Chapter 7

3K 316 12
                                        

Kubuka mata pagi itu. Matahari sudah mulai menampakkan wujudnya. Aku melihat jam di dinding kamar telah menunjukkan pukul 05.35, dan untung saja hari ini adalah hari sabtu, hari dimana kegiatan belajar-mengajar di sekolah diliburkan, dan hanya diisi oleh kegiatan ekstrakurikuler.
Pagi ini kurasakan kehangatan yg sama dari tubuh yg familiar. Dengan posisi yg sama pula di setiap paginya, pagi ini pun kulihat kepala jeonghan ada di dadaku, lengan kanannya memeluk pinggangku, dan kaki kanannya terselip di antara 2 kakiku.

Namun, pagi ini ada yg berbeda. Kurasakan setiap lekuk tubuhnya pada setiap jengkal kulit tubuhku. Aku pun teringat dengan kejadian semalam. Kubuka selimut yg menutupi tubuh kami berdua dan kuletakkan kepalanya pada bantal di sebelahku.

Kami berdua sama-sama masih belum mengenakan pakaian untuk menutupi tubuh kami. Kemudian aku memperhatikan sekujur tubuh jeonghan, dan terlihat dengan jelas bukti aktifitas kami semalam.
Ada bekas merah pada leher, pundak, dada, perut, dan pahanya bagian dalam. Yang membuatku seperti dihantam dan disadarkan atas apa yg telah kulakukan pada baby doll-ku adalah bekas cengkeraman tanganku pada pinggangnya dan sisa semen ku yg mengering di sela-sela kakinya. Ya Tuhan, apa yg telah kulakukan pada sahabatku sendiri? Apa bedanya aku dengan ayah tirinya dan pacar-pacarnya yg hanya memanfaatkan dia?

Ya, aku sama brengseknya dengan mereka. Aku sama bejatnya dengan mereka. Aku memanfaatkan situasi jeonghan, untuk bisa tidur dengannya. Aku hanya memanfaatkan kerapuhan baby doll-ku, untuk menodainya.

Tidak....aku melakukannya untuk melindunginya....Aku melakukannya karena aku ingin......
INGIN APA? Suara kedua terdengar pada sisi lain di kepalaku. Ingin mencicipi sedikit tubuh sahabatmu sendiri, orang yg selama ini ingin kau lindungi dari dunia yg selalu menentangnya? KAMU SAMA SAJA DENGAN MEREKA!

Tidak....aku tidak sama dengan mereka....aku hanya.....

Ya....kamu sama dengan mereka....

Isi kepalaku berkecamuk. Semua alasan yg membuatku tidur dengan sahabatku sendiri semalam, balik menyerangku. Dan hanya ada sebuah kesimpulan akhir, bahwa kejadian semalam hanyalah sebuah kesalahan. Aku yg salah. Aku yg telah memanfaatkan kerapuhan baby doll-ku. Aku yg tak ada bedanya dengan ayah tirinya dan pacar-pacar brengseknya.

"Seung-ah?" Suara jeonghan mengantarkanku kembali dari alam pikiranku. Matanya memancarkan kekhawatiran melihat ekspresiku dan saat menahan pandanganku dia tersenyum lebar. "Pagi seung-ah."

Bagaimana dia masih bisa tersenyum setelah apa yg kulakukan padanya semalam?

"Dengar jeonghan-ah, apa yg terjadi semalam hanyalah sebuah kesalahan. Kuharap kita bisa sama2 melupakannya, baby doll."

Kulihat senyumnya tiba2 menghilang saat dia mendengar kalimat itu meluncur dari bibirku. Terlihat sekelebatan ekspresi sedih pada matanya. Namun ekspresi itu menghilang dengan cepat, digantikan dengan ekspresi lain yg tak bisa kutebak. "Benar katamu, ini hanyalah sebuah kesalahan. Jika kamu mau melupakannya, maka baiklah, akan kulakukan semua maumu."

Wajah jeonghan mengeras. Kata2 yg kudengar dari mulutnya itu sekali lagi menghantamku dan mengingatkanku bahwa aku hanyalah orang yg sama dengan ayah tiri jeonghan dan pacar-pacarnya yg brengsek itu.

"Akan kubantu membersihkannya." Tak tahan lagi melihat bekas merah yg kutinggalkan pada tubuh baby doll, serta bekas semenku yg mengering di sela-sela kakinya, aku menawarkan diri untuk membantunya membersihkannya dan menghilangkan semua bukti itu. Bukti bahwa aku adalah sahabatnya yg gagal.

"Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri." Jeonghan bangkit dari tempat tidur. Dan saat mencoba melangkah, tubuhnya terhuyung. Dengan sigap, aku bangkit dan menangkapnya, sebelum tubuhnya sempat menyentuh lantai.

"Akan kubantu ke kamar mandi."

"Tidak perlu. Aku sudah biasa melakukannya sendiri. Bahkan jika aku harus jatuh, aku bisa bangkit lagi sendiri, tanpa bantuan siapapun."

Apa maksudmu baby doll?

Kalimat itu dia ucapkan tanpa memandang mataku. Wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya, sehingga aku tak bisa menangkap ekspresinya. Dijauhkannya lenganku dari tubuhnya. Dengan terpincang-pincang dia memasuki kamar mandi. Dan aku di sini, hanya bisa berdiri canggung, tertegun, dan melihat baby doll-ku menghilang dari pandanganku. Entah mengapa, perasaanku berkata bahwa semuanya tak akan lagi sama.

End of Chapter 7

BEST FRIEND? - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang