Part ini aku dedikasikan buat adekku RIZKA DWI CAHYANI yang lagi kasmaran sama cowok yang inisialnya H hahahah
Buat fans pertamaku kifia desi larasati.
Buat yang udah bbm tiap hari suruh ngelanjutin. Buat yang teriak teriak suruh ngelanjutin juga.
Yuniar and trianaa.
Jangan lupa vote !!
Hahaha. Maksa.Yaelah. Ini apaaan kayak acara penghargaan. Haha lupakan ! Thanks buat semua yang udah baca.
****
Aku berlari sekuat tenagaku menuju kelas Brian. Tidak kutemukan !Aku mengubah arah ke balkon lantai atas. Tidak ada. Aku berbelok ke arah perpus. Nihil !! Brian menghilang. Dia tidak ada di sekolah.
Ahhh... aku frustasi mencari Brian. Dimana dia ???
Satu ide terbesit di pikiranku. Yah !! Menelponnya ! Ku pencet nomor telponnya.
Tuuut....tuuuut....tuuut !!
Nomor yang anda tuju tidak bisa menerima panggilan anda. Silahkan coba lagi."Aaaah. Brian kenapa gak angkat sih telponnyaaa!!"
Kuulangi lagi menghubungi nomornya. Sama ! Tidak di jawab !!
Ku kirim chat padanya
Reveline : gue penge ketemu lo. Nanti jam 4 di tempat kemarin !
****
Aku menunggu Brian di dekat jembatan. Seperti text yang aku kirimkan. Sudah jam 4.25 Brian juga tak kunjung datang .Aku sudah berulang kali menelponnya, tidak juga ada jawaban. Memang tidak ada balasan textnya. Tapi tadinya aku berfikir Brian akan datang.
Aku tidak bisa menunggu terus seperti ini. Aku mencoba menghubungi Gerald untuk mencari tau keberadaan Brian. Tapi Gerald juga tidak bisa dihubungi.
"Kenapa dengan mereka berdua siiih !! "
Aku menggerutu dalam hati. Gak biasanya mereka suka meninggalkan hape dan tidak ada balasan seperti ini.
"Ya tuhaaaan !! Kenapa aku fak gps lokasinya ajaaa !! Lacak lokasi Brian kemudian datang menemuinya !! Ya elaaah kenapa bego banget dah gueee !!"
Aku melacak hape Brian dengan idnya. Hah. Sinyal di dekat jembatan sangat jelek. Gambar lingkaran memutar terus terlihat di hapeku.
Dan hampir 2 menit aku bosan melihat layar, satu tempat di peta menunjukkan lokasi Brian!
"Hah ???!! Bandaraaa ??! Ya tuhan !!"
Aku segera mencari taksi. Memberhentikannya. Kemudian menuju bandara. Ya ! Bandara !!
"Pak, bisa agak cepet gak" pintaku pasa supir taksi.
"Ini udah ngebut neng! Udah kayak di film balapan" sahutnya.
"Nih taksi lemot banget sih jalannnya !! Ah, pasti Brian mau berangkat ke Amsterdam semoga Brian belum berangkat !! Briaaan, plisss tunggu akuuu !!"
Supir sudah memarkir mobilnya di depan bandara. Aku segera keluar dan membayar argonya.
Berlari masuk sambil menyorotkan mata ke segala arah mencari sosok Brian
"Gilaaak !! Briaaan lo dimana sih !! Gue berasa jadi cinta nyari rangga di aadc !!"
Rasanya kakiku sudah cape memutari seluruh bandara. Aku memgangi lututuku. Rasanya sudah kaku.
Sepasang kaki tepat di depan mukaku.
"Revaa..."
Aku langsung mendongakkan muka.
"Brian !"
Aku melihat sosok lelaki separuh baya. garis matanya sedikit keriput. Siapa lagi kalo bukan bapak biologisku.
Lidahku kaku, mulutku beku. Aku ingin bergumam menyapanya, mengucapkan kata 'papa' tapi tenggorokanku rasanya tercekat. Tertahan .
