlihat meyakinkan.

Aku memencet bel rumahnya berkali kali. Seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Rupanya itu pembantu mereka.

"oh temannya mas Gege ya" rupanya dia mengenaliku. Aku menggangguk mantap. Lalu aku dipersilakan masuk. "Saya panggilkan dulu ya non" katanya kemudian pergi.

Aku menunggu Gerald turun dari lantai atas, dari kamarnya. Aku sedikit gugup. Aku harus bertanya seperti apa nantinya pada Gerald. Haruskah aku menanyakan gertakan Brian sekarang juga ?

Derap kaki terdengar dari anak tangga. Seseorang turun dengan santainya. Tangannya terselip di saku celana pendeknya.

"Reva ? Lo lagi. Ngapain lo disini?"

Aaahhh.. mati dah gue !! Gue harus alasan apa ? diundang Gerald atau belajar mtk ?

"Eh... tadi gue.. di telpon sama Ge buat belajar Mtk !" Akhirnya aku memakai kedua alasan itu. Brian mengangguk paham. Sepertinya dia gak curiga kalau aku bohong.

Dia menghampiriku, kemudian melihat ke arah tas ranselku. Aku tak mau Brian lebih curiga, aku mengeluarkan segala buku pelajaran yang sudah aku siapkan.

"Gerald mana ?" Tanyaku pelan.

"Baru aja dia keluar ke depan" jawab Brian datar.

"Oh, gitu.." jawabku pelan. Huah, untunglah Gerald baik saja.

"Yaudah, ayo belajar!!" Ucap Brian membuatku kaku.

"Ge kan masih diluar" alasanku.

"Sini gue bantu" ujarnya yang membuat jantung ku hampir berhenti.

"Maksud lo?" Aku memastikan kalau aku gak salah dengar.

"Lo kesini buat belajar kan ? gue juga bisa kok ngajarin lo"

Jleeeb!!

Aku memercingkan mata tak percaya. Bagaimana mungkin aku akan belajar bersama cowok yang menyebalkan seperti dia. Bagaimana nanti aku mecernanya.

Matematika saja cukup menyebalkan, apalagi belajar dengan orang menyebalkan. Hahaha, apa ini yang namanya menyebalkan kuadrat??!!

Kuturuti saja omongan Brian, toh bentar lagi Gerald dateng dan menyelamatkan aku dari manusia ini kan ?

Kubuka buku matematikaku dengan berat hati. Huuh, sebenarnya aku tidak ingin belajar matematika hari ini, tapi apa boleh buat.

Brian menunjuk salah satu soal matematika. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Dia sedikit demi sedikit menjelaskan soalnya. Aku hanya menatap soal itu lesu.

Tuk !!

Ketukan pensil mendarat di kepalaku. aku melototkan mataku tak percaya. Dia memukulku. Yahh walaupun dengan pensil, tapi kan dia memukulku!

"Kalo diajarin itu yang fokus!" Omelnya. Aku hanya menunjukkan wajah kesal.

"Iih, gue udah fokus kok!! " jawabku ketus.

"Oke liat cara gue ngerjain" aku mengangguk mengiyakan.

Brian mengerjakan soal matematika sepanjang itu dengan waktu satu menit. Aku menganga takjub, tak percaya.

"Gimana bisa ??" Tanyaku antusias. Kalau aku bisa seperti Brian, akan jauh lebih mudah mengerjakan tugasku kan ?

"Jadi rumus cepatnya tuh kayak gini...." jelasnya.

Tanpa sadar yang kuperhatikan bukan soalnya. Aku melihat bagaimana Brian menjelaskan dengan gamblang dan gak ribet. Bagaimana cara dia membuat soal jauh lebih mudah dikerjakan.

"Woy!" Teriaknya. "Lo ngerti gak!"

"Iya ini gue coba" jawabku singkat, lalu aku mulai mengerjakannya.

Aku setorkan hasil penyelesaian soalku ke Brian dengan senyum mengembang di bibirku. Brian mengkoreksi dengan seksama.

Aku yakin jawabanku benar. Aku melakukan hal yang diajarkan Brian tadi. Hanya butuh beberapa menit Brian mengkoreksi jawabanku. Senyumnya sedikit terlihat setelah melihat jawabanku. Kalian tau kan apa artinya !

Tuk!!

Ketukan pensil kembali mendarat di kepalaku. Aku hanya mengelus kepalaku kesal.

"Harusnya jawabannya itu dua, bukan empat"

Mataku mengerjap tak percaya. Bagaimana mungkin bisa salah. Aku melakukannya seperti yang dicontohkan tadi.

Aku mengulangi perhitungan ku. Dan kudapati memang jawabku tadi salah. Brian tertawa setan. Senang kalau aku gak bisa menyelesaikan soalnya.

"Cobak yang nomor 13, itu mudah"

Aku menganggukkan kepalaku. Kali ini aku harus bisa dan jawabanku harus benar. Kali ini aku harus yang teetawa setan, bukan Brian lagi.

Tanpa kusadari seluruh meja sudah penuh dengan kertas kertas hitungan. Makanan yang ada di meja pun lama lama tersisihkan. Brian hanya mengawasiku dengan mengunyah cemilan.

Hampir semua cemilan yang ada di meja sudah masuk di perutnya. padahal harusnya makanan itu di sediakan untuk tamu, aku.

Aku sudah menyelesaikan soal nomor 13. Brian kembali mengkoreksi hasil pekerjaan ku.

Tuk!!

"Salah lagi yah" kataku pelan.

"Udah bener kok!!" Brian tertawa lebar. Dia berhasil mengerjaiku.

"Sialan lo, gue udah bener kenapa masih dihukum sih" omelku kesal. Brian hanya tertawa.

Baru kali ini aku melihatnya tertawa. Selepas ini. Setiap kali aku melihatnya di sekolah selalu dengan muka kaku, ekspresi galak, sengak. Tapi kali ini dia berbeda. Sangat berbeda.

"Lo pinter kok, walaupun cuman dikit" Brian tambah tertawa. Aku memukulnya dengan bantal sofa. Aku ini kan emang dasarnya pintar ,
Waktu SD. hahahah

"Lo ternyata boleh juga. Gue kira lo cowok yang gak bisa mikir!" Kali ini aku tertawa. Brian juga tertawa, tapi semakin pelan.

Dan baru aku sadar aku tertawa sendiri. Aku pun diam.mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah bersamaan. Menggambarkan lambang damai.

"By the way Gerald kok lama ya" tanyaku memecah keheningan.

Gak kerasa waktu sudah menujukkan jam sepuluh malem. Padahal aku jam tujuh udah sampe disini.

"Ya iyalah" jawab Brian datar.

"Emang dia pergi kemana?"

"Amsterdam, dari kemaren" sontak jawaban Brian membuat jantungku hampir copot.

"Hah ?" Aku gak percaya. Jadi Gerald ada di Amsterdam? Bagaimana mungkin Brian mengerjaiku !!

Aku memasang muka kesal. Brian hanya tersenyum iblis. Mungkin dia puas mengerjaiku.

"Lo kok tega banget sih bohongin gue !!" kataku sambil menimpuknya keras.

"Lo juga ngapain lo bohongin gue. Pake acara ditelpon Gege lah, belajar bareng lah, nomornya aja ganti di Amsterdam " beber Brian.

Rupanya dia sudah tau aku berbohong. Dan dari awal pula. Aku berasa kecolongan.

"Tau gitu gue pulang !" Kataku sambil bembereskan buku bukuku.

"Lo mau pulang sekarang?" Tanya Brian, yang kuanggap ini pertanyaan bodoh. Yaiyalah, masa iya aku nginep disini. Gak mungkin kan.

"Menurut lo? " tanya balik.

"Gue anter!" Katanya sambil memberi kode ke pembantunya. Aku memasang muka heran.

"Ini udah malem, gue gak mau tanggung jawab aja kalo sampe terjadi sesuatu yang gak diinginkan !!" cecarnya.

Huuh. Paling gak, aku gak harus nyari taksi malam malam kan. Yaah, paling tidak Brian sedikit baik. Yah. Sedikit !!

Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang