Don't want! -09-

13.7K 1.7K 299
                                    

[RYOU]


 Sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku tidak bisa berhenti memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

"APANYA YANG SENPAI-KOUHAI SAJA!! BILANG SAJA KAU SUDAH PUNYA PACAR!!! DASAR BRENGSEK!!!"

Pacar darimana? Bagaimana bisa aku berpacaran dengan Nagisa-nii yang sudah aku anggap kakak sendiri? Tapi kurasa hal itu tidak nampak bagi orang lain.

"Kami sudah membeli saus!" ujar Nagisa-nii begitu sampai di rumah. Aku menutup pintu dan melepaskan sepatu lalu menyusul Nagisa-nii ke dapur.

"Lu-chan! Lu-chan! Coba dengar!"

"Ada apa?"

"Tadi aku bertemu dengan teman Ryou-kun! Lalu dia mengira kalau aku pacar Ryou-kun! Lu-chan, aku tidak menyangka kalau aku masih pantas berpacaran dengan anak SMA!" ujar Nagisa-nii yang membuatku membeku di tempat.

"Ahaha, Nagisa memang awet muda"

"Sungguh? Aki-chan juga berpikir begitu??"

Aku menelan ludah dan menatap Luca-nii yang menatapku dengan tajam. "A..Um..." aku memalingkan pandanganku dari Luca-nii yang masih menatapku. "Ryou-kun," panggil Luca-nii secara menepuk-nepuk bahuku. "Apa kau tahu kesalah-pahaman dapat mengacaukan rumah tangga orang?" ujarnya dengan tatapan yang dingin. "Pergi dan cari temanmu itu lalu katakan kalau Nagisa-nii bukanlah pacarmu" ujar Luca-nii. Bulu kudukku sempat berdiri ketika Luca-nii berdiri menatapku dengan dingin.

"Bro, apa kau tidak terlalu berlebihan?" komentar Reo-nii

"Jika Aki yang disangka pacarku, apa kau akan diam saja?"

"....... Ryou, pergilah dan jelaskan" pinta Reo-nii yang mungkin dia sadar kalau tidak ada gunanya bernego dengan Luca-nii.

Aku menganggukkan kepala dan menatap Luca-nii sedikit cemas. "Aku akan pergi dan menjelaskan kesalahpahaman ini" ujarku. Luca-nii tersenyum seraya membelai kepalaku. "Hati-hati di jalan yah" ujarnya.

Aku menghela napas panjang setelah berada di luar rumah. "Haah... Ketika Luca-nii cemburu semua jadi merepotkan" gumamku dan membawa kakiku melangkah, berjalan menatap langit malam.

Kenapa jadi begini... Ichimatsu-senpai, apa dia sungguh-sungguh ingin menjadi pacarku? Wajahnya memang begitu syok saat melihatku bersama Nagisa-nii. Ah, sewaktu aku menolaknyapun dia juga terlihat syok.

Perasaan semacam ini memang merepotkan..

Mencintai dan dicintai—Jika melihat Aki-nii dan Reo-nii, Nagisa-nii dan Luca-nii, rasanya begitu menyenangkan bisa mencintai dan dicintai. Tapi... sebelum benar-benar bisa mencintai dan dicintai sama seperti mereka... sudah banyak air mata dan kesedihan.

Aku tidak yakin akan bisa bertahan—.

*

Setelah beberapa menit, akhirnya aku tiba di depan rumah Ichimatsu-senpai. Aku mengetuk pintu rumah senpai beberapa kali dan mendengar jawaban dari dalam rumah.

"Ya?" seorang wanita paruh baya yang cantik membukakan pintu dan menatapku seraya tersenyum. Aku membungkukkan badan lalu memberi salam.

"A-Apa Ichimatsu-senpai ada?" tanyaku sedikit canggung.

"Tokiya? Dia belum pulang" jawabnya

"Apa ada yang bisa kubantu?"

"Begitu ya.." jawabku pelan. Sepertinya lebih baik menjelaskan besok di sekolah

"Masuklah ke dalam, mungkin Tokiya sebentar lagi akan pulang!" ujarnya lalu mempersilahkanku. Aku sudah menolak namun dipaksa untuk masuk.

"Maaf ya sudah datang kemari tapi Tokiya malah belum pulang" ujar Ichimatsu-san yang ternyata adalah ibu Ichimatsu-senpai. "Ah, tidak apa-apa. Saya juga tidak memberi kabar sebelumnya ke Senpai" jawabku.

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang