Enam

11 1 0
                                    

"Pagi, Fela Sayang...!!" begitu sampai di bangku, Rian langsung melakukan ritualnya, narik–narik pipi Fela.

Kumat! Kumat! Kumat...! teriak Fela dalam hati. Ini dia yang membuat Fela ogah sebangku dengan Rian. Tangan Rian nggak bisa diam.

"Rese ...!!!" Fela menimpuk Rian dengan buku, menghentikan aksi cowok itu.

"Kan udah janji nggak ada ritual kayak gitu lagi," Fela keki, tangannya mengusap-usap pipinya yang sedikit kaku. Ia memang mau menerima Rian duduk sebangku dengannya dengan syarat cowok itu menghilangkan segala ritual narik pipi, ngagetin, menggelitik, dll yang biasa Rian lakukan.

"Hehehe... iya ya udah janji. Lupa."

"Jangan ngambek gitu dong... Maaf deh. Nggak akan ngulangi lagi. Swear!" Rian memamerkan ekspresi yang paling unyu plus sedikit alay.

Sebenarnya Fela ngambek bukan hanya karena Rian yang khilaf akan janjinya, tapi cowok itu juga udah merusak acara ngelamun indahnya.

"Yaela ni anak ngambek beneran. Gini deh! nanti pulang sekolah kita mampir ke tempat biasa. Kamu mau makan apa aja terserah, aku traktir."

Fela melirik Rian dan tersenyum, memberikan sinyal damai, "Sebenarnya aku mau banget. Tapi pulang sekolah nanti aku udah ada janji sama Novan. Gimana kalo dimajuin sekarang? Di kantin aja nggak apa-apa deh. Kebetulan tadi aku nggak sarapan di rumah."

"Oh, udah ada janji sama Novan? Kamu..."

Seakan udah tau kelanjutan ucapan Rian, Fela segera menarik tangan Rian dan memaksanya bangkit.

"Yok cabut, udah laper banget."

Sledri TengilWhere stories live. Discover now