Papa langsung memelukku, membelai rambutku. Sudah sepuluh tahun aku tidak merasakan pelukannya. Aku terbawa suasana sepuluh tahun yang lalu. Saat aku masih kecil, masih bersamanya
"Reva... kamu sudah tumbuh besar, kamu cantik seperti mamamu" katanya tanpa melepaskan pelukan
"....."
"Papa minta maaf, papa udah ninggalin kalian. Papa pantes terima kalo kamu tidak mau bertemu papa" lanjutnya.
Aku merasakan tubuh papa bergetar. Aku tidak menangis. Sama sekali tidak. Mungkin hatiku sudah beku. Tidak bisa disentuh oleh orang yang meninggalkanku selama sepuluh tahun.
"Reva" papa melepaskan pelukannya. Menatapku tajam.
Aku melihat raut mukanya. Raut mukapenuh penyesalan, matanya berkaca kaca.
"Reva, apa kamu gak kangen sama papa?" Tanyanya dalam.
Jleeeb !!
Tadinya aku berfikir hatiku sudah beku. Ternyata tidak.Entah kenapa aku bisa merasakannya. Aku ingin memeluknya erat. Aku ingin mengatakan 'pah! Aku kanget banget sama papa ! Aku kangen peluka papa, suara papa, obrolan papa, gaya papa tertawa, semuanyaaaa!" Tapi semua itu tertahan diujung mulutku.
"Papa pantas menerima ini semua, papa yang meninggalkan kalian, papa yang akan tanggung akibatnya" ucapnya pelan kemudian mencium keningku "kamu baik baik disini ya" lanjutnya.
Papa membalikkan badan, melangkahkan kaki menibggalkannku.
Papa yang aku cari selama sepuluh tahun, yang aku tunggu kedatangannya. Dan sekarang dia ada dihadapanku, akan pergi meninggalkanku lagi.
"Papa" kat itu tertahan di mulutku. Susah sekali rasanya mengeluarkan kata itu.
Air mataku berurai lebih dulu dari kata kataku. Aku tidak bisa membendungnya. Bibirku sudah bergetar melihat kepergiannya.
"Papaaaa!!!" Teriakku
Papa menghentikan langkahnya. Membalikkan badannya ke arahku. Melihatku menangis.
Aku bisa melihatnya tersenyum, tapi dengan berurai air mata. Aku berlari ke arahnya. Memeluknya erat.
"Papa" hanya kata itu yang bisa keluar.
"Revaaa.... papa sayang reva" aku bisa merasakan tangisan papa.
Aneh rasanya. Harusnya kita bertemu dengan perasaan bahagia, bukan menyedihkan seperti ini.
"Paaa"
"Rev, maafin papa. Papa udah...."
Aku melepas pelukanku. Menatap matanya, mata yang tak seperti yang terakhir ku lihat dulu. Aku menggeleng pelan .
"Reva udah maafin papa kok" kataku sambil menahan tangisku.
"Revaa"
"Pa, reva udah maafin papa sejak papa pergi..."
"Revaaa.... kamu tumbuh jadi anak yang baik"
"Pah, reva...." tangisku sudah tidak bisa tertahankan lagi. Papa memelukku sekali lagi.
"Maafin papa reva, maafin" katanya kemudian pergi.
"Paaah" kakiku mengikuti langkah papa. Seolah aku tak ingin ditinggalkan kedua kalinya.
"Papa harus balik ke Amsterdam. Papa bakal balik kesini buat nemuin kamu" katanya sambil tersenyum. "Papa akan sering ke Indonesia"
" reva bakal kangen papa"
"Lagi pula papa punya hutang ke kamu...."
"Hutang??"
"Iyaaa. Kebun binatang" katanya sambil melambaikan tangan
Ya tuhaaan !! Aku kira papa lupa. Ternyata dia ingat sampai sekarang !!
"Paaa tunggu !! Brian dimanaa ??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher
Ficção Adolescente"Dream Catcher akan menangkal mimpi burukmu" Apa pernah kau mendengarnya. Apa kau lebih takut pada mimpi buruk ? Lalu bagaimana jika itu kenyataan ? Siapa yang akan menolongmu dari kenyataan yang begitu pahit? Aku Reveline anastasia, gadis kecil...