Don't Want! -10-

14.9K 1.7K 208
                                    

[TOKIYA]


Aku masih tidak yakin dengan apa yang dikatakan Narufumi. Bagaimanapun orang yang bersamanya malam itu pastilah perempuan! Badannya ramping, dengan jaket berbulu merah muda dan syal biru yang dikenakan sudah pasti itu perempuan!

Aku menendang-nendang ringan kerikil kecil sambil memikirkan apa yang dikatakan Narufumi. Tapi dia tidak terlihat seperti pemuda yang suka berbohong... Hanya saja masih sulit dipercaya orang yang bersamanya itu laki-laki.

"Bukankah bahaya kalau ada laki-laki semanis itu?!" ujarku kesal lalu menendang kerikil yang aku jadikan mainan itu kuat hingga melesat hilang ke semak-semak.

"Baiklah!! Aku akan minta Narufumi memberikan bukti kalau dia benar-benar laki-laki!" ujarku lalu bergegas berlari pulang ke rumah. Namun belum sempat sampai di rumah, langkahku berhenti karena dihadang beberapa siswa SMU lain yang sama sekali tidak aku kenal, namun dari penampilannya mereka sama sepertiku, berandalan.

"Oi, Kau yang bernama Ichimatsu, kan?" tanya salah seorang dari gerombolan 10 orang siswa berandalan itu.

"Hah! Ada perlu apa kalian denganku?" jawabku sambil tersenyum mengejek mereka. Gerombolan berandalan itu mulai melangkah mendekatiku dengan tangan yang dikepalkan.

"Tentu saja untuk membalas dendam" Mereka berlari menyerangku secara bersamaan. Aku berusaha menghindari mereka namun pemuda lain menyerangku dan membantingku jatuh.

"BRENGSEK!!" seruku sambil bergegas bangun, namun mereka tidak memberikanku kesempatan. Dengan keras mereka menendangku dan menginjakku sambil tertawa menghina. Aku menggunakan tanganku untuk melindungi wajahku dari serangan mereka, tapi itu tidak bertahan lama ketika mereka menarikku bangun dan melayangkan tinju ke perutku.

"HAHAHA!! BAJINGAN! CUMA BEGITU SAJA?" teriakku lalu meludah di depan mereka. "JANGAN SOK KAU BAJINGAN!" balas mereka lalu kembali menyerangku. Kali ini aku juga bergerak menyerang mereka, saling melayangkan tinju dan tanpa ampun meninju muka mereka.

"HHOOOORRRRRRAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!" seruku lalu mulai menendang dan memukul mereka seperti orang kesetanan. Badanku tentu saja merasakan sakit , tapi pikiranku begitu ringan hingga aku tidak mampu mengendalikan diri.

Ah—Aku memang tidak pantas diam dan menerima diriku dihajar habis-habisan... AKU YANG SEHARUSNYA MENGHAJAR HABIS MEREKA SEMUA!!

Setelah serangan demi serangan, akhirnya mereka mulai mundur dan melarikan diri. Sambil berteriak "LIHAT SAJA KAU, ICHIMATSU!! AKU AKAN MENGHABISIMU!!"

"MONYET TANPA OTAK!! KALAU BERANI KEMBALI KEMARI! AKAN KU PUKUL PANTAT KALIAN HINGGA BOTAK!!" balasku. Mereka berteriak-teriak tidak jelas setelah mendengar balasanku. Aku menghiraukan mereka dan mengambil tasku yang jatuh di trotoar.

"Brengsek..." gerutu seraya menepuk-nepuk, membersihkan tasku dari pasir dan debu. Aku tidak ingat sejak kapan aku begitu terbiasa dengan berkelahi.

(*)

Aku kembali melanjutkan perjalanan pulangku, sambil mengusap-usap lenganku yang terluka karena para bajingan tadi. Tidak hanya lenganku, tapi mukakupun rasanya sakit dan perih.

"Sialan... kalau sampai berbekas, bisa-bisa aku kena masalah lagi!" gerutuku sambil melangkah pulang. tapi lagi-lagi, langkahku terhenti di depan taman kecil dekat dengan sebuah SMP. Aku melihat 2 orang anak laki-laki yang tengah menunjuk-nunjuk seorang anak laki-laki lainnya.

"Dasar anak yatim piatu!"

"Kasihan sekali tidak punya ayah dan ibu!"

Mereka berseru mengejek secara bergantian. Aku berjalan menghampiri mereka dan menepuk pundak mereka tiba-tiba. Mereka terperanjat kaget lalu berbalik menatapku dengan terkejut.

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang