Sampai hari senin pagi kulihat kamar jeonghan masih kosong. Aku berangkat sekolah pagi ini dengan perasaan yg campur aduk. Antara khawatir dengan marah. Khawatir karena tidak ada kabar sama sekali tentang keberadaannya, dan marah karena 2 hari dia tidak pulang ke rumah.
Dia sendiri yg bilang jika menginap di rumahku, ibunya akan khawatir. Tapi selama 2 hari ini dia menghilang entah kemana, apakah dia tidak mengkhawatirkan perasaan ibunya?!Sesampaiku di sekolah, aku merasa harus segera mencari jeonghan. Kulewati lorong sekolah dan saat akan memasuki kelas, kulihat dia. Disana dia ternyata. Berada di depan kelas dan duduk di pangkuan mingyu. Dia sedang tertawa cukup keras. Dia berada di tengah-tengah kerumunan para lelaki, sepertinya dia sangat menikmati kepopulerannya.
Sedikit berlari aku menuju ke tempat dia berada. Tanpa basa-basi kutarik tangannya dan kuseret dia ke kamar mandi. Terdengar jeritannya dan kurasakan gerakan penolakan darinya, tapi aku tidak peduli.
Saat tiba di kamar mandi, aku mengecek satu per satu bilik kamar mandi. Dan setelah tau semuanya kosong, aku membiarkan tangan jeonghan terlepas dari genggamanku."ADA APA DENGANMU?! Kamu tidak bisa seenaknya menyeretku kemari bagaikan binatang seung-ah!!"
"Kamu salah, seharusnya aku yg menanyakan hal itu. Ada apa denganmu?! Kenapa 2 hari ini kamu tidak pulang ke rumah?! Kemana saja kamu?! Apa kamu tidak khawatir dengan ibumu?!"
"Asal kamu tau seung-ah, aku sudah ijin dengan ibuku untuk menginap di rumah mingyu. Ya, kamu mendengarnya dengan jelas, 2 hari ini AKU. BERSAMA. DENGAN. MINGYU."
Dia menekankan setiap kata itu. Dan setiap penekanan kata itu pula, wajahku seperti ditampar.
Kualihkan pandanganku dari tatapan matanya yg menantang. Kulihat dia sedang memegang tangannya yg kugenggam cukup kuat tadi. Pergelangan tangan kanannya terlihat memerah. Tapi aku juga melihat ada bekas merah di pergelangan tangan kirinya. Tunggu, aku tadi tidak menyentuh tangan kirinya sama sekali, lantas bekas merah apa itu?
Kutarik tangan kirinya, dan kuperiksa pergelangan tangannya. Terlihat pada pergelangan tangannya seperti bekas ikatan tali yg cukup kencang. Tak puas melihat tangan kirinya, aku juga menarik tangan kanannya cukup kasar. Badan jeonghan sempat terhuyung ke depan.
Pergelangan tangan kanannya juga menunjukkan bekas yg sama. Ya Tuhan, bekas apa ini?Kemudian aku memperhatikan leher jeonghan. Di sana kutemukan lehernya sudah membiru. Bukankah dia sendiri yg berkata, bahwa 2 hari ini dia bersama mingyu? Jadi bekas itu bukanlah hasil pemukulan ayah tirinya kan?
Tak sabar, aku merobek seragam jeonghan. Kancing seragamnya terpencar ke segala arah. Tak kugubris jeritan marahnya, karena pandanganku mulai memerah saat aku melihat apa yg kulihat di tubuh jeonghan.
Banyaknya garis merah dimana-mana dan bekas gigitan yg sudah mulai membiru di pundak sebelah kanannya, dada sebelah kirinya, dan bekas gigitan yg cukup jelas di perutnya.
Cukup sudah. Aku tak mau melihat lebih detail lagi. Yg kulihat kini hanyalah wajah mingyu yg sedang menyeringai saat meninggalkan setiap bekas ini di tubuh baby doll.
Tanpa berbicara, aku meninggalkan jeonghan di kamar mandi. Aku menuju lorong depan kelasku untuk mencari mingyu. Kudengar dari jauh dia sedang membanggakan dirinya, betapa dia sangat beruntung bisa mendapatkan tubuh baby doll. Pandanganku yg awalnya merah, kini menghitam. Tanpa basa-basi aku menarik kerah baju mingyu dan memukul dengan keras dagunya. Saat dia sudah jatuh terjerembab ke lantai, aku duduk di atas perutnya dan mulai menghujani wajah mingyu dengan pukulan-pukulanku.
Ada yg menarik pinggangku dari belakang. Beberapa anak berusaha memisahkanku dari mingyu. Tiba-tiba pandanganku dipenuhi dengan wajah jeonghan. Kurasakan jari telunjuknya menusuk-nusuk di dadaku. Hanya sebagian kata-katanya yg berhasil kutangkap. Dia ingin berbicara 4 mata denganku, di tempat favoritnya. Tempat duduk penonton di lapangan bola. Semua perasaan yg campur aduk, membuatku tak bisa berpikir secara logis. Aku sendiri masih tak bisa menangkap dengan jelas, alasanku yg sebenarnya hingga aku harus memukuli wajah mingyu.
Aku mengikuti jeonghan dari belakang bagaikan sesosok zombie, karena saat ini yg kurasakan hanyalah kehampaan.
End of Chapter 10
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND? - Private
Fanfic"Tidak, dia bukanlah kekasihku. Jeonghan, hanyalah sahabatku. Sahabat baikku. Benarkah?" My Second Jeongcheol Fanfiction YAOI (NO Gender Switch) Violence Abuse Slutty Jeonghan^^