Aku balik lagi!, selamat membaca. Maaf
- Semua -
Prang!
Bunyi pecahan vas yang awalnya berada dimeja ruang tamu rumah Sely kini sekarang hancur sebagai pelampiasan amarah yang sedang muncul di dalam diri Sely.
Dua orang yang duduk dihadapannya gemetar ketakutan melihat amarah yang terlihat di wajah Sely, mereka takut akan dilukai Sely dalam suasana hatinya yang sekarang. bukan itu saja, para pelayan yang mendengar juga kaget dan mendekat namun sang kepala pelayan mencegah pelayan itu memasuki ruang tamu.
"Jangan mendekat, vasnya dibersihkan nanti saja setelah mereka keluar ruangan." Lelaki yang usianya terbilang tak muda lagi itu memerintahkan pelayan tersebut untuk pergi dan melanjutkan perkerjaannya.
"Kalian juga, kembalilah bekerja. Jangan mengganggu nona Sely." Sang kepala pelayan tersebut menegur para pelayan yang lain. Semuanya langsung bubar dan melanjutkan pekerjaan sesuai perintahnya.
Sang kepala pelayan itu menatap kearah ruang tamu dengan ekspresi tak terbaca, sang kepala pelayan yang sudah lama bekerja dirumah majikannya ini sangat tahu kalau putri majikannya itu sedang dalam suasana hati kurang bagus, tempramental dan sikap putri majikannya itu sangat mirip dengan sang majikan alias ayah nona Sely. Gampang emosi dan egois.
Sang kepala pelayan tersebut termenung, andai saja nyonya ada disini...., menggeleng pelan mengusir pemikiran tersebut. Sang kepala pelayan tersebut melangkah pergi melanjutkan perkerjaannya.
"Sudah kubilang kalau kalian harus melakukannya dengan hati-hati!." Ucap Sely marah dengan dua orang di depannya.
Lena yang berani berbicara duluan, "kami sudah hati-hati, tapi tiba-tiba nerd itu datang dan mengacaukannya. Dia juga memanggil Hery dan Leo." Lena mengucapkannya dengan nada menuduh, menyalahkan Nina karena rencana mereka gagal dan hukuman yang mereka terima.
Sely memicingkan mata, "nerd?."
Kirana dan Lena mengangguk. "Si temannya Jalang itu, nerd yang sekelas dengannya." beritahu Lena.
Sely tampak berpikir sebentar dan mencatatnya dalam hati lalu menatap dua orang didepannya, mengucapkan perkataannya dengan nada datar acuh tak peduli "mau bagaimanapun aku tidak bisa menolong kalian lagi, kali ini paman tidak mau mencabut keputusannya mengeluarkan kalian. Aku tidak bisa membantu lagi. Meminta bantuan ayah pun akan sama saja." Apalagi kali ini Hery yang biasanya tidak memakai kekuasaannya bertindak, dia kali ini ikut campur. Tambahnya dalam hati. Sely tidak bodoh untuk mencoba menolong mereka tanpa terkena resiko dianggap terlibat.
Mendengarnya, tubuh Lena dan Kirana merosot, wajah mereka sedih.
Sely hanya menatap mereka datar, mereka sudah gagal, mereka tidak berguna lagi. Sely tidak mempedulikan mereka lagi. Lagi pula dua orang ini mendekatinya hanya karena ia memiliki kekuasaan.
Sekarang, pikirnya. Dion sudah jadi milikku, namun keberadaan Adriana menganggu kebersamaan mereka. Dan Sely berniat menyingkirkannya. Sely menghubungi seseorang. Saat bunyi pertanda diterimanya panggilannya Sely berkata. "aku ingin kau melakukan sesuatu." Ucapnya tanpa basa-basi saat teleponnya diterima.
"Apa itu?." Seseorang diseberang sana sangat mengerti nada perintah sang nona egois ini.
"Aku ingin membuat seseorang terluka kalau perlu buat dia trauma."
"Targetnya gadis bernama Adriana itu?."
"Ya, aku mau wajahnya rusak." Sely menyeringai. Bisa dirasakannya lawan bicaranya juga menyeringai. "Aku mau secepatnya kau laksanakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Popular? I Hate Popular!
Teen FictionSetiap orang pasti ingin popular, hanya beberapa aja yang nggak mau atau memang malas menjadi populer. Aku termasuk kedalam yang malas menjadi populer, aku orang biasa, cantik? aku nggak cantik, pintar? aku nggak pintar dan aku pun juga nggak kaya...