Kelas sore ini sungguh membosankan. Seandainya aku bisa meloloskan diri dari sini dan segera pulang untuk tidur. Toh aku hanya ingin menjadi fotografer, aku hanya butuh kamera, bukan matematika dengan nilai A sempurna. Kuhela napas panjang.
Daripada aku tertidur, kuedarkan pandanganku ke sekeliling kelas. Kuamati teman sekelasku satu per satu. Sunyoung dan jihoon terlihat bertukar tulisan di kertas kecil sambil menahan tawa. Ahra memutar rambutnya bosan. Dan pandanganku berakhir pada penghuni bangku di belakang, dekat jendela.Kuperhatikan jeonghan mengedarkan pandangannya ke luar jendela sambil menggigit bibir bawahnya, kebiasaannya yg tak pernah sadar dia lakukan.
Tatapannya kosong. Entah apa yg ada di dalam kepalanya. Tiba2 dia mengalihkan pandangannya ke arahku, seakan-akan dia tau bahwa aku sedang mengamatinya. Dia menyunggingkan senyum lebarnya dan membagi ciuman jauhnya untukku. Dasar tengil!
Tiba2 terdengar suara guru kami menggelegar memanggil nama jeonghan, "Jeonghan, sudah beberapa kali bapak memperingatkanmu untuk fokus saat pelajaran bapak. Dan rambutmu itu, kamu itu laki-laki jeonghan-ah, sudah berapa kali bapak bilang untuk segera memotongnya dan mengubahnya menjadi hitam kembali?! Pulang sekolah, kamu menghadap bapak di kantor. Akan kita bicarakan masalah ini dengan kepala sekolah."
Jeonghan kembali menghadapku. Diangkatnya kedua bahunya dan kulihat bibirnya membetuk kata "whatever". Yah, itulah sahabatku.
***
Pulang sekolah aku mampir sebentar di klub basket. Ada 1 pertandingan menanti minggu depan. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 6 petang. Aku menyusuri lorong sekolah menuju tempat parkir dan kulihat kilasan bayangan keluar dari ruang kepala sekolah.
Aku memicingkan mataku untuk melihat siapa bayangan itu. Ternyata bayangan itu adalah jeonghan.Kukejar dia dan kurangkul pundaknya dari belakang, "Hei baby doll..."
"Hei you..." Kurasakan lengannya merengkuh pinggangku.
"Jadi, apa yg kau lakukan di kantor kepala sekolah?"
"Seperti biasa, masalah rambut dan seragam."
"Apa mereka tak tau, kalau kamu harus memotong rambutmu, maka kamu akan menjadi jelek?"
Dia hanya menjulurkan lidahnya ke arahku.
"Mau pulang bersamaku?"
"Tidak seung-ah, myungho sudah menungguku di depan. Dia berjanji akan mengajakku jalan malam ini. Nah, itu dia di sana. Bye seung-ah. Sampai ketemu nanti malam."
Dia berlari ke arah myungho. Kulihat mereka berdua berciuman di dekat pintu keluar lorong sekolah. Setelah ciuman itu berakhir, jeonghan menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya ke arahku. Sampai jumpa nanti malam baby doll.
***
Malam itu langit sangat cerah. Aku mengambil kameraku dan majalah fotografer ke teras depan rumah. Kucoba mengambil beberapa shoot vas bunga di meja, dengan menggunakan panduan dari majalah fotografer itu.
Dua puluh menit kemudian terdengar suara mobil diparkir di depan rumah sebelah, rumah jeonghan. Kudongakkan kepalaku dan kulihat jeonghan turun dari kursi depan mobil. Myungho juga terlihat turun dari mobil.
Mereka berpelukan erat. Myungho mencium kening jeonghan, dan entah apa yg dikatakan myungho, membuat jeonghan tersenyum dan mencium singkat bibir pacarnya itu.
Setelah mobil myungho menghilang dari pandanganku, jeonghan menoleh ke arah rumahku. Terlihat ekspresi terkejut di wajahnya, "Seung-ah?"Dengan langkah yg terburu-buru dia berjalan ke arahku. "Seung-ah apa yg kamu lakukan di sini?"
Jeonghan menghampiriku dan duduk di pangkuanku dengan posisi wajahnya menghadapku. Dipeluknya leherku dan kurasakan kehangatan menjalar dari tubuhnya. Posisi ini adalah posisi yg biasa bagi kami berdua. Aku menyebutnya posisi koala. Ini juga yg membuat banyak orang salah paham dengan hubungan kami berdua.
"Hey, ini rumahku. Apa kamu lupa?"
Kudengar dia menghela napas panjang. "Ada apa baby doll?" Kupeluk dia, berharap dia juga merasakan kehangatan dariku.
"Tidak ada apa-apa seung-ah, aku hanya kangen dengan teh buatan mama mu. Boleh aku masuk sebentar?"
"Boleh nak. Rumah ini juga rumahmu. Kapan saja kamu mau minum teh, masuklah. Cepat hangatkan dirimu di dalam. Antar dia ke kamarmu seungcheol-ah. Mama akan memanaskan air dulu. 10 menit lagi, turunlah ke bawah kalian berdua. Kita akan minum teh bersama."
Mamaku tiba2 muncul di ambang pintu depan rumah. Mungkin dia mendengar suara jeonghan memanggilku tadi.
Mamaku sudah menganggap jeonghan seperti anaknya sendiri. Begitu pula dengan jeonghan, yang sudah menganggap mamaku seperti ibunya sendiri. Bahkan dia memanggil mamaku juga dengan panggilan mama.
Tunggu, sepertinya aku melupakan sesuatu. Aku belum menceritakan bagaimana jeonghan dan aku menjadi seperti sekarang ini.
End of Chapter 2

KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND? - Private
Fanfiction"Tidak, dia bukanlah kekasihku. Jeonghan, hanyalah sahabatku. Sahabat baikku. Benarkah?" My Second Jeongcheol Fanfiction YAOI (NO Gender Switch) Violence Abuse Slutty Jeonghan^^