Bgn. 3 - Hah!, dulu sahabat mereka?!

6.1K 366 3
                                    

Happy reading ya!! >_<.

* I Hate Popular! *

- Adriana -

"ini Adriana" kataku kepada orang yang diseberang sana.

"ya, ada apa?" . Mataku menyipit, aku bisa mendengar suara tawa dari ucapannya tadi. Aku menatap Hery. "aku butuh sedikit privacy" kataku kepada Hery. Hery mengangguk mengerti. Sely tampak tidak terima. Aku acuhkan saja, aku pergi menjauh dari gerombolan sampai batas mereka nggak bisa dengar apa yang kukatakan. Lalu mendekatkan hp itu ketelingaku.

"apa maksudmu menyuruhku untuk mengantarkan bukumu hah?". Geramku.

"Bukannya Erik sudah menunjukmu mengantarkan buku itu kepadaku?".

"aku nggak mau!, teman-temanmu saja yang mengantarnya!, aku menolak!".

"aku tidak terima penolakkan, pokoknya harus kau yang membawanya atau aku nggak akan menerimanya. Sampai jumpa nanti". Lalu dia memutuskan teleponnya. Aku menatap hp itu geram. Kalau nggak ingat ini hp Hery mungkin hp ini sudah hancur akibat pelampiasan amarahku.

Lalu aku mendekati gerombolan. "bagaimana?" tanya Hery. Aku mengangguk pasrah, kalau nggak bisa-bisa dia menyalahkanku kalau nanti nilainya jelek, "dia memintaku untuk mengantarkannya". Sely marah mendengarnya, "sini!". Dia mengambil paksa buku itu dari Erik. "biar aku saja yang mengantarkannya!".

"tunggu!" Hery mencegatnya. "Adriana yang diminta untuk mengantarnya, kenapa kau malah mengambilnya?". Tentu saja karena cemburu. Pikirku sambil memutar mata. Cemburu yang kelewat akut.

"biar saja!, kan tidak harus dia yang mengantarkan ini" katanya sambil menatapku sinis. Aku lelah. Sungguh. Demi apa coba?, inikan hanya masalah mengantarkan buku! "maaf saja ya, anda tidak tau saja kalau dia yang memaksaku untuk mengantarkannya" kataku amat formal. Aku sungguh jengkel.

"alah!, bilang saja kalau itu hanya alasan agar kau bisa dekat-dekat dengan Dion!". Diikuti hinaan para siswi. Arlena nggak masuk dalam memberiku penghinaan dia menatapku iba. "cukup!" Leo bersuara. "bisa saja perkataan Adriana benar adanya". Katanya membelaku. Aku menatapnya berterima kasih. Leo mengangguk sebagai jawaban.

Lalu aku menatap Hery, "coba telepon saja dia. Tanya, apa dia hanya mau aku yang mengantarkannya atau tidak". Hery mengangguk dan menelepon lagi.

"Dion?"

". . . . ."

"aku hanya ingin bertanya apa kau hanya mau buku ini diantarkan Adriana?".

". . . . ."

"ada orang - orang yang nggak setuju kalau Adriana yang mengantarkan buku ini".

" . . . . . "

Hery mengangkat alisnya "oh ok, akan kuberitahu. dah". Dan mematikan hpnya. "iya, Dion memang hanya mau Adriana yang mengantarkannya".

"kenapa harus dia sih!" sely menunjuk-nunjukku. Aku bergeser sedikit, malas banget ditunjuk-tunjuk kayak gitu.

Hery mengangkat bahu, "katanya dia hanya mau Adriana yang melakukannya, kalau tidak dia tidak akan senang saat tau kalau bukan Adriana yang melakukannya". Sely menatapku sinis diikuti tatapan yang sama oleh para siswi kecuali Arlena tentunya. Aku menatap sok cuek aja, padahal di dalamnya aku ketakutan.

"sini bukunya" Hery meminta. Sely memberikan buku itu dan melangkah pergi dengan marah. Ow aw, kenapa aku bisa masuk kedalam drama ini sih?. Aku menatap kepergian mereka beserta para siswi. Arlena memberiku senyuman semangat sebelum pergi, aku membalasnya. Arlena memang baik!.

Hery memberikan buku yang 'menjadi permasalah dari tadi' ini kepadaku. Ah, salah. Yang benar si pemilik buku ini lah masalahnya. Gara-gara dia mulai saat ini hidupku nggak bakalan tenang lagi!.

Popular? I Hate Popular!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang