Bgn. 9 - Pacaran Sungguhan

4.9K 245 0
                                    

Niatnya kemaren publish bagian ini, cuma tugas numpuk jadinya hari ini. Semoga kalian masih betah baca!

Nice reading!

- Semua -

Aldo melepaskan pita kupu-kupu yang terpasang manis di kerahnya. "gerah". Gumamnya pelan.

Lalu menatap teman-temannya yang menatapnya dengan tatapan meminta penjelasan. Dia tahu kalau hal ini akan terjadi dan sudah menyiapkan diri. "aku akan menjelaskan semuanya nanti dan aku tidak akan kabur, akan kujelaskan saat hanya ada kita saja". Ucapnya menatap mereka satu persatu.

"kau harus menjelaskannya dengan sedetail-detailnya." Dion menegaskan. Aldo mengangguk, tidak membantah, "akan kujelaskan dengan sejelas-jelasnya." Setelah mendengarnya Leo melirik Hery, "kau selama ini tidak menyadari kalau dia Aldo teman kita?". Hery cemberut mendengarnya, perasaan jengkel menghinggapinya, "bagaimana aku tahu kalau dia itu 'Aldo'?, dia selalu menempelkan bukunya kewajahnya dimanapun, sehingga tidak terlihat jelas bagaimana rupa wajahnya karena selalu tertutup buku, dikelas pun dia melakukan hal sama ". Katanya jengkel. Antara geram dan tidak percaya karena dirinya terkecoh selama ini.

Aldo nyengir, merasa bersalah, "aku minta maaf soal itu, aku melakukannya dengan sengaja agar kau tidak mengenaliku." Katanya penuh penyesalan.

"bukan hanya Hery, tapi kami berdua pun tidak dapat mengenalimu dengan penampilan seperti itu". Kata Dion menatap Aldo. Dia baru ingat pernah melihat Aldo versi nerd yang lagi ditindas oleh senior kelas tiga saat Dion hendak ke WC, Dion 'tidak sengaja' menyelamatkan dia karena berteriak 'jangan berisik' kepada mereka yang menurutnya mengganggu karena berisik, mereka yang melihat Dion langsung membubarkan diri, saat itu penampilan Aldo kacau dan basah disiram air, tapi dia menundukkan kepalanya yang menyebabkan poni menutupi wajahnya dan mengucapkan terima kasih dengan suara yang dikecilkan untuk dikenali Dion dan beranjak dengan buru - buru keluar dari WC . "kau melakukannya dengan baik, sampai-sampai orang tidak akan mengira kalau kau itu bukan lah seorang Aldo sang playboy ulung yang berwajah tampan memikat semua wanita serta kekayaan melimpah yang ikut menyertai keunggulanmu sehingga kau jadi sasaran banyak wanita yang menginginkanmu, melainkan seorang nerd yang kutu buku dan sering ditindas". Pujinya.

Leo mengangguk setuju, dia juga pernah melihat Aldo versi nerd yang saat itu dia berjalan hendak ke kelas saat melihat Aldo sedang di bully, buku yang dibawanya jatuh berserakkan. Orang-orang menertertawakan dirinya. Aldo hanya menundukkan kepala tidak mendongak apalagi saat itu kacamatanya diambil. Saat Leo melewati mereka, Leo mengambil kacamata yang hendak dipatahkan salah satu siswa seangkatannya. "kalian berisik". Katanya. Tidak ada yang berani melawan Leo, mereka membubarkan diri setelah berkata "kau beruntung sekarang".

Aldo masih tidak bergerak saat itu, Leo tentunya tidak tahu awalnya kalau saat itu Aldo tidak mau Leo tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Makanya dia terus menundukkan kepalanya. Leo menyodorkan kacamata Aldo kedepan wajahnya yang menunduk. "ini, lebih baik kau segera masuk ke kelas, kelas akan dimulai". Aldo menerimanya sambil tetap menundukkan kepala. "terima kasih" katanya lirih. Suaranya dikecilkan untuk dikenali Leo. "kau tidak perlu berterima kasih padaku, aku hanya kebetulan lewat". Lalu beranjak dari sana. Meninggalkan Aldo yang menatap temannya itu sambil tersenyum.

Aldo tersenyum mendengar perkataan Dion, senyuman yang mampu melelehkan wanita disekitarnya sangking menawannya, "kurasa aku perlu memperbaiki ucapanmu barusan, kawan. Ketampanan dan kekayaanmu melebihiku, Dion". Membalas perkataan Dion barusan. Dion hanya merespon dengan cuek dan menatap Adriana yang sedang menatap Aldo tak berkedip, terpesona melihat perubahan seorang nerd menjadi pria tampan yang menawan. seketika perasaan jengkel dan posesif melingkupi Dion. Melingkarkan lengannya kesekeliling pinggang Adriana, Dion memalingkan wajah Adriana kearahnya melalui sentuhan di dagu. " jangan menatap orang lain dengan tatapan seperti itu." Katanya kesal.

Popular? I Hate Popular!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang