Interlude

3.1K 360 9
                                    

Saat itu usiaku baru 7 tahun. Pekerjaan papaku mengharuskan keluarga kami pindah ke kota ini.
Sesampainya kami di rumah baru kami, aku menyempatkan diri melihat-lihat keadaan di sekitar rumah. Kemudian kulihat sepasang mata sedang memperhatikanku dari balik jendela kamarnya. Ada anak laki-laki yg kira2 seumuran denganku sedang melongokkan wajahnya dan melambaikan tangannya ke arahku, "Hai, kamu penghuni baru rumah itu? Aku jeonghan, boleh aku bermain bersamamu?" Tanpa sadar aku membalas lambaian tangannya dan meneriakkan kata2 "kemarilah". Mungkin karena senyumannya, aku ingin bermain bersamanya. Mungkin karena senyumannya, aku menaikkan status jeonghan yg hanya sekedar tetangga, menjadi sahabatku, seseorang yg berarti dalam hidupku.

Kemudian saat kami berumur 13 tahun, semuanya mulai berubah. Ayah jeonghan tiba2 meninggal karena kecelakaan. Ibunya mengalami depresi berat.
Jeonghan yg melihat ibunya mengalami depresi, seakan-akan ikut larut dalam kesedihan ibunya. Sosok ayah yg sangat dikaguminya tiba2 menghilang. Jeonghan yg masih anak-anak, merasakan kehilangan sosok panutannya.
Jeonghan yg ceria, jeonghan yg tak takut akan apapun, jeonghan yg murah senyum, menjadi berubah. Saat itu jeonghan seketika menjadi seseorang yg pemurung dan temperamen. Tapi, dari situ aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan sahabatku. Aku akan selalu berada di sisinya, aku akan selalu melindunginya.

Cobaan hidup jeonghan tak pernah berhenti. 6 bulan setelah kematian ayahnya, ibu jeonghan menikah lagi dengan laki-laki pengangguran. Dengan dalih untuk menghilangkan depresinya, ibu jeonghan membawa pulang laki-laki itu dan menjadikannya ayah tiri jeonghan.
Jeonghan yg masih sedih karena kematian ayah kandungnya, tak pernah menganggap ayah barunya ini sebagai sosok ayah dalam hidupnya.
Sampai hari itu tiba, hari dimana jeonghan memanjat ke jendela kamarku dengan luka lebam di wajah, lengan, punggung, dan kakinya.

Hampir setiap malam ayah tiri jeonghan mabuk.
Hampir setiap malam jeonghan menjadi sasaran pukul ayah tirinya itu.
Hampir setiap malam pula, jeonghan akan memanjat jendela kamarku dan tidur di pelukanku.

Aku selalu membujuk jeonghan agar dia menceritakan perbuatan ayahnya ini pada ibunya. Tapi jeonghan selalu menolaknya. Dia takut ibunya akan kembali mengalami depresi. Jadi, dia pun menyuruhku untuk tutup mulut atas masalahnya itu.

Setiap kali aku melihat luka lebam di wajah dan badan jeonghan, aku ingin sekali membunuh ayahnya. Karena ayahnya pula jeonghan semakin berubah.
Dia mulai memanjangkan dan mewarnai rambutnya. Dia yg dulu adalah siswa kesayangan guru, kini hampir tiap hari harus masuk ke ruang kepala sekolah karena berbagai hal, sering bolos, terlambat, bahkan sampai terlibat perkelahian.

Memasuki SMA, perubahan jeonghan semakin terlihat. Masa SMA ini adalah masa dimulainya jeonghan bergonta-ganti pacar. Mengetahui banyak laki-laki yg menyukainya, jeonghan memanfaatkan situasi itu.

Aku ingat pacar pertama jeonghan, seokmin. Kakak kelas yg juga merupakan anggota klub musik. Aku memperhatikan seokmin terlihat tulus mencintai sahabatku itu. Tapi sayang, jeonghan memutuskannya dengan alasan yg sungguh tak masuk akal, "Waktumu habis, aku hanya mau pacaran dengan orang yg sama dalam waktu sebulan. Selebihnya maaf, aku tak bisa, karena aku sudah bosan denganmu!"
Sakit hati yg mendalam dialami oleh seokmin. Dia bahkan harus pindah sekolah, karena tidak tahan melihat jeonghan bermesraan dengan laki-laki lain di hadapannya.
Aku merasa kasihan dengan seokmin, kenapa dia harus mencintai sahabatku itu?

Sejak saat itu, sebagian besar laki-laki yg menjadi pacar jeonghan tak pernah serius terhadapnya. Bahkan ada yg dengan jelas memiliki maksud tertentu, yaitu hanya untuk tidur dengan jeonghan.
Minhyuk, kakak kelas anggota klub sepak bola. Tiap kali aku melihat mereka berdua berpacaran, tangan minhyuk selalu berada di dalam seragam jeonghan. Bahkan mereka kudengar hampir ketahuan salah seorang guru, saat mereka melakukan seks di kamar mandi sekolah.

Banyak yg bertanya-tanya, kenapa aku tak menghentikan perbuatan jeonghan itu? Karena aku tau, dia melakukannya karena dia sedang mencari sosok ayah dalam diri setiap pacarnya. Namun, sampai sekarang dia masih belum menemukannya, jadi dia masih akan terus mencari dan mencari.

Dan siapakah aku untuk menghalangi sahabatku sendiri dalam mencari kebahagiaannya?
Jadi aku hanya mampu berjanji lagi pada diriku sendiri, bila saatnya tiba, saat dimana jeonghan harus remuk dan hancur, aku sendirilah yg akan mengumpulkan serpihan-serpihannya, dan menyatukannya kembali.

End of Interlude



BEST FRIEND? - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang