Don't want! -01-

52.1K 2.4K 201
                                    

♥(TOKIYA)♥


"Tokiya!"

Aku berbalik dan melihat gerombolan murid dengan seragam sekolah yang sama berlari mengejarku. "Ou, pagi Hisoya, Muraki" sapaku. "Pagissu!" balas Hisoya. "Berhentilah menambahkan -ssu! Di akhir kalimatmu!" Muraki menendang kaki Hisoya.

"Yo, Tokiya, tumben sekali kau berangkat ke sekolah" tanya Muraki. "Ah, Nenek lampir di rumah menyeretku keluar dari kasur dan mengancamku, TIDAK ADA UANG JAJAN kalau aku tidak berangkat ke sekolah" Muraki dan Hisoya berjalan disampingku dan tertawa.

"Waaahh!! Kejamm!!" seru Hisoya menanggapi ceritaku. "Tapi ibumu melakukan itu demi kebaikanmu!" ujarnya lagi. "Sebenarnya kau memihak siapa?" Aku mengernyitkan alisku menatap Hisoya yang tersenyum konyol.

"Kurasa kau harus rajin-rajin masuk sekolah, sebentar lagi ujian dan kelulusan" Muraki ikut mengomentari. "Aku tahu itu! Kalian berdua cerewet sekali!" elakku. Persetan dengan sekolah, tempat membosankan yang menyita waktu berjam-jam itu sudah cukup memuakkanku. Masa bodoh depan ujian dan kelulusan. Kalau tidak luluspun aku masih bisa mencari kerja. Di dunia ini tidak semua pekerjaan butuh orang-orang jenius!!

"Geh!" Muraki berhenti bersamaan dengan Hisoya. Aku menatap mereka bingung. "Oi, ada apa? Kenapa berhenti tiba-tiba?" tanyaku. "G-Gawat! Komite kedisiplinan sekolah berjaga di gerbang!!" Hisoya buru-buru memasukkan seragamnya ke dalam dan menggunakan ikat pinggangnya dengan benar. Muraki mengambil dasinya keluar dari tas dan mulai memakai dasi itu. "Oi Tokiya! Kau harus melepas tindik telinga mu! Kalau tidak kau bisa kena hukuman bersama Moriyama!!" Moriyama adalah guru piket yang bertugas menghukum siