♥[TOKIYA]♥
Sudah lewat tiga hari sejak aku diskors, tapi aku sama sekali belum mengatakan apapun pada ibu. Akhirnya setiap hari aku harus pergi ke luar, entah pergi ke taman atau ke perpustakaan kota.
"Haah... Kenapa satu minggu terasa lama begini." Gerutuku. Aku mengipaskan buku di tanganku untuk mendapatkan angin segar di sore hari yang udaranya masih lembab dan panas ini. Matahari mulai terbenam dari ufuk timur, membiarkan cahaya oranye menghiasi seluruh langit sore.
Aku diam termenung sejenak, apa yang dikatakan bocah tengik atau Narufumi itu sedikit mengangguku. Biasanya aku akan mencemooh seseorang bila orang itu mencoba untuk berlagak pahlawan atau bijaksana. Tapi waktu itu, aku tidak mampu mengatakan apapun... Tatapan mata Narufumi saat mengatakan hal itu membuatku terpesona.
Seakan dia tidak mencoba untuk berlagak pahlawan atau bijaksana, melainkan ia benar-benar bermaksud seperti yang sudah ia katakan.
"Aku ingin menjadi kuat supaya aku mampu berdiri dan melindungi orang-orang yang aku cintai..."
"Melindungi orang-orang yang dia cintai, huh...?" sambil menatap ke telapak tanganku, aku mencoba berpikir apa yang sebenarnya dia ingin lakukan. Dia tampak seperti anak dari kalang berkelas.
Semua yang tentang dia begitu sempurna bukan? Caranya bicara, caranya berjalan,... Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat. Wajar saja jika ia mampu bicara seperti itu... dia punya orang-orang yang mencintainya... sedangkan aku...
"Haha... bodoh" aku bangkit dari dudukku dan berjalan menjauh dari bangku taman. Aku memutuskan untuk tidak memikirkan apapun tentang Narufumi lagi. Kembai ke fakta awal bahwa aku tidak mengenalnya dan dia mungkin lebih menyebalkan daripada yang bisa kubayangkan. Aku berjalan sepanjang trotoar, menapaki jalanan yang membawaku kembali pulang.
Kalau aku pulang jam 4 sore begini, ibu pasti tidak akan curiga. Tapi memikirkan masih 3 hari lagi, rasanya benar-benar melelahkan. Hisoya dan Muraki benar-benar busuk! Mereka sama sekali tidak memberi kabar! Akibatnya aku harus menghabiskan waktu seorang diri seperti ini.
Namun saat aku dalam perjalanan pulang aku melihat sosok Narufumi yang membawa beberapa tas belanjaan. Aku menghentikan langkahku dan mengamati Narufumi, lalu memutuskan untuk menghampirinya.
"Oi! Narufumi!" panggilku dengan napas terengah-engah. Narufumi menghentikan langkahnya, berbalik menatapku. "Ichimatsu-senpai?" panggilnya, aku menyeka keringatku dan mengatur napasku.
"Ada apa?" tanya Narufumi. Aku menatap dua tas belanjaan yang ia bawa, lalu mengulurkan tanganku. "Berikan!" seruku, Narufumi menatapku lalu melangkah mundur. "Ichimatsu-senpai, ini untuk makam malam kami sekeluarga," balasnya.
Aku mengerutkan alisku kesal. "Meskipun kau seniorku, tapi aku tidak akan membiarkanmu mengambil bahan makan malam kami." Tambah Narufumi, kini ia juga mengerutkan alisnya kesal. "AKU TIDAK BERMAKSUD MENGAMBIL MAKAN MALAMMU!" balasku, lalu dengan paksa aku menyerbu salah satu tas belanjaan di tangannya dan berjalan mendahului Narufumi.
Ukh.... apa yang kulakukan!! Benar-benar tidak keren sama sekali! Aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan wajahku yang mungkin merah padam karena malu. "Terimakasih, Ichimatsu-senpai." Narufumi membisikkan terimakasih dari belakang hingga aku terkejut dan spontan berbalik menatapnya.
Aku melihat Narufumi tersenyum—itu adalah senyuman paling manis yang pernah ada..."B-Bukan apa-apa! A-Aku tidak bermaksud apa-apa!" balasku, kemudian kembali memalingkan wajahku. Aku hanya ingin membalas kebaikkannya. Narufumi bukan adik kelas dan orang yang menyebalkan, setidaknya dia pernah melakukan hal yang baik untukku. Ini hanya balas budi saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Won't Be Apart [ 3 ]
Teen FictionIchimatsu Tokiya adalah murid kelas 3 SMA Koutemae yang terkenal bodoh, suka membuat onar, bertengkar, sering dihukum, dan pelanggar peraturan sekolah paling banyak. Meskipun begitu ternyata diam-diam Tokiya memendam cinta pada adik kelasnya Narufum...