September, 2015
Emir Laksamana sedang melakukan peregangan ketika Reihan datang bersama seorang cewek yang wajahnya familier. Ia sering melihat cewek itu di kampus, kalau tidak salah mereka juga sekelas di pelajaran Pengantar Manajemen dan Pengantar Bisnis.
"Sori nih, terlambat," sapa Reihan sambil tersenyum lebar kemudian menyalami teman-teman yang lain satu per satu sebelum sampai ke Emir.
"Btw, kenalin ini Nadhira, temen gue. Anak mene juga."
'Mene' adalah singkatan untuk Manajemen. Biasa digunakan untuk obrolan sehari-hari, karena pelafalan 'Manajemen' terlalu panjang.
Cewek yang bernama Nadhira itu langsung tersenyum dan menyalami teman-teman Reihan, memamerkan lesung pipitnya dan sederet gigi yang rapi dan bersih.
Nadhira memang tidak terlalu menonjol jika dibandingkan cewek-cewek di Fakultas Ekonomi lainnya, khususnya Manajemen yang selalu 'kebanjiran' cewek cantik. Wajahnya manis, kalau dilihat pertama kali memang biasa saja, tapi lama-lama kalau diperhatikan jadi menarik dan tidak membosankan. Rambut coklat sepundaknya juga hanya dibiarkan tergerai. Badannya proporsional, tidak terlalu kurus dan agak berisi, tinggi badannya juga normal saja.
"Temen apa gebetan lo, Rei?" tanya Arkan Pradipto sambil tersenyum jahil.
"Sahabat gue dari kecil nih, Kan. Jangan berani macem-macem lo!" ancam Reihan sambil menyikut Arkan yang berdiri di antaranya dan Nadhira.
Walaupun baru minggu-minggu pertama masuk kuliah, tapi seisi Manajemen juga sudah tahu kalau Arkan adalah playboy garis keras. Sejarahnya sejak SMA tidak bisa ditutup-tutupi, apalagi ada Nicholas Ananda yang tahu pasti masa lalu Arkan yang suka gonta-ganti cewek.
Arkan langsung menyipitkan matanya ke arah Nadhira, "Hmm kalo diliat-liat lucu juga, gue suka cewek yang ada lesung pipitnya!"
"Ah, elu sih semua cewek juga demen," celetuk Nicholas.
"Jangan buka kartu gitu dong, Nic! Gila, nggak nyangka ternyata hati lo busuk... padahal gue udah nganggep lo kayak sodara gue sendiri, Nic!" respon Arkan dengan dramatis.
Reihan langsung tertawa, "Masalahnya nih, Nadhira gak suka ama cowok macem lo, Kan!"
"Emang neng Dhira suka cowok kayak gimana, sih?" canda Nicholas, yang sering dipanggil Nico itu, karena kata teman-temannya, nama 'Nicholas' terlalu kebarat-baratan dan tidak cocok dengan lidah orang Indonesia.
Nadhira langsung tersenyum malu-malu, sebelum cewek itu menjawab tahu-tahu Reihan langsung menyahut.
"Doi nggak pernah pacaran, jadi jangan nanya yang aneh-aneh deh lo pada! "
***
Maret, 2016
Hari ini kelas dibubarkan lebih cepat karena dosennya sedang ada keperluan mendadak dan harus rapat segera dengan kepala jurusan. Bukan hal yang mengejutkan, karena dosen Statistikanya yang satu itu memang terkenal sangat sibuk dan sempat mengisi kelas saja sudah merupakan keajaiban.
Emir memang sengaja memilih dosen itu, karena pada dasarnya ia sudah mengerti Statistika dan sejak SMA dia memang ahli dalam mengerjakan soal yang matematis. Ia pasti bakal bosan setengah mati kalau harus mendengarkan dosen mengoceh panjang lebar, karena itu ia lebih suka belajar sendiri.
Ponselnya bergetar ketika Emir menuruni tangga gedung ekonomi. Ada sebuah chat yang masuk di conference Line yang berisi Reihan, Arkan, Nicholas, dan dirinya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/60614059-288-k822793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Lovers, or Nothing?
Ficção AdolescenteFriends, lovers, or nothing? We can really only ever be one. Don't you know, we'll never be the inbetween ♪