Chapter 11

2.3K 292 17
                                        

Dia masih berdiri membelakangiku. Lama aku memandang punggungnya. Terlihat dia sedang menahan amarah di dadanya. Pundaknya yg naik turun dengan cepat membuktikannya.
Kekosongan dan kehampaan itu masih menggerogoti hati dan jiwa ini. Jika ditanya apa perasaanku saat ini, jujur aku tak akan bisa menjawab.

Aku menundukkan wajahku. Karena aku yakin, jeonghan masih akan lama berada di posisi itu. Sambil menunggu jeonghan membuka mulutnya, aku memperhatikan setiap pola di jaketku. Lalu aku teringat bahwa jeonghan sedang telanjang dada akibat seragamnya yg kusobek tadi. Kucopot jaketku dan aku maju perlahan menuju tempat baby doll berdiri.

Kupaksa jeonghan membalikkan badannya. Kupakaikan jaketku ke badan jeonghan. Kedua tangannya juga kumasukkan ke masing-masing lengan jaketku. Setelah itu, aku menutup resletingnya.

Kutatap wajahnya. Tak ada raut kesedihan di dalamnya, hanya ada ekspresi marah. Marah atas kelakuanku yg seperti anak kecil hari ini. Memulai perkelahian dengan pacarnya. Tapi asal jeonghan tau, pukulan itu kulakukan tanpa sadar. Aku hanya ingin.......... Tunggu, aku tak tau lagi apa yg kuinginkan. Aku menghela napas panjang.

Jika dia tidak mau memulai pembicaraan ini, aku yg akan memulainya. "Apa yg dia lakukan padamu?"

Tak ada tanggapan darinya.

"Apa kamu disakitinya?"

Masih diam

"Mengapa kamu bersama orang yg menyakitimu dengan sengaja? Apakah tak cukup dengan apa yg dilakukan ayah tirimu terhadapmu, sehingga kamu harus bersama orang yg kelakuannya sama dengan ayah tirimu itu?"

Tetap diam.

"Oh God. JAWAB AKU JEONGHAN-AH!!!"

Kulihat dia memundurkan langkahnya saat aku membentaknya tadi.

"Mingyu tidak salah."

"Apa maksudmu dia tidak salah? Lantas apa yg ada di pergelangan tanganmu dan di sekujur tubuhmu itu? Siapa yg melakukannya?"

"Mingyu yg melakukannya. Tapi itu semua atas permintaanku."

Benarkah aku tidak salah mendengarnya? Atas permintaannya?

"Apa maksudmu atas permintaanmu?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin menghapus semua kenangan rasa sakitku menjadi kenangan yg lebih menyenangkan. Aku ingin membuat semua hal yg menyakitkan bagi tubuhku, menjadi hal yg menyenangkan saat aku merasakannya lagi dan lagi."

Otakku terus berpikir dan berpikir. Mencerna semua maksud perkataanya. Dan hanya ada satu kata yg terucap dari mulutku, saat aku sudah selesai menyimpulkan maksud dari kata-katanya itu. "Menjijikkan...."

Rasa sakit di pipi kiriku, membuatku terjatuh ke belakang. Aku melihat ke atas, dan posisi jeonghan masih mengepalkan tangan kanannya. Tangannya itulah yg melakukan kontak dengan pipiku ini. Dia membuatku terjatuh ke belakang dengan kepalan tangannya yg rapuh.

Aku meraba pipiku dan kurasakan sudah mulai ada pembengkakan. Ujung bibirku juga berdarah tergesek dengan gigiku sendiri saat dia memukulku. Kemudian dia berlutut di hadapanku. Ditariknya kerah bajuku dan dengan wajahnya yg memerah, matanya yg mulai berkaca-kaca, dia menyemburkan kata-kata yg membuatku semakin hampa.

"Kamu tak berhak berbicara seperti itu padaku seung-ah. Hanya kamu satu-satunya orang yg mengetahui situasiku. Hanya kamu satu-satunya yg kuharapkan mengertiku. Hanya kamu satu-satunya orang yg seharusnya peduli terhadapku. Ternyata aku salah. Kamu tak ada bedanya dengan mereka. Mereka boleh menyakiti fisikku. Dan sakit itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan sakit yg kau berikan kepadaku. Menganggapku sebagai suatu kesalahan saja belum cukup untukmu. Kini kamu menganggap aku adalah seseorang yg menjijikkan. FUCK YOU CHOI SEUNGCHEOL!! FUCK YOU!!!!"

Dengan itu dia meninggalkanku sendiri di tengah-tengah lautan kursi penonton untuk berkutat bersama segala kata-kata yg dia muntahkan padaku.

End of Chapter 11

BEST FRIEND? - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang