Aku tidak bisa memjamkan mata. Pikiranku penuh dengan serba serbi Brian. Matanya, sifat arogannya, misteriusnya, semuanya~ Bahkan ada bayangan Brian tertawa tadi.
Entahlah, mungkin tertawanya tak semanis Gerald, tapi itu terlihat spesial. Eh-- apa aku bilang spesial ? Ralat ! Maksudku karena aku baru pertama kali melihat Brian tertawa, jadinya itu sedikit.. ehm berbeda. Yah ! Berbeda, kata yang tepat. Bukan special. Hahaha
Dia sepertinya tau banyak tentang aku, tidak seperti yang terlihat. Dia tau alamat rumahku, aku tinggal bersama mama, bahkan mungkin dia sekarang sudah tau ukuran sepatuku.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.22 . Aku harus tidur ! Besok aku sekolah !
Ayo Ve, tidurlah. Besok lo tanya ke Brian tentang hal kemarin, dan bayangkan mukanya tersudut yaah 'skak mat !!' Dia kalah, dan lo menang !
Aku tersenyum membayangkan akan seperti apa alasan Brian besok. Aku juga tidak sabar melihat muka kekalahannya. Brian tak akan bisa mengelak !
***
"Tumben udah berangkat jam segini" kata mama seraya aku mencium pipinya."Ada urusan ma" jawabku beralasan. Mama hanya mengangguk lalu melambaikan tangannya.
Aku berlari menuju halte dekat rumah. Menunggu bus datang. sepuluh menit tlah berlalu. Bus yang ku tunggu datang. Aku segera naik ke bus.
Maaih banyak bangku yang kosong, aku bebas mau duduk dimana saja tanpa berdesakkan. Jarak rumah ke sekolahku lumayan jauh. Sekitar 5 halte persinggahan dari halte dekat rumah. Itu pun aku harus berjalan dua blok.
sampai lah di halte ke 4 dari rumah, disini bus akan berhenti lebih lama. Halte terbesar lebih tepatnya.
Banyak orang yang masuk ke bus. Bangku kosong sudah tak bersisa. Banyak orang berdiri berjejalan. Padahal ini masih pagi.
Saking sesaknya, rambutku jadi awut awutan . Aku mengeluarkan jepit rambutku dari tas. Ingin ku menaikkan rambutku. Tapi malah terjatuh.
Mungkin di film atau sinetron, ini akan jadi kesempatan untuk modus. Bersamaan memegang tangan, berpandangan mata, Slow motion, iringan lagu cinta. Haaah, apalah itu, tapi kali ini berbeda.
Kraak!!
Seseorang menginjak jepit rambutku. Sampai remuk. Aku yang melihatnya langsung menganga tak berdaya. Hanya 2 detik, ekspresiku menjadi marah, kesal. Ingin rasanya mencaci orang yang menginjak jepitku.
"Heh, lo gak punya mata?!" Ucapku geram. Seorang cowok dengan atribut seragam sekolah menatapku datar.
"Lo lagi !!" Pekikku keras, hingga semua orang melihatku. Aku hanya menganggukkan kepala dan mengisyaratkan maaf ke mereka.
Mataku tetap melotot kearahnya.
"Lo ngapain disini !" Pekikku pelan
"Naik bis !" Yaaa, aku tau lah, orang disini ya naik bis --"
"Itu jepit gue, kenapa lo injek ?!!"
"Oh ya ?" Katanya dibuat buat. Lalu dia melihat ke remahan jepit dan memasang ekspresi terkejut. "Gue bisa ganti" lanjut nya datar.
Bus sudah berhenti di halte ke 5. Dia langsung keluar, begitupun aku. Langkahnya sangat panjang sehingga aku ngos ngos an membuntutinya.
"Bukannya lo harus jemput Ge ya?" Introgasiku.
"Dia bisa pulang sendiri. Dia udah gede" telingaku sempat gak percaya dengan omongan Brian barusan.
Kemarin dia sendiri bilang akan menjemput Gerald. Dan sekarang, dia bilang tidak menjemputnya. Labil sekali manusia ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher
Novela Juvenil"Dream Catcher akan menangkal mimpi burukmu" Apa pernah kau mendengarnya. Apa kau lebih takut pada mimpi buruk ? Lalu bagaimana jika itu kenyataan ? Siapa yang akan menolongmu dari kenyataan yang begitu pahit? Aku Reveline anastasia, gadis kecil...