Chapter 8

2.6K 298 19
                                        

Semuanya menjadi sangat canggung. Setelah jeonghan keluar dari kamar mandi, dia memakai kembali pakaiannya semalam. Tanpa menatap mataku, dia berpamitan pulang, dan segera memanjat jendela kamarnya dari teras kamarku.
Tak sepatah katapun bisa kuucapkan untuk mengakhiri kecanggungan ini dengannya. Jadi kubiarkan dia pergi dari hadapanku.

Aku harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan pikiranku dari masalah ini. Mungkin dengan itu aku bisa menenangkan diri. Maka kuputuskan untuk mandi dan bersiap ke sekolah. Ya, hanya basket yg bisa membantuku.

***

Saat di sekolah, hanya segelintir siswa yg berada di lapangan basket. Sebagian besar adalah siswa kelas 1. Pelatihku juga tidak terlihat datang, karena saat selesai pertandingan kemarin, sebenarnya pelatihku juga mengatakan bahwa hari ini ekstrakurikuler basket diliburkan bagi siswa yg ikut bertanding di pertandingan final.

Tanpa basa-basi aku mengajak beberapa siswa yg hadir untuk sparing. Berlari dan berkeringat biasanya akan sangat membantuku untuk menghilangkan segala penat dan kekalutanku. Tapi entah mengapa, kali ini, bahkan basket pun tak mampu mengusir ingatanku tentang kejadian semalam. Ingatan yg bagaikan kaset yg terus berputar dan berputar, dan seakan-akan aku bisa merasakan kembali apa yg kurasakan sepanjang malam tadi. Kemudian perasaan bersalah yg tiba-tiba saja datang, saat melihat apa yg telah kulakukan pada tubuh baby doll-ku, terus menghantuiku.

Semua pikiran yg berkecamuk menjadi satu ini membuatku tak fokus dan akhirnya harus tersandung dengan kaki ku sendiri saat aku akan lay-up. Tubuhku jatuh terpelanting ke lantai lapangan basket yg dingin. Beberapa siswa mengerumuniku dan mencoba membantuku berdiri. Tapi aku menampik tangan mereka dan mencoba bangkit.

Memang seharusnya aku tak berlaku kasar pada mereka. Mereka tak tau apa-apa. Tapi saat mereka menanyakan apakah aku baik-baik saja, aku lepas kendali. AKU TIDAK SEDANG BAIK-BAIK SAJA. Kudorong orang yg berada di depanku dan kubanting bola basket yg saat itu kupegang. Dengan langkah berat, aku berjalan menuju pinggiran lapangan untuk mengambil tasku dan menuju ruang ganti.

***

Hanya ingin berganti pakaian dan segera pulang, betapa terkejutnya aku melihat sosok mingyu di ruang ganti. Aku pikir dia juga sedang berisitirahat di rumah, sama seperti teman-teman basketku yg lain. Walaupun dia sedang duduk membelakangiku, tapi aku tau bahwa dia adalah mingyu.
Namun yg lebih mengejutkan lagi, aku melihat mingyu sedang duduk dan ada seseorang yg sedang berada di pangkuannya. Kulihat tangan orang yg sedang duduk di pangkuan mingyu itu sedang berada di kepala mingyu dan meremas rambutnya.

Terdengar dengan jelas suara dua orang yg sedang berciuman dari mingyu dan sosok di pangkuannya itu. Suara erangan lirih yg tertahan juga sempat kudengar, saat mingyu mulai memasukkan tangannya ke dalam baju sosok misterius itu.

Ya Tuhan, tidakkah mereka menyadari bahwa mereka masih di sekolah? Kesal dengan tingkah laku kedua orang itu, aku mengepalkan handuk yg sedari tadi di leherku, dan melemparkannya ke arah mingyu. Handuk itu jatuh tepat di tengkuk mingyu.

"SHIT!!! Siapa berani-beraninya menggangguku, HAH??!!!"

Saat mingyu menoleh, wajah sosok misterius itu akhirnya terlihat. Duniaku serasa runtuh. Di sana baby doll-ku berada. Kakiku tiba-tiba terasa lemas. Kepalaku mendadak pusing. Tubuhku sedikit terhuyung ke belakang. Takut terjatuh, aku menempelkan punggungku ke tembok dan kualihkan pandanganku dari jeonghan ke mingyu, karena aku tak sanggup lagi melihat baby doll-ku.

"Seungcheol? Apa yg kamu lakukan disini?"

"Sama sepertimu, mingyu-yah. Aku bosan di rumah, jadi disinilah aku."

"Hei seungcheol, jeonghan memilihku menjadi pacarnya bulan ini. Benarkan sayang?"

"Iya seung-ah. Kenapa kamu diam saja? Tidakkah kamu ingin memberikan kami selamat karena kami telah menjadi sepasang kekasih?"

Aku tak percaya dengan setiap kata yg terucap olehnya. Aku bingung, haruskah aku senang atau kecewa dengan sikapnya yg biasa, sikapnya yg seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa sepanjang malam tadi?

Tunggu, tapi bukankah aku sendiri yg menyuruhnya melupakan apa yg terjadi di antara kami berdua? Jadi seharusnya aku senang, tapi entah mengapa hatiku berat.
Aku tersenyum menanggapi pertanyaannya. "Selamat baby doll. Kuharap kalian bersenang-senang. Oya, dan semoga kalian langgeng."

Kulihat sekelebat ekspresi kecewa pada wajah jeonghan. Namun, ekspresi itu cepat menghilang, digantikan sebuah seringaian di bibirnya. "Aww, thank you seung-ah."
Dengan berkata itu, aku membalikkan badanku dan keluar dari ruangan. Aku bahkan lupa harus mengganti bajuku. Cepat-cepat kulangkahkan kakiku untuk segera pergi dari situ.

End of Chapter 8

BEST FRIEND? - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang