Ekstra - Akhir

1.5K 78 11
                                    

Hai...

Lama nggak jumpa... 😄

Maaf lama publisnya. Niatnya mau akhir bulan januari kemarin, eh malah jadinya bulan Februari. Nggak tahu kenapa merasa kurang bagian ini waktu nulisnya kemarin jadinya molor... 😅

Daripada panjang lebar lagi, silahkan membaca... ^^

- Semua -

Hery menatap teman-temannya satu persatu. Ia menatap setengah simpati dan setengah geli dengan kesuraman di ruang santai rumah Aldo ini.

Hery melihat Dion yang terlihat murung di sofa di sampingnya, lalu tatapannya bergeser ke samping dimana Aldo yang sama naasnya terlihat sama suramnya dengan Dion, Hery menggeser tatapannya lagi dan terlihat Leo yang masih memasang wajah datar tanpa ekspresi, tapi Hery bisa melihat tatapan kosong di mata pria tampan itu.

Hery geleng-geleng kepala saja melihat kemurungan para sahabatnya. Ini terjadi karena para kekasih mereka, Adriana, Arlena dan Nina marah atas tindakan yang dilakukan oleh para sahabatnya ini.

Setelah kejadian dimana Nina dan Arlena terluka dipertandingan waktu itu, Dion, Aldo dan Leo merencanakan hukuman yang pantas untuk orang-orang yang melukai Nina dan Arlena.

Hasilnya memang sesuai yang direncanakan, mereka yang sudah mecoba melukai para kekasih sahabatnya ini mendapat ganjaran yang setimpal dan membuat mereka meminta maaf kepada para kekasih sahabatnya itu, tentunya dengan ekspresi ketakutan dari wajah mereka.

Tapi, apa yang terjadi selanjutnya lah yang membuat para sahabatnya sampai sekarang masih bermuram hingga sekarang di ruangan ini.

Adriana, Nina dan Arlena marah dengan tindakan para sahabatnya ini dan mereka mendiamkan atau istilahnya 'ngambek' kapada para sahabatnya ini.

Dan sekarang, Hery melihat hal yang sangat jarang  terjadi kepada para sahabatnya ini, aura keputusasaan yang cukup pekat menguar dari mereka, bahkan Leo yang terkenal tidak pandai ber-emosi, sekarang menampilkan raut keputusasaan itu.

"Jadi..." mulai Hery menyela kemurungan teman-temannya. Merasa kelewat puas melihat kesuraman para sahabatnya itu, jangan anggap Hery jahat, ia hanya ingin menikmati kelangkaan ini lebih lama saja.

"Apa kalian hanya akan terus murung seperti ini atau mencoba mencari cara agar kalian bisa bersama kekasih kalian masing-masing lagi?." Tanya Hery menyadarkan mereka dari kemurungan masing-masing.

"Aku sudah berusaha untuk berbicara dengan Adriana, tapi hasilnya sama saja, dia masih marah karena kejadian itu." Curhat Dion memberitahu. Ia merasa sedih karena keterdiaman Adriana selama seminggu ini kepadanya. Dion tidak suka berjauhan dengan Adriana, tapi sudah seminggu ini ia mencoba mendekati kekasihnya itu dengan permintaan maaf serta rayuan dan hasilnya Adriana masih tetap marah dengannya.

"Aku juga sama, Nina bahkan tidak mau menatapku selama seminggu ini karena masih marah soal kejadian itu." Curhat Aldo berikutnya dan mereka semua menatap Aldo yang berekspresi muram.

"Bahkan playboy termasyur tidak bisa mendapat maaf dari kekasihnya?." Tanya Hery mendramatisir. Sedikit menjahili temannya itu.

Aldo memberinya tatapan menusuk nan tajam. Andai tatapan bisa membunuh, saat ini Hery akan terkapar penuh darah.

Hery membalas dengan seringaian mengejek. Aldo mendengus dan menunduk murung lagi.

Hery melirik Leo yang sekarang memasang tampang datarnya lagi, Hery dengan penasaran bertanya, "kalau kau Leo?, apa kau juga?." Tanyanya tanggung dan langsung dihadiahi wajah datar tanpa ekspresi Leo.

Hery tidak bertanya lebih lanjut melihatnya, sudah jelas kalau Leo juga sama gagalnya dengan yang lain untuk meredakan amarah kekasih mereka. Hery memandang setengah geli dan iba kearah mereka.

Popular? I Hate Popular!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang