Hurt

8.6K 540 12
                                    

Think of you when I'm going to bed
When I wake up think of you again
You are my homie, lover and friend
Exactly why
You light me up inside
Like the 4th of July
Whenever you're around
I always seem to smile
And people ask me how
Well you're the reason why
I'm dancing in the mirror and singing in the
shower
La da di, la da da, la da daaa
Singing in the shower
La da di, la da da, la da daaa
Singing in the shower

Dering hapeku berbunyi puluhan kali. Aku tidak menggubrisnya. Saat ini aku sedang melanjutkan menangisku. Menangis sampai puas. Entah sudah berapabanyak uang yang aku keluarkan nanti untuk membayar argo. Taksiku masih menunggu.

Sekali lagi dering hapeku berbunyi. Kulihat layar hapeku. Brian. Kenapa lagi dengan manusia itu. Sudah cukup aku pernah percaya, tapi dia menyembunyikannya dariku

Aku masuk ke dalam taksi yang lama menungguku. Ku instruksikan ke arah rumahku. Rasanya aku ingin pulang. Menangis di kamar dengan tumpukan bantal mungkin akan lebih baik.

"Sudah sampai mbak" kata supir taksinya.

"Berapa pak ?" Tanyaku lemas. Rasanya aku tidak punya tenaga.

"Lima ratus delapan puluh dua"

Jeng...jeng !!
Leherku berasa di cekik.

"Berapa ?" Ulangku memastikan.

"Lima ratus delapan puluh dua" jelas supir taksi.

"eh, apa tidak ada diskon ?" Kata kata itu mencuat dari mulutku. Mana ada argo bisa di diskon.

Supir taksi itu menyipitkan mata padaku. Mungkin dia sedikit marah.
"Ini ongkosnya, kembaliannya ambil aja" sahut seorang cowok tiba tiba disampingku.

Brian !! Ternyata sedari tadi dia sudah menungguku di depan rumah. Aku malas sekali menemuinya. Sangat !

"Reva" panggilnya pelan. Aku tidak menggubrisnya.

Aku tetap melangkahkan kaki menuju rumah. Brian membuntutiku dengan sesekali memanggilku.

"Reva, tunggu" ucapnya sambil memegang tanganku.

Kurasakan dia menggenggam tanganku kuat. Sampai berasa sedikit sakit. Brian menyeretku menjauhi rumah.

"Lepasin gue" rontaku keras. Kali ini giliran Brian yang tak menggubrisku.

Brian menyeretku kasar masuk kedalam mobilnya. Dia membawaku entah kemana. Rasanya aku ingin keluar saja dari mobil ini.

"Apa lagi yang ingin dilakukan manusia ini" pekikku dalam hati.

Brian memarkir mobilnya di sebelah jembatan. Lalu dia turun dan memaksaku turun.

"Gue ga mau turun!!" Teriakku.

"Reva, gue bisa jelasin" pinta Brian pelan. Lalu menarikku turun.

"Apa yang bisa lo jelasin?!" Sindirku sinis.

"Gue tau, lo pasti kaget, syok dengan kejadian hari ini"

"Ehem.... sangat! Gue juga gak paham. Apa sebenarnya tujuan lo ngelakuin semua ini!"

Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang