Broken !

8.4K 577 1
                                    

Sampai saat ini Brian tidak terlihat batang hidungnya. Nomor telponnnya juga tidak aktif. Aku sudah mencoba menghubunginya. Aku tau ini sedikit gila, aku mencarinya.

Tapi tidak ada pesan yang masuk. Apa dia tidak ingin mengabariku ? Atau mengkhawatirkanku ? Ah, sudahlah.

Aku berjalan menuju toko bunga di dekat sekolah. Jaraknya mungkin memang sedikit jauh. Sekitar 300 meter. Hari ini mama ulang tahun. Ya sekalipun tidak ada acara tiup lilin. Paling tidak ada seikat bunga.

Kadang berjalan sendirian itu menyenangkan. Disepanjang jalan aku bisa membayangkan apa yang aku mau. Bisa berbicara sendiri. Yah sekalipun terlihat sedikit gila.

Brakk !!
Seseorang mendorongku dari velakang. Aku tersungkur ke aspal. Aku sadar aku lebih suka lantai daripada aspal. Paling tidak lantai tidak se keras dan se kasar ini.

Patricia tepat di hadapanku. Menginjak jariku. Aku meringis kesakitan.

"Sudah gue bilang, jangan deketin Gerald !! Lo tau kan apa akibatnya" bisiknya.

Aku merintih kesakitan. Ternyata Patricia senekat ini. Dia mengambil jepitku dan menginjaknya.

"Jangaaaan!!!" Jeritku saat dia mencoba menginjaknya. Namun aku telat. Jepit itu sudah pecah, menjadi remahan. Rasanya ? Kacau. Aku ingin marah aku ingin menangis dalam waktu yang bersamaan.

Aku berdiri tepat dihadapan Patricia. Mendorongnya keras sampai terjatuh. Kenny dan Ana hanya bengong dan membantu Patricia berdiri.

Patricia mengangkat tangannya, ingin menamparku.

"Apa ?!! Lo mau tampar gue ha?!!" Teriakku keras. Aku sudah bosan. Sabarku sudah habis.

Dia melotot kemudian matanya melihat sesuatu. Dia buru buru pergi. Entah apa yang dia lihat. Kenny dan ana juga cemas. Mereka bertiga lalu pergi meninggalkan aku sendiri.

Aku melihat remahan jepitku nanar. Jepit pemberian Brian. Harusnya aku bisa jagain jepit itu. Ini jepit tercantik yang aku punya !

Yah, untunglah mereka pergi. Aku tidak perlu lama lama bertemu mereka. Kalau saja mereka disini, aku akan lebih marah lagi.

Aku merasakan hangat di dahiku. Perih rasanya. Aku menyentuhnya, kemudian kulihat cairan di tanganku. Darah !

Sepersekian detik mataku rasanya kabur. Tidak bisa melihat jelas.rasanya badanku sedikit lemas. Kemudian yang kurasakan hanya gelap.

***

Aku membuka mataku pelan. Aku berada di ruangan yang interiornya sangat bagus. Aku tersadar aku sedang berbaring di kamar. Bukan kamarku, ataupun kamar Thata. Aku belum pernah kesini sebelumnya.

Seseorang membuka pintu. Dia tersenyum manis padaku. Gerald ? Aku tidak percaya aku sedang di kamar Gerald.

"Lo udah sadar ?" Tanyanya lembut. Aku mengangguk pelan.

"Ge ?" Kataku sambil mencoba untuk duduk. Gerald membantuku. Aku langsung memeluknya.

Entah kenapa aku langsung terisak. Aku ingat kalau Gerald lah orang yang selama ini membantuku. Dia selalu ada disaat yang tepat.

"Lo kenapa Ve?" Tanya Gerald. Aku tak menjawab. Lidahku rasanya kaku. Badanku bergetar karena terisak.

Aku gak bisa ngucapin apapun padanya. Ucapan terima kasih pun rasanya aku tak mampu. Terlalu banyak aku ditolong olehnya, terlalu banyak juga dia menyelamatkanku.

"Ge..." hanya sebatas itu aku bisa berbicara. Selebihnya aku tambah terisak.

"Ya tuhan Ve, selama ini Gerald udah nolongin lo, selalu ada buat lo. Dan lo lebih kecantol sama Brian ? Dia bahkan ngerendahin keluarga lo" pekikku dalam hati.

Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang