Don't Want! -24-

12.1K 1.5K 160
                                    

[RYOU]

Aku kembali ke rumah tanpa memberi salam, dengan sembarangan melepaskan sepatuku lalu bergegas naik ke kamar. Dengan kasar aku membuka pintu kamar  dan dengan kasar membanting pintu kamar keras-keras hingga hanger baju yang kugantung di balik pintu jatuh ke lantai.

Aku membanting tas sekolahku ke lantai dan mengumpat kesal. Aku benar-benar marah dengan sikap Luca-nii yang seenaknya saja mencampuri urusanku dan Tokiya-senpai. Dia pikir dia siapa?! Hanya karena dia kakak Reo-nii, dia berhak seenaknya?!

Napasku mulai terat berat dan dadaku mulai terasa sesak, aku berjalan ke kasur lalu membaringkan diri di atas kasur mencoba untuk mengatur napasku sambil menatap ke langit-langit kamar. "Sial...!" umpatku kesal, aku meletakkan tenganku di wajah dan menutupi mataku, air mata mulai membasahi jas sekolah dan dengan jelas aku bisa mendengar isakkanku sendiri.

"Ryou? Kau sudah pulang?" dari luar kamar terdengar suara Aki-nii yang memanggilku, aku cepat-cepat menghapus air mataku dan bangun dari tidurku sebelum meminta Aki-nii masuk. Aki membuka pintu kamarku dan terkejut melihat hanger pakaian yang jatuh ke lantai juga melihat tas sekolahku yang tergeletak di lantai dengan buku catatan dan tempat pensil keluar dari tas.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Aki masih berdiri di ambang pintu. Aku tidak menjawab Aki-nii dan hanya diam sambil menghapus air mataku. Aki mulai memungut hanger di lantai dan kembali menggantungnya di balik pintu, kemudian berjalan menghampiri tasku, memberesi buku catatan dan alat tulis masuk kembali ke dalam tas kemudian menaruh tas itu di atas meja belajar.

"Aki-nii... maaf.." ujarku pelan, aku merasa begitu bersalah saat melihat Aki-nii repot karena sifat kekanak-kanakanku. Aki-nii menghampiri tempat tidurku lalu duduk dan menatapku. "Maaf untuk apa?" tanyanya, aku menatap Aki-nii dan menjawab, "karena tidak memberi salam, membanting pintu dan bersikap menyebalkan." Aki mengulurkan tangannya dan membelai kepalaku lalu tersenyum, "Haha, tidak perlu minta maaf! Jarang-jarang Niisan melihat Ryou yang bersifat sewajarnya seorang adik." Jawab Aki-nii, aku menatap Aki-nii heran, "Kenapa?" tanyaku, Aki-nii berhenti membelai kepalaku dan mulai naik ke tempat tidur, duduk berhadapan denganku. "Niisan juga tidak tahu pasti kenapa, tapi terkadang Niisan bertanya-tanya dalam hati, apa Ryou baik-baik saja, Ryou selalu saja berkorban untuk Niisan, apa Ryou tidak tersiksa.. semacam itu." Jawab Aki-nii lalu tersenyum lemah menatapku. "Aku baik-baik saja..." jawabku pelan, "marah sekali dua kali tidak apa-apa, membanting pintu sekali dua kali tidak apa, tidak memberi salam sekali dua kali tidak apa," lanjut Aki-nii, "tapi yang tidak boleh adalah marah atau sedih terlalu lama, jadi katakan pada Niisan apa yang membuatmu membanting pintu dan menangis?" tanya Aki-nii.

"Luca-nii.." jawabku pelan sambil membuang muka dari Aki-nii.

"Luca-niisama? Ada apa dengan Luca-niisama?"

"Tadi siang dia datang ke sekolah dan mengajak Tokiya-senpai pergi entah kemana." Jawabku tanpa memandang ke arah Aki-nii. "Ryou, mungkinkah kau cemburu pada Luca-niisama?" tanya Aki-nii yang kemudian terkekeh, "Aku tidak!!" seruku kesal, Aki-nii menatapku terkejut. "Maaf..." ujarku lagi. "M-Maafkan Niisan juga... U-um.. kau tahukan Luca-niisama hanya mencintai Nagisa-nii? Kurasa kau tidak perlu cemas Ichimatsu-kun pergi dengan Luca-niisama!" balas Aki-nii, "Aku tahu kalau dalam otak Luca-nii 80% Nagisa-nii sisanya pekerjaan dan hal mesum." Mendengar apa yang aku katakan Aki-nii menatapku terkejut. "Tapi bukan soal itu yang aku khawatirkan..." Aku mulai menundukkan kepala, "Aki-nii, kemarin aku bilang bukan soal Tokiya-senpai yang tidak ingin lanjut ke universitas?" Aki-nii menganggukkan kepalanya. "Luca-nii tidak setuju bukan? Padahal Reo-nii dan Aki-nii sudah setuju."

"Ryou, Niisan minta maaf, tapi sebenarnya setelah Niisan pikirkan baik-baik, Niisan juga kurang setuju."

Aku menatap Aki-nii tidak percaya, "K-kenapa?" tanyaku, aku mulai merasa takut kalau-kalau ternyata semua mengikuti Luca-nii. "Aki-nii kenapa tidak setuju?" tanyaku. "Niisan pikir tidak baik ikut campur—" Aku menatap Aki-nii kecewa. "Ternyata Aki-nii...juga keberatan.." gumamku pelan. "Ryou... Niisan tidak keberatan, Niisan senang sekali kau begitu memperhatikan Ichimatsu-kun tapi ada kalanya kita tidak bisa memaksakan kehendak kita... " ujar Aki-nii lagi, aku tidak lagi berkomentar apa-apa.

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang