♥ [RYOU] ♥
"Sampai jumpa besok!" Teman-teman sekelasku selesai membereskan alat tulis mereka lalu menyapa satu sama lain sebelum pulang meninggalkan sekolah untuk hari ini. Aku membereskan buku catatanku, memasukkan buku itu kembali ke tas dan berjalan keluar dari kelas setelah memastikan tidak ada peralatan yang tertinggal di laci.
"Sudah mau pulang?" tegur seorang siswi yang kebetulan juga sedang berjalan keluar dari kelas. "Ya, hari ini tidak ada rapat" jawabku, lalu berjalan berdampingan dengannya. Beberapa aku melihat ia bergeser mendekat, tapi kemudian memberi jarak lagi.
Sebenarnya aku tidak keberatan jika didekati dengan anak perempuan, tapi aku tidak mengerti kenapa mereka selalu saja menjauh lagi di akhir, atau seperti yang barusan-memberi jarak.
Setelah berjalan cukup lama tanpa pembicaraan, kami tiba di pintu gerbang utama.
"Sampai jumpa besok, Narufumi-kun!" ujarnya dengan senyuman dan melambaikan tangan, lalu berlari kecil. Aku membalas lambaiannya dan menghela napas. "Apa sebaiknya aku menelpon Aki-nii, ya? Siapa tahu dia butuh sesuatu untuk menu makan malam" gumamku seraya mengeluarkan ponsel dari saku celana.
Baru saja aku hendak menelpon Aki-nii, tiga orang siswa dengan wajah garang dan pakaian yang tidak rapi berdiri menghadang jalanku. Aku mengurungkan niat untuk menelpon Aki-nii dan memutuskan untuk menghadapi masalah di depan mata.
Tiga orang siswa itu menatapku dengan tajam, terutama siswa yang berdiri di tengah. Rambutnya dicat kuning seperti orang asing, ia memakai tindik dan banyak pasang gelang. Pakaiannya tidak rapi serta wajahnya memperlihatkan luka yang masih baru.
"Ichimatsu-senpai" panggilku. Aku tidak akan pernah lupa wajah orang yang melemparkan pukulannya tiba-tiba di depan mataku. Jujur saja, akibat pukulannya pipiku sedikit nyeri.
"Oi, bocah tengik brengsek!" panggilnya, atau mungkin serunya sambil memaki?
"Gara-gara kau, sekarang aku dihukum!! Diskors selama satu minggu!!" serunya lagi, kini dengan telunjuk yang diacungkan ke arahku.
"Begitukah? Kalau begitu, saya mohon maaf." Balasku sambil membungkukkan badan, kembali berdiri tegak dan menatap kembali kakak senior yang berdiri di hadapanku.
"Seenaknya saja kau minta maaf!! Kau pikir kami diskors seperti ini karena ulah siapa?!" serunya lagi. Melihat caranya bicara aku yakin dia bukan orang yang pandai. Berurusan dengan orang macam ini hanya akan membuang-buang waktu saja.
"Senpai, bukankah Senpai sendiri penyebab dari hukuman skorsing?" Aku membalas dengan pertanyaan. "Aku dengar bahwa Senpai berkelahi dengan anak kelas dua, lalu dipanggil menghadap guru konseling dan dihukum" tambahku.
Salah seorang dari mereka yang lebih pendek dibandingkan Ichimatsu-senpai, menarik kerah seragam ichimatsu-senpai lalu membisikkan sesuatu. Aku mengamati bagaimana senpai berubah dan beberapa kali mencuri pandang ke arahku.
"Ah... aku ingin segera pulang dan membantu Aki-nii." Ujarku dalam hati. Selesai membisikkan sesuatu Ichimatsu-senpai menatapku tajam sekali lagi. "Jangan banyak bicara! Ini semua salahmu! Kalau kau tidak sok dengan mendatangi kelas senior, aku tidak akan berurusan dengan guru konseling!" ujarnya pasti. Aku ingin tertawa juga ingin memukulnya di wajah. Dia benar-benar dungu-
"Senpai , aku tidak tahu seberapa kesalnya Senpai karena skorsing. Tapi satu hal saja perlu Senpai tahu," aku melangkah maju, menghampiri Ichimatsu-senpai yang sama sekali tidak goyah, berdiri dengan berani di depanku.
"Waktu itu aku datang ke kelas untuk memberikan ini..." ujarku seraya menarik keluar plester dari saku mantel yang kugunakan. Aku menyodorkan plester itu padanya, "Silahkan. Ini untuk luka di mata bawah sebelah kiri, senpai."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Won't Be Apart [ 3 ]
Teen FictionIchimatsu Tokiya adalah murid kelas 3 SMA Koutemae yang terkenal bodoh, suka membuat onar, bertengkar, sering dihukum, dan pelanggar peraturan sekolah paling banyak. Meskipun begitu ternyata diam-diam Tokiya memendam cinta pada adik kelasnya Narufum...