Jakarta, 2016
"Nadhiraaa!"
Suara ibunya yang familier itu membuat Nadhira Idris terbangun dan segera melirik jam dinding di kamarnya.
Astagaaa, jam tujuh! Bisa terlambat ke kampus nih! teriak Nadhira dalam hati, kemudian ia segera bangkit dari kasurnya dan berlarian menuju kamar mandi.
Kurang dari sepuluh menit ia sudah selesai mandi dan siap berangkat ke kampus. Hari ini Nadhira menggunakan kaos polos berwarna abu-abu dan ripped jeans berwarna biru muda, setelan favoritnya kalau pergi ke kampus. Ketika melewati lemari sepatu, ia terlihat berpikir-pikir sebentar sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan ke Converse putih yang baru ia beli bulan lalu.
"Kamu nih gimana sih! Susah banget dibangunin," gerutu ibunya ketika melihat Nadhira turun dari tangga.
Nadhira hanya cengengesan sambil mengambil sandwich yang dibuat ibunya dan meneguk habis susu vanilla yang sudah disiapkan.
Di ruang tamu rumahnya, seorang cowok sudah menunggu dengan tidak sabar. Reihan Soeharsono, sahabatnya sejak SD. Rumah mereka memang berada di kompleks yang sama, dan orang tua Nadhira kenal dekat dengan orang tua Reihan, jadi mereka selalu dimasukkan ke sekolah yang sama sejak dulu. Kalau diibaratkan, Nadhira dan Reihan adalah sepaket ayam dan CD gratisan yang tidak bisa dibeli secara terpisah.
Bahkan ketika kuliah seperti sekarang pun, mereka berhasil masuk ke kampus yang sama dengan jurusan yang sama di Universitas Indonesia, dengan jurusan Manajemen.
"Rei, sori lama yaaa," sapa Nadhira sambil menepuk pundak Reihan, yang biasa ia panggil 'Rei' itu.
Reihan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian menjitak kepala Nadhira, "Gue udah nungguin lo dari jam lima, tau!"
"Ah lebay. Jam segitu mah lo juga belum bangun kali!" sahut Nadhira sambil terkekeh, diikuti Reihan yang menjitak dahi cewek itu.
"Tante Sasha, Rei berangkat dulu yaa," pamit Reihan sambil menyalami ibu Nadhira.
Nadhira ikut menyalami ibunya setelah Reihan, kemudian tidak lupa mengecup pipi ibunya itu, "Aku berangkat ya, Maa!"
"Hati-hati, Rei. Jangan ngebut," pesan ibu Nadhira ketika ia melihat punggung anaknya serta Reihan perlahan menjauh, disusul dengan anggukan Reihan sebelum menghilang dibalik pintu depan.
***
Semester pertama kuliah seharusnya adalah semester yang paling ringan dan paling bisa mendapatkan IPK diatas 3,5. Namun tidak bagi Reihan, IPK-nya semester lalu hanya bisa berada di angka dua koma. Manajemen bukanlah jurusan utama yang ia inginkan. Tadinya ia sangat ingin mengambil Bisnis Internasional di IPB, tapi ia sudah keburu dapat di Manajemen melalui jalur undangan. Sesuatu yang terbilang ajaib! Ia tidak mengira bakal mendapatkan jurusan favorit itu dengan nilai seadanya, sedangkan Nadhira harus menempuh ujian mandiri untuk mendapatkan jurusan yang ia inginkan itu.
Begitulah hidup, abstrak dan tidak terprediksi. Manusia hanya bisa berusaha dan menerka-nerka, pada akhirnya takdirlah yang akan memutuskan.
"Gue nggak ngerti Dhir, susah banget!" bisik Reihan ketika pelajaran Statistika dimulai.
Nadhira langsung meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, "Makanya, diperhatiin! Jangan ngeliatin cewek terus."
Reihan langsung cekikikan mendengarnya, "Yaaa abisnya sekelas sama Jasmine, sih! Lo juga yang ngenalin gue kan pas OSPEK."
Pikiran Nadhira melayang kembali ke masa-masa orientasi mahasiswa atau yang biasa terkenal dengan sebutan 'OSPEK' itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/60614059-288-k822793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Lovers, or Nothing?
Teen FictionFriends, lovers, or nothing? We can really only ever be one. Don't you know, we'll never be the inbetween ♪