Empat Belas

7 1 0
                                    

Fela melihat jam di tangannya berkali-kali, kemudian beralih melihat ke jalan. Arsya mana, sih? Katanya janjian ketemu di depan mall ini jam sembilan. Ini udah jam setengah sepuluh lewat, tapi cowok itu belum kelihatan juga tanda-tanda penampakannya. Jangan-jangan ia dikerjai, lagi.

Fela terpaksa menuruti permintaan Arsya. Habisnya Arsya bilang mau minta yang aneh-aneh kalo Fela nggak mau nuruti. Dia, kan cowok tengil, jadi nggak menutup kemungkinan kalo ia beneran minta yang lebih aneh-aneh.

"Hai!"

Nah, akhirnya datang juga. Fela menoleh ke sumber suara. Mulutnya terbuka, siap melancarkan aksi protes. Tapi mendadak tertutup kembali begitu tau itu bukan Arsya, melainkan seorang cowok tinggi, hidung mancung, alis tebal, mata bening dengan bulu mata yang agak lentik dan senyumnya itu lho... bikin melted seketika. Satu kata buat cowok itu, KEREEENNN!!!!!!!

"Sorry, kamu tadi nyapa aku?" Fela menunjuk dirinya sendiri. Takut kalo yang disapa tadi bukan dirinya. Nanti dibilang ke-GR-an lagi.

"Iyalah nyapa kamu," jawab cowok keren itu, "Ayok!" Cowok itu menggandeng tangan Fela tanpa permisi. Mata Fela melebar.

"Tu...tunggu! Ka.....kamu siapa? Berani-beraninya narik tanganku. Jangan macam-macam, ya!" Fela menarik paksa tangannya. Ia juga udah pasang muka nggak bersahabat.

Cowok itu menatap balik Fela dengan dahi berkerut, "Lah, kamu nggak kenal sama aku?" tanyanya. Fela diam.

"Kamu Fela, kan?"

"Iya."

Wajah cowok itu berbinar, "Ternyata emang benar kamu orangnya. Sebelumnya aku ucapkan selamat karena kamu terpilih sebagai pemenang program "SEHARI BERSAMA SELEBRITI". Berarti selama satu hari ini kamu akan menghabiskan waktu sama aku," jelas cowok itu.

Dahi Fela berkerut, berusaha mencerna omongan cowok itu. Perasaan ia nggak pernah ikut program seperti itu. Gimana ia bisa terpilih jadi pemenang? Lagian nggak ada kamera atau para kru yang bertugas. Jangan-jangan...

"Kamu penculik ya? Terus kamu mau nyulik aku. Iya, kan?!" ucap Fela setengah histeris.

"Yaela... siapa juga yang mau nyulik kamu? Masa tampang super kece begini dibilang penculik. Duh, sakit hati abang, Dek." Cowok itu memasang ekspresi terluka.

Kalo dilihat, cowok itu memang nggak kelihatan seperti penjahat. Tapi Fela masih belum percaya. Tampang kan bisa menipu. Sekarang banyak penjahat yang mengandalkan wajahnya yang keren agar bisa melancarkan aksinya. Siapa tau cowok itu salah satunya.

"Kamu beneran nggak kenal sama aku? Kamu nggak pernah nonton TV ya? Aku kan salah satu artis yang lagi naik daun," cowok itu langsung bergaya layaknya seorang artis beneran.

Ulat kali naik daun, batin Fela. Ia mengamati cowok itu lekat-lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sepertinya ia emang pernah melihat cowok itu. Tapi kayaknya bukan di TV deh.

"Gimana, udah ingat belum? Artis ngetop, lho!" Cowok itu masih pamer gaya.

Fela masih diam. Hanya ekspresi wajahnya yang memberi jawaban kalo ia masih nggak tau siapa cowok ganteng tapi belagu dan sok artis di depannya itu.

"Masih nggak tau ya? Ya udah, kita kenalan secara resmi aja. Kapan lagi kamu bisa jabat tangan sama artis keren, ganteng, kece badai dan imut kayak aku?"

Hoek, lama-lama Fela enek juga dengan artis sok ngetop songongnya selangit ini. Ganteng sih, keren, tapi kelakuannya bikin tangan gatel pengen nyakar. Kalopun dia ini artis beneran, Fela yakin hatternya pasti lebih banyak daripada fans fanatiknya.

"Kenalin, artis terpopuler dan terkece abad ini, Avrinza Kautsar Rafasya."

