Chapter 3

2.8K 324 7
                                    


"Jadi, myungho? Kenapa dia?" Itu pertanyaan yg kulemparkan pertama kali saat jeonghan sudah memasuki kamarku dan duduk di pinggiran tempat tidur.
"Kaya."
"Hanya itu?"
"Cute."
"Daannnnnnn???"
"Dan dia tulus peduli padaku. Mengapa kau sangat menyebalkan seung-ah?"

Aku tertawa melihat mukanya yg manyun. Ku acak-acak rambutnya dan kupeluk pinggangnya, kemudian dia merebahkan kepalanya di pundakku. "Karena aku sangat mengenalmu baby doll. Jika hanya karena dia peduli padamu, mengapa kamu tak pacaran saja denganku? Akulah satu-satunya orang di dunia ini yg sangat peduli padamu."

Dia cepat-cepat menatapku. Menatap tajam kedua mataku. Dilihatnya alis mataku yg naik-turun, dan dia mulai mengernyitkan hidungnya.

Dipukulnya dadaku, "Tidak lucu seung-ah".

Aku tersenyum ke arahnya. Ku pegang kepala jeonghan, dan kupaksa kembali ke posisinya di pundakku. Kurengkuh lagi pinggangnya dan kucium rambutnya.

"Maaf baby doll."

Dia hanya menggumam. Tak lama kemudian, diambilnya tanganku yg tidak sedang berada di pinggangnya. Ditautkannya jari-jemariku dengannya. Dengan suara lirih tiba-tiba dia mengucapkan kalimat yg membuat hatiku menangis untuknya, "Tapi memang benar seung-ah, hanya kamu lah satu-satunya yg peduli padaku. Terima kasih. Aku menyayangimu seung-ah."

"Aku juga menyayangimu baby doll." Semakin kueratkan tautan jemariku dengannya.

Setelah itu suasana menjadi hening. Kami berdua larut dalam pikiran kami masing-masing. Sesekali kurasakan ibu jarinya mengelus lembut punggung tanganku. Ya, jemari kami masih saling bertautan, seakan-akan aku mencoba menyalurkan kekuatanku untuknya, dan seakan-akan dia meyakinkanku bahwa dia baik-baik saja. Dasar jeonghan bodoh, siapa yg akan percaya kalau kamu baik-baik saja?! Tanpa sadar aku mengeratkan pelukanku di pinggangnya, semakin kudekatkan tubuhnya ke arahku. Seandainya aku bisa menyatukan tubuhnya dengan tubuhku, sehingga aku tak perlu melepaskannya lagi, sehingga aku tak perlu melihatnya menderita lagi.

Terdengar suara ketukan di pintu kamar memecah keheningan malam itu. "Seungcheol. Jeonghan. Cepatlah turun kalian berdua, tehnya sudah kusiapkan."

"Iya ma, kami turun."

Kutatap jeonghan, kemudian aku berakting seakan-akan tak percaya dengan apa yg barusan dia katakan. "Hei, dia itu mamaku baby doll!!"

"Oya? Setauku dia itu mamaku seung-ah, dan kamu hanyalah anak pungut mama." Dia tertawa lebar mengejekku. Kuraih tubuhnya, tapi dengan gesit dia menghindari tanganku. Kemudian dia berlari ke pintu kamar dan cepat-cepat menuruni tangga ke arah ruang makan.
Sayup-sayup kudengar suara tawanya. Hatiku ikut bergembira saat tau bahwa aku masih bisa melihat sahabatku tertawa.

Aku turun untuk bergabung dengan mama dan jeonghan di ruang makan. Di sana kulihat jeonghan sudah terlibat pembicaraan seru dengan papaku yg sedang menikmati makan malam. Aku duduk di samping jeonghan dan ikut mendengarkan pembicaraan mereka. Tak lama kemudian mamaku juga ikut bergabung dalam pembicaraan kami. Saat ini, kami bagaikan satu keluarga. Karena kami sama-sama anak tunggal, orang tuaku menganggap jeonghan layaknya saudaraku yg hilang. Oleh karena itu, saat jeonghan memanggil orang tuaku dengan sebutan papa dan mama, mereka justru senang mendengarnya.

Malam semakin larut, dan jeonghan berpamitan pulang. Mamaku mencoba meyakinkannya untuk menginap saja di kamarku, tapi dia menolak dengan alasan takut ibunya mengkhawatirkannya. Jadi, kuantarkan dia sampai depan rumahnya.

Aku berusaha sekali lagi untuk meyakinkan dia menginap di kamarku. Malam ini, aku ingin dia bisa tidur dengan tenang. "Tidak seung-ah. Ibuku sudah pulang, jadi aku akan aman. Untuk malam ini." Dia menundukkan kepalanya menyembunyikan kesedihannya.

Aku mengangkat wajahnya dan menatap matanya. Senyum yg tersungging di bibirnya tak pernah mencapai matanya. Bibirnya boleh tersenyum, tapi matanya menangis.

Kupeluk dia. "Baiklah jika itu maumu. Jaga dirimu baby doll. Selamat malam."

"Malam seung-ah." Diciumnya pipiku dan kulihat dia berjalan ke rumahnya. Aku terus memperhatikannya sampai dia menghilang di balik pintu rumahnya. Rumah yg membawa penderitaan dan luka untuknya.

End of Chapter 3



BEST FRIEND? - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang