"Baby doll?"
"Seung-ah?"
Dia berlari ke arahku. Dengan sigap aku memeluk tubuhnya. Kurasakan tubuhnya bergetar ketakutan. Kupeluk erat dia dan kubisikkan kata2 untuk menenangkannya.
Sekali lagi kulihat tubuh ayah tiri jeonghan yg terkapar tak berdaya itu. Apa yg sebenarnya terjadi? Ah, ini bukan saatnya untuk menanyakan tentang yg sebenarnya terjadi. Aku harus segera memeriksanya dan memastikan bahwa ayah jeonghan tidak apa-apa.
Kulepaskan tubuh baby doll perlahan-lahan. Aku menyuruhnya untuk minggir sebentar, selama aku mendekati tubuh ayahnya. Dia menganggukkan wajahnya. Namun, dia tak sepenuhnya melepaskanku. Kurasakan genggamannya menarik baju belakangku. Ya Tuhan, dia benar2 ketakutan.
Aku memeriksa denyut nadi ayah jeonghan di lehernya. Lama aku mencari, dan disana, kurasakan denyut nadinya berdegup lemah. Ayah jeonghan belum meninggal. Aku segera mengambil handphone di kantong celanaku. Sebelum menelepon, aku meminta ijin pada baby doll.
"Dia belum meninggal baby doll. Sekarang aku akan menelepon ambulans untuk membawa ayahmu ke rumah sakit sebelum semuanya bertambah parah. Saat ayahmu dibawa dengan ambulans, kamu akan mengikutinya ke rumah sakit dengan mobilku. Aku ingin selama perjalanan nanti, kamu akan menceritakan apa yg sebenarnya terjadi kepadaku. Kemudian saat pihak rumah sakit menanyakan sesuatu, biarkan aku yg menjawab, oke?"
Dia mengangguk menyetujuinya, dan segera aku menelepon ambulans. Selesai aku menelepon, aku baru menyadari penampilan baby doll yg sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan dan dia hanya memakai kaos besar yg hanya menutupi separuh pahanya. Kenapa dia tidak memakai celananya?
Potongan demi potongan gambar kusatukan. Apakah benar kesimpulanku ini? Apa ayah jeonghan mencoba untuk melakukan hal bejat itu lagi pada baby doll? Jika hal itu benar adanya, harusnya kubiarkan saja dia mati!!!
Tidak, tidak, tidak. Aku tidak boleh gegabah. Jika kubiarkan dia mati, keadaan akan semakin rumit. Jeonghan akan dituduh sebagai pembunuh, walaupun tindakannya ini adalah upaya pembelaan dirinya. Aku menuntun jeonghan kembali ke kamarnya. Saat kulihat keadaan kamarnya yg sangat berantakan, seprei yg terlepas dan celana jeonghan yg seperti dibuang begitu saja, semakin menguatkan dugaanku atas apa yg sebenarnya terjadi. Seandainya aku bisa membunuhnya dengan tanganku sendiri.
Kupakaikan kembali celananya. Setelah itu aku duduk di pinggiran tempat tidurnya dan menyuruhnya untuk duduk di sampingku. Dia mengabaikan permintaanku. Dia lebih memilih duduk di pangkuanku. Tangannya menelusup ke leherku. Wajahnya dibenamkannya di dadaku. Dan kudengar helaan napas panjangnya. Kupeluk pinggangnya dan kucium pundaknya. Tak ada kata-kata yg terucap. Ini hanyalah cara kami untuk mencoba menenangkan satu sama lain.
10 menit kemudian, aku mendengar sirine ambulans dari kejauhan. Jeonghan mengangkat wajahnya dan sekali lagi kulihat kepanikan di sana.
"Hei, tidak apa-apa baby doll. Biarkan aku yg berbicara dan semuanya akan baik-baik saja. Percayalah padaku."
Kucium keningnya dan jeonghan bangkit dari pangkuanku. Kami menuruni tangga dan tak pernah melepaskan tautan jari kami. Aku membuka pintu depan dan menunggu ambulans datang.
Pada petugas, aku hanya menyampaikan bahwa ayah jeonghan terjatuh dan ada trauma di kepala bagian belakangnya, kemudian menyuruh mereka masuk dan segera mengangkut ayah jeonghan ke rumah sakit.
Saat ambulans sudah berangkat dan aku akan naik ke mobil bersama jeonghan, kulihat orang tuaku di teras rumah kami. "Seungcheol-ah, apa yg terjadi?" Kudengar mamaku berteriak.
"Akan kuceritakan nanti ma, aku akan meneleponmu. Sekarang ini aku akan mengantar jeonghan ke rumah sakit. Bye ma, pa."
Selama perjalanan ke rumah sakit, jeonghan mulai membuka mulutnya dan menceritakan apa yg terjadi dengan ayahnya. Kejadian demi kejadian yg diceritakannya, membuatnya semakin terisak, dan membuatku semakin geram. Aku tidak berusaha menyentuh tubuh baby doll untuk menenangkannya, karena tanganku sibuk meremas erat kemudiku. Aku sangat marah. Hal ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Aku harus mengakhirinya. Aku akan menceritakan hal ini pada ibu jeonghan dan akan membujuknya untuk meninggalkan laki-laki itu.
Aku tidak peduli jika jeonghan tidak mengijinkanku menceritakannya pada ibunya. Yang kupedulikan hanyalah kebahagiaan baby doll-ku. Dan, jika ibu jeonghan tidak mau meninggalkan laki-laki itu, aku sendirilah yg akan membawa jeonghan pergi jauh dari kehidupannya yg sekarang.
End of Chapter 18
![](https://img.wattpad.com/cover/59912031-288-k708068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND? - Private
Fanfic"Tidak, dia bukanlah kekasihku. Jeonghan, hanyalah sahabatku. Sahabat baikku. Benarkah?" My Second Jeongcheol Fanfiction YAOI (NO Gender Switch) Violence Abuse Slutty Jeonghan^^