- Semua -
* Di Kantin *
Suasana ramai yang diisi oleh suara-suara percakapan para siswa siswi sekolah yang sedang bersantai dan menyantap makanan mereka.
Diantara mereka, masih ada yang gencar menatap kagum dan terpesona dua pria dan satu wanita di meja depan kantin ini.
Ada juga diantara mereka bertanya-tanya dimana pasangan yang menjadi topik hangat gosip sekolah itu berada sekarang karena tidak muncul-muncul juga di meja teman-temannya itu.
Hery yang duduk bersebrangan dengan Leo dan Arlena, yang duduk bersebelahan. Mengetukkan sendoknya ke piring yang masih berisi setengah. Menonton pertunjukkan dimana Leo dan Arlena beradu mulut lagi, dia sedang malas melerai pertengkaran mereka. Cemberut menunggu Dion dan Adriana yang belum juga datang.
"dasar patung es", ejek Arlena.
"si cerewet". Balas Leo
"manusia tanpa emosi" balas balik Arlena.
"Tukang jahil". Balik balas Leo.
"si bisu" lanjutnya.
"si nilai rendah". Gencar Leo membalas setiap ejekkan Arlena, entah kenapa dia selalu membalas setiap ejekkan Arlena. Padahal biasanya hanya dia acuhkan apapun perkataan orang lain menngenai dirinya.
Dan lain - lain. Pikir Hery bosan mendengar mereka saling melempar ejekkan satu sama lain dari tadi, yang nggak ada habisnya ejekkan yang mereka lontarkan. Hery melirik Leo yang sedang membalas ejekkan Arlena, berpikir kalau temannya ini pasti belum menyadarinya. Menghembuskan nafas panjang, "lama sekali mereka". Gumamnya bosan. Lalu tatapannya jatuh pada pintu masuk kantin. Disana ada Dion yang berjalan sambil menggandeng tangan dengan Adriana, Adriana tampak menunduk dan Dion yang tampak agak ceria dari ekspresinya, mereka menyedot perhatian para siswa sejenak hingga keadaan kembali seperti semula beberapa saat kemudian, para siswa kembali melanjutkan aktivitas, meski masih ada yang menatap pasangan itu diam-diam. Lalu tatapannya beralih ke leher Adriana yang tertempel plester yang menarik perhatiannya, matanya menyipit. "apa itu?", pikirnya menatap mereka yang sedang mendekat.
Arlena yang merasakan kedatangan mereka menghentikan perdebatannya dengan Leo, dia menatap Adriana yang menatap kearah lain disamping Dion, Arlena juga melihat plester dileher Adriana dan bertanya-tanya juga. Setelah beberapa saat berpikir Arlena tersenyum-senyum menatap pasangan yang sedang duduk di hadapannya ini. Adriana melakukan apa yang dia minta ternyata, rencananya berjalan lancar!. Membuat Dion tergoda untuk mencium Adriana, Arlena tidak percaya kalau mereka tidak memiliki perasaan terhadap satu sama lain. Kalau soal status itu, itu pasti hanya sementara sebelum berganti yang resmi. Pikirnya tepat.
Tapi Arlena belum tahu saja kalau mereka sudah berpacaran sungguhan sejak kemarin.
"kalian lama sekali, apa ada sesuatu?". Tanya Hery menatap mereka berdua bergantian.
Dion hanya diam melirik Adriana yang sekarang menunduk lagi, lalu tersenyum kecil. Hery melihat ekspresi itu tentunya dan menduga telah terjadi sesuatu. Arlena juga senyum-senyum menatap Dion. Sedangkan Leo diam.
"ah, tampaknya aku tidak perlu tahu apa yang kalian lakukan. Apakah sakit Adriana?". Tanya Hery sengaja. Adriana menatap Hery bertanya. Hery tersenyum, "tampaknya lehermu terluka." Ucap Hery sengaja dan melihat reaksi Adriana yang menurutnya cukup mengibur, merona malu menutupi lehernya dengan tergesa-gesa. "Ah..., tidak juga" jawabnya canggung.
Hery melirik Dion yang menatapnya juga, Dion hanya bersikap acuh dan memandang Adriana geli. Hery menggeleng-geleng, temannya satu ini berubah menjadi tukang mesum.
Sedangkan Arlena sibuk senyum - senyum sendiri. Tanpa disadarinya Leo melihat aksi tersebut. Hery melihat aksi Leo dan berpikir untuk kedua kalinya, temannya satu ini belum sadar akan sikapnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popular? I Hate Popular!
Roman pour AdolescentsSetiap orang pasti ingin popular, hanya beberapa aja yang nggak mau atau memang malas menjadi populer. Aku termasuk kedalam yang malas menjadi populer, aku orang biasa, cantik? aku nggak cantik, pintar? aku nggak pintar dan aku pun juga nggak kaya...