Don't Want! -26-

10.5K 1.5K 115
                                    


[Tokiya]

.

.

Sudah beberapa minggu, aku dan Ryou dibimbing Kitazawa-san sepulang sekolah mampir ke mansion Banchou untuk belajar. Meski awalnya Kitazawa-san bertindak begitu sparta, tapi akhir-akhir ini di luar dugaan, aku bisa mengerjakan soal-soal ujian bayangan dengan baik. Ternyata setelah aku bertanya pada Kitazawa-san kenapa beliau repot-repot mengajariku, rupanya beliau alumni Universitas Tokyo, Banchou menugaskan dia untuk mengajariku agar aku juga bisa lolos ujian masuk Universitas Tokyo.

"Uhhmm~~ badanku pegal semua~~" Aku meregangkan otot-otot tubuhku setelah menyelesaikan soal terakhir subjek Matematika. "Aku rasa sudah waktunya istirahat." Kitazawa-san mengambil lembar jawabanku sambil membaca sekilas jawaban yang aku tulis di kertas jawaban. Setelah Kitazawa-san mengijinkan kami untuk istirahat, aku segera naik ke atas sofa dan berbaring. "Kitazawa-san, aku buatkan teh dulu ya." Ujar Ryou seraya bangkit dari duduknya, "Wah, Tuan muda Ryou tidak perlu repot-repot, biar saya saja yang membuatkan teh." Jawab Kitazawa-san, aku mengamati bagaimana Kitazawa-san benar-benar merasa sungkan pada Narufumi. "Kita-san, biarkan Narufumi yang buatkan, kau pasti lelah." Ryou mengangguk setuju, "tapi... kalau Luca-sama dan Reo-sama tahu, saya pasti akan dimarahi." Kitazawa-san nampak tidak setuju. "Tenang saja, Luca-nii dan Reo-nii tidak akan marah, aku hanya membuat teh saja." Akhirnya Ryou pergi meninggalkan ruang kerja. Setelah Ryou pergi, Kitazawa-san menghela napas. "Kita-san, apa kau tidak terlalu berlebihan ke Narufumi?" tanyaku, "Tidak ada yang berlebihan. Tuan muda Ryou adalah bagian dari keluarga Fearbright, semua yang menjadi bagian keluarga Fearbright harus dihormati." Jawab Kitazawa-san. "Kalau Banchou memang harus dihormati tapi Narufumi kan tidak punya jabatan spesial seperti Banchou." Kitazawa-san menghela napas lagi, "Kau harus berhenti memanggil Luca-sama dengan sebutan kasar seperti itu. Luca-sama tidak mengijinkan orang lain yang lebih rendah darinya memanggil beliau seenaknya. Saat ini kedudukan Tuan muda Ryou lebih tinggi daripada kedudukanku, jadi aku harus mengikuti aturan yang Luca-sama buat." Jawab Kitazawa-san, "Padahal Banchou tidak kelihatan seperti orang yang mempermasalahkan hal seperti itu." Komentarku, "itu karena Nagisa-sama." Kitazawa-san lagi-lagi menghela napas. "Nagisa-sama sendiri harusnya tahu dan sadar kalau beliau adalah orang penting, tapi sifatnya yang kekanak-kanakan dan terkadang sikap yang tidak formal harus diubah."

Aku menatap Kitazawa-san yang tengah membaca kertas jawaban, ia tampak lelah tapi ia sama sekali tidak mengeluh. Wajahnya yang kusut seolah mengatakan kalau banyak hal yang tengah ia pikirkan. "Kau juga, Ichimatsu." Aku tersentak kaget ketika Kitazawa-san memanggilku dan menatapku tiba-tiba. "A-Aku? Apa?" Kitazawa-san menyodorkan kembali kertas jawaban padaku. "Jika kau dan Tuan muda Ryou sungguh-sungguh akan membina hubungan, aku harap kau bisa belajar berperilaku lebih sopan. Jangan sampai kau mempermalukan keluarga Fearbright." Aku menelan ludahku kemudian menganggukan kepalaku pelan. "Hari ini aku rasa cukup sampai di sini, kau sudah tidak punya masalah mengerjakan semua soal hanya saja masih kurang cepat. Jika satu subjek punya soal 50 dengan waktu dua jam, 180 menit maka satu soal harus bisa kau jawab maksimal 3 menit. Lebih bagus lagi kurang dari 3 menit karena kau butuh waktu untuk cek ulang." Kitazawa-sanpun memberi nasehat, aku hanya mengangguk-anggukkan kepala saja. "Besok di jam seperti biasa, ya?" Kitazawa-san bangun dari duduknya lalu merapihkan kembali kemeja kerjanya. "Kita-san, kau akan kembali ke kantor?" tanyaku, "Ya, masih ada laporan yang harus kubereskan." Jawab Kitazawa-san. "Eh? Kitazawa-san kau mau pergi sekarang? Aku baru saja menuangkan teh untukmu." Narufumi yang baru saja kembali ke ruang kerja menatap Kitazawa-san dengan wajah sedih, tentu saja Kitazawa-san kembali duduk. Narufumi menaruh gelas teh untuk Kitazawa-san di depannya dan gelas teh untukku di depanku. "Ah, aku juga menemukan macaroon milik Nagisa-nii." Ujar Narufumi lalu meletakan sepiring macaroon di tengah-tengah meja. "Oi, ini kan punya Nagisa-nii, apa boleh dimakan?" tanyaku, "tenang saja, Nagisa-nii masih punya 49 kotak macaroon di lemari." Narufumi dengan ringan langsung melahap makaron. "Oh, ini enak sekali!" Narufumi mengambil sebuah lagi. "Luca-sama memesan semua kue dan manisan khusus di toko kue Perancis." Kitazawa-san pun mulai melahap kue imut yang warnanya cantik itu. "Luca-nii selalu memberikan hal wah pada Nagisa-nii, sepertinya berbanding dengan Reo-nii yang jarang membawa barang wah kecuali Aki-nii minta sesuatu." Komentar Narufumi lagi, sudah tiga buah macaroon dilahapnya. Kitazawan mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tas kerjanya dan menyodorkan kertas itu ke Narufumi, karena rasa ingin tahuku, aku bergeser menghampiri Narufumi.

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang