[RYOU]
Setelah beberapa lama aku menunggu di luar sekolah Sakuragikou, akhirnya bel yang menandakan jam pelajaran terakhir telah berakhirpun terdengar. Aku bangkit berdiri lalu menepuk-nepuk pinggulku untuk membersihkan rumput-rumput kering yang nempel. Satu hal yang menguntungkan bagiku adalah seragam sekolah Sakuragikou yang hampir sama dengan Koutemaekou. Tepatnya kalau almamater Koutemaekou milikku aku lepas, maka tanpa ada masalah aku bisa menjadi murid Sakuragikou. Dasar kemeja seragam dua sekolah ini sama-sama putih-
Aku mengobrak-abrik rambutku dan melepaskan kancing paling atas kemeja seragamku lalu masuk ke halaman sekolah dengan berhati-hati, jujur saja jantungku berdegup sangat kencang saat ini. Salah langkah sedikit saja, aku bisa kena pelanggaran sekolah.
Namun nampaknya Dewi Fortuna sedang memihak padaku, karena saat bertemu dengan siswa Sakuragikou, mereka sama sekali tidak memerhatikanku, tepatnya menganggapku sebagai murid SMA ini. Aku bergegas masuk ke salah satu gedung sekolah terdekat dan cepat-cepat melepaskan sepatuku lalu menggantinya dengan selop sekolahan.
"Hari ini Sanou-san lagi-lagi membolos semua pelajaran."
"Haaah, benar-benar Senpai yang kerjanya membuat onar saja."
"Ah, aku setuju. Kerjaannya berkelahi dan tidur di atap sekolah sampai jam pulang, kalau dia tidak niat sekolah buat apa datang?"
"Sungguh, Senpai yang menyebalkan."
Percakapan beberapa orang siswa Sakuragikou yang tidak sengaja terdengar olehku. Jadi aku tidak salah menyelinap lewat gedung belakang, karena nampaknya orang yang aku cari berada di gedung ini-
"Waah!!" Aku kehilangan keseimbanganku dan jatuh terduduk saat seseorang dari arah berlawanan menabrakku tiba-tiba. "M-Maaf!" ujarnya lalu cepat-cepat mengulurkan tangan untuk menolongku. Aku meraih tangannya dan dengan bantuannya kembali bangun berdiri.
"Maafkan aku! Aku benar-benar tidak sengaja!" ujarnya lalu membungkuk dalam-dalam. "Ah! Tidak, tidak masalah." balasku, seorang siswa yang badannya lebih kecil dariku menatapku lega. "Apa kau terluka?" tanyanya lagi. "Tidak, aku baik-baik saja." jawabku tersenyum untuk menyakinkan dia bahwa aku tidak terluka. "Syukurlah, aku benar-benar minta maaf." ujarnya lagi. "Tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf seperti itu." balasku, siswa yang baru saja menabrakku itu tersenyum canggung kemudian mengedipkan mata beberapa kali menatapku. "Hmm... aku belum pernah melihatmu..?"
Ah! Gawat!
"S-Sungguh?"
"Apa kau murid pindahan?"
"E-Eh? Haha... B-Bukan."
"Hmm... Apa kau murid kelas satu?"
"Eh? Y-Ya?"
"Begitu rupanya! Pantas saja aku tidak pernah melihatmu!" serunya sambil terkekeh geli. "Namaku Hinatsu Shou! Siapa namamu?" tanya Hinatsu. "Namaku Narufumi Ryo-ta." jawabku seraya tertawa kering. "Ryouta! Ada perlu apa di gedung anak kelas tiga?" tanya Hinatsu. Aku cukup kaget pada fakta bahwa Hinatsu anak kelas tiga, meskipun dia sama sekali tidak kelihatan seperti anak kelas tiga.
"Ah, aku mencari Sanou-senpai." jawabku
"Sanou-kun? Ada perlu apa dengan Sanou-kun?" Hinatsu menatapku tajam-tajam, senyuman bak matahari pagi sekejap sirna dan berubah menjadi tatapan sedingin mata serigala yang hendak nerkam mangsanya. "Ada yang ingin kutanyakan pada Sanou-senpai. Hinatsu-senpai, apa kau tahu dimana Sanou-senpai?" aku berganti tanya pada Hinatsu-senpai. Hinatsu-senpai menatapku dari bawah hingga atas, setelah itu tersenyum. "Baiklah! Akan kuantar kau ke Sanou. Tapi sebelum itu aku akan memperingatkanmu, kau tidak akan bisa pulang ke rumah dengan selamat setelah bertemu dengannya." Hinatsu-senpai tersenyum sambil menepuk-nepuk bahuku. "Aku tidak bermaksud pulang sebelum mendapatkan apa yang aku mau." balasku. "Aha...ahahahahahaha!! Menarik sekali!! Ryouta! ikut aku, aku akan mengantarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Won't Be Apart [ 3 ]
Teen FictionIchimatsu Tokiya adalah murid kelas 3 SMA Koutemae yang terkenal bodoh, suka membuat onar, bertengkar, sering dihukum, dan pelanggar peraturan sekolah paling banyak. Meskipun begitu ternyata diam-diam Tokiya memendam cinta pada adik kelasnya Narufum...