Avrianza? Kayak pernah dengar. Fela mulai putar-putar pikiran. Setelah agak lama, ia mulai mendapatkan petunjuk.

"Tengil?" Fela mencoba menebak.

"Siapa Tengil?"

"Eh, kamu Arsya?" Fela meralat ucapannya. "Iya, kamu Teng- eh Ar- eh... Ah, pokoknya kamu Tengil, kan?"

Cowok itu tertawa, "Jadi udah ingat sama artis ngetop paling kece ini?" ucapnya sambil menaikturunkan alisnya genit.

"AARRGGHH... TENGIL RESE!!! " Fela berteriak gemas.

Setelah puas main game, muter-muter toko buku, dan makan, Arsya dan Fela melanjutkan acara jalan-jalan mereka ke tempat selanjutnya.

"Ngapain ke sini?" tanya Fela begitu motor Arsya berhenti di pelataran parkir sebuah area wahana permainan. Udah kesasar beberapa kali, ternyata tempat seperti ini yang dituju Arsya.

"Main, senang-senang. Emang ngapain lagi?" jawab Arsya enteng.

"Kenapa, kamu nggak mau masuk? Tugas kamu kan cuma nemani aku jalan-jalan. Udah, ayo!" Arsya menggandeng tangan Fela. Fela nurut aja walopun sebenernya ia enggan untuk ikut masuk.

Tadinya Fela sempat bertanya 'kenapa harus ke tempat ini?', tapi sekarang ia udah menemukan jawabannya. Arsya kan baru beberapa bulan yang lalu lulus dari SMP. Jadi, harap maklum kalo kehidupan kanak-kanaknya masih sulit untuk dihilangkan.

Detik itu juga, mereka asyik keliling, makan es krim, kembang gula dan mencoba setiap permainan yang ada. Fela udah nggak merasa enggan lagi berada di tempat itu. Malah, ia merasa keasyikan. Udah lama juga sih ia nggak ke tempat seperti ini. Nggak terasa udah berjam-jam mereka menghabiskan waktu di tempat itu.

"Huh, cape juga ya!" Fela duduk sambil menelonjorkan kakinya.

"Tapi seru kan jalan-jalan sama artis ngetop? Aku yakin ini bakal jadi the most unforgetable moment in your life."

"Hadeh... kumat," desah Fela.

Kali ini mereka sedang melemaskan kaki sambil menikmati jagung bakar di pinggir jalan.

"Makasih ya udah nemani aku jalan-jalan," ucap Arsya.

"Makasih juga ya udah diajak jalan-jalan."

Mereka berdua berpandangan dan saling tertawa bodoh. Mata Arsya nggak lepas mengamati Fela yang begitu asyik menikmati jagung bakar yang tinggal separo.

"Kenapa? Belepotan ya?" tanya Fela yang sadar tengah diperhatikan.

"Eh, enggak. Lucu aja, sejak kenal sama kamu, baru hari ini aku bisa liat kamu ceria dan ketawa lepas gitu. Biasanya kan kamu mewek terus," Arsya jujur. Fela ber-oh.

"Ngomong-ngomong gimana kabar pacar kamu?"

"Pacar? Pacar yang mana?"

"Dih, ni anak. Kemarin-kemarin nangis terus, sekarang sama pacar sendiri udah lupa. Itu yang hijrah ke London."

"Oh... Novan," Fela baru ngeh, "Nggak tau, sampai sekarang dia nggak pernah ngasih kabar. Lagipula dia bukan pacarku kok."

"Hah??!!! Kalo bukan pacar, ngapain kamu baper berkepanjangan, nangis-nangis terus kayak kemarin sampai mau bunuh diri segala? Lalu dia siapa kamu? Sodara? Sahabat? Mantan? Calon pacar atau..." Arsya memberondong dengan banyak pertanyaan, bingung plus penasaran.

"Nggak tau. Emang dulu aku sama Novan dekat banget. Malah aku pernah nembak dia. Tapi sayang, aku ditolak. Dia cuma nganggap aku sebagai adik. Tapi aku udah terlanjur sayang sama dia." Fela tersenyum getir.

"Oh, jadi mantan calon pacar nih ceritanya? Dan sampai sekarang kamu masih mengharapkan dia?"

"He-eh. Aku nggak tau kenapa bisa sayang banget sama dia. Tapi kalo kenyataannya seperti sekarang... nggak tau deh," Fela menghembuskan napas pasrah.

Sledri TengilWhere stories live. Discover now