Bagian ini kudedikasikan untuk Aspriyanti_NW. Aku berterima kasih karena kamu masih setia membaca ceritaku ini. Dari awal hingga bagian cerita ini dibuat. semoga kamu nggak bosen amat dengan ceritaku ini.
thanks ya!. (^_^). !!
Yang lainnya juga kok!, makasih ya masih mau membaca ceritaku ini!.
- Adriana -
Di depan gerbang sekolah, aku sedang menyiapkan batinku. Setelah lama disana akhirnya aku melangkah masuk kedalam sekolah. Saat baru memasukki gerbang aku sudah mendapat banyak perhatian. Banyak siswi berbisik - bisik, ada juga yang memelototiku. Para siswa hanya memperhatikanku. Aku melangkah dengan tergesa - gesa menuju kelas. Sial!, aku nggak bisa membaur pula!. Di koridorpun aku juga mendapat perhatian yang sama. Sungguh, meski aku sudah menyiapkan batin untuk mengahadapi ini, tapi tetap saja aku merasa gelisah. Masuk ke kelas juga sama. Awalnya penuh suara jadi diam. Biasanya kalau aku masuk nggak dihirauin, sekarang banyak yang menatapku. Dikelaspun ada yang menatapku tajam. Aku harus tahan ucapku dalam hati. Aku duduk dan memainkan hpku. Aku masih dipelototi. Risih aku kalau ditatap terus. Lama - lama aku nggak tahan juga.
Terdengar teriakkan, semua menatap ke pintu. Aku mendesah lega saat terlepas dari tatapan sekelas. Dion melangkah masuk kelas dan duduk di tempat duduknya, wajahnya tampak datar cuek. Dibelakangnya ada Sely yang mengikuti and the gang. Sely mengusir orang yang duduk didepan Dion dan duduk disana sambil menghadap Dion. Untuk sekali ini aku sungguh bersyukur nggak duduk dekat dengan Dion. Bisa - bisa mak lampir menghinaku lagi kalau melihatku. Ogah amat.
" Dion, nanti pas istirahat kita makan dikantin bareng yuk " ajak Sely lembut. Aku memutar mata, lihat kan? Dia memang gigih banget, ah salah yang benar idiot. Dion memasang tampang dingin, " nggak " jawabnya pendek. " ayolah Dion, kamu juga nggak ada apa - apa kan saat istirahat? " masih membujuk rayu. " nggak, aku ada urusan nanti " Dion menatapku. Sontak semua mata menatapku. Aku tersentak saat dia menatapku, jangan bawa - bawa aku dong!. Aku berteriak histeris dalam hati, nyatanya aku mematung. Sely menatapku marah and the gangnya juga, yah kecuali Arlena, dia menggeleng - geleng iba menatapku. Dikelas juga ada yang menatapku tak suka. Sekarang aku ingin pergi jauh - jauh saja rasanya. " aku ada janji dengannya, jadi jangan mengajakku lagi " kata Dion dingin. Woi pak!, jangan libatin orang seenaknya ke dalam masalahmu!, aku meneriakkinnya dalam hati. Sely menatapku dengan janji pembalasan. " kau jangan pernah mengganggunya atau kau berurusan denganku " ancam Dion melihat tatapan Sely terhadapku. Sely menatap Dion tidak percaya, lalu memelototiku penuh benci dan melangkah pergi dengan marah. Ow, sekarang aku harus berhati - hati nih. Semua orang menatap aku dan Dion bergantian, dari tatapan mereka yang terlihat penasaran jelas mereka ingin tahu kenapa aku yang nggak diketahui siapa bisa dekat dengan Dion.
Aku memukul kepalaku ke meja berkali - kali. Merutuki nasibku sekarang. " jangan mencoba melukai dirimu sendiri " kata seseorang dan menyentuh wajahku sambil menjauhkannya dari meja. Aku tersentak dari sentuhannya, kapan dia ada disampingku?, aku langsung gugup, mengingat kejadian kemarin, jantungku berdebar - debar. Banyak suara terkesiap melihat kami. Aku tersadar dan memelototinya marah seketika itu juga melupakan perasaan gugupku. Dion mengacuhkan pelototanku dan mengelus dahiku yang kubenturkan ke meja tadi. " jangan melakukannya lagi " perintahnya. Kau menambah masalah pak! Teriakku frustasi dalam hati. Aku menjauhkan tangannya dari dahiku. " kau tidak perlu melakukan ini Dion " aku berkata dengan volume yang hanya dapat didengar Dion. Meski percuma juga karena yang duduk didepanku dapat mendengar juga.
Dia mengangkat alisnya, " kau pac- " aku langsung membungkam mulutnya dengan tanganku. Jangan!. Terdengar banyak bisik - bisik melihat apa yang kulakukan. Aku merutuki Dion di kepalaku. Dia mau mengungkit soal pacaran disekolah? Aku jamin hidupku di sekolah tambah nggak lebih baik!. " nanti kita perlu bicara " aku berkata sambil menahan emosi. Melepaskan tanganku yang menutup mulutnya. Dion mengangguk sambil tersenyum " baik ". Seluruh kelas terkesiap lagi, tidak percaya melihat Dion yang jarang menunjukkan ekspresi, apalagi ekspresi tersenyum! Sekarang Dion tersenyum kepadaku. Banyak orang bertanya - tanya sekarang. Dion kembali ke tempat duduknya. Aku langsung menguburkan kepalaku dilipatan lenganku. Aku sekarang pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popular? I Hate Popular!
Novela JuvenilSetiap orang pasti ingin popular, hanya beberapa aja yang nggak mau atau memang malas menjadi populer. Aku termasuk kedalam yang malas menjadi populer, aku orang biasa, cantik? aku nggak cantik, pintar? aku nggak pintar dan aku pun juga nggak kaya...