Bgn. 22 - Permulaan

3.4K 189 12
                                    

Maaf ya kali ini telat lagi, ada kesibukkan sih~ .

Aku tidak menjamin kalau tepat waktu. Tapi akan tetap update kok.

Sekian, dari pada tambah panjang dan nantinya curhat. ^.^

Salam maaf Fan.

- Adriana -

Aku tidak tahu pastinya bagaimana semua ini terjadi, yang kutahu aku berusaha menyelamatkan Arlena yang malah berujung diriku sendiri yang menjadi sandera. tentu saja aku membatu, aku ketakutan, terutama saat merasakan benda tajam yang mengarah ke leherku dengan mematikan. Aku melihat kak Wendi yang tiba-tiba datang, Aku bisa mendengar seruan kekhawatiran Arlena dibelakangku. Saat kusadari aku telah dibawa keluar dari WC wanita dengan pisau masih bertengger di leherku. Aku mendengar pria itu mengancam akan melukaiku kalau kak Wendi dan Arlena berbuat macam-macam. Aku melihat raut frustasi dan penuh amarah diwajah kak Wendi, begitu pun raut khawatir Arlena disebelahnya.

Dan seketika aku merasakan sakit yang menyerang di dadaku.

Aku merasakan benda tajam menusuk tepat di dadaku, rasa nyeri seketika muncul dan mengacaukan otakku sangking menyakitkannya rasa sakit yang kualami. Pandanganku mengabur namun aku masih mencoba memantapkan pandanganku kedepan, dapat kulihat Kak Wendi dan Arlena yang mendekat. Wajah mereka sarat akan kepanikkan dan kekhawatiran. Aku tidak dapat mendengar apapun yang mereka katakan, telingaku berdengung. Rasa nyeri yang kurasakan mengaburkan apapun yang kurasakan.

Baru kusadari kalau aku telah jatuh.

Kulihat kak Wendi memelukku, berteriak dengan suara keras yang membuatku dapat mendengar kembali kepada Arlena agar segera menghubungi ambulans. Arlena segera menelepon dengan panik, airmata terlihat diwajahnya. Aku berusaha menggerakkan tanganku untuk menenangkannya namun tidak bisa.

Sekilas kulihat Leo datang dan menatapku dengan wajah hampa lalu dengan segera ia berlari menuju ke arah entah mana itu.

Rasa sakit menyerang kembali dan mengaburkan penglihatanku. Kali ini intensitasnya lebih kuat. Kali itu aku langsung berpikir, aku ingin rasa sakit itu segera menghilang, rasanya mau mati saja.

Hanya sebentar, aku melihat wajah Dion meski hanya berupa pengaburan gambar tidak jelas. Lalu kegelapan menelanku.

* I Hate Popular! *

- Semua -

Ditengah semua orang, Dion menatap hampa kedepan. Padangannya kosong, energi kehidupannya seakan ditarik paksa keluar dan habis seketika saat ia menyaksikan Adriana ditusuk tepat di jantung didepan matanya.

Tina yang melihat sang anak seperti itu terisak, mencoba mengembalikan kesadaran anaknya kembali. Lene juga ikut ambil bagian mencoba menenangkan adiknya, berusaha agar adiknya itu tidak berusaha melukai dirinya sendiri lagi.

Jefery yang menyaksikan bagaimana anaknya itu sekarang, hanya bisa diam. Otaknya sedang bekerja memikirkan sesuatu.

Dari pihak keluarga Adriana sama parahnya, Natalia tidak henti-hentinya menangis, sejak dikabarkan apa yang terjadi dengan putrinya Natalia langsung pingsan. Stephen meraung marah, berteriak murka bertanya siapa yang menyebabkan putrinya seperti ini. Wendi menghilang entah kemana.

Hery, Leo, Aldo, Nina dan Arlena datang. Nina dan Arlena menangis. Hery, Aldo dan Leo menatap Dion dan mereka bertiga saling bertatapan. Mata mereka berbicara dengan penuh arti.

Setelah lama menunggu, akhirnya seorang dokter keluar. Matanya menatap lurus kearah Stephen. Semua berdiri. Mengantisipasi.

Dion juga akhirnya sadar dan berdiri. Pengharapan mengalir memenuhi otaknya.

Popular? I Hate Popular!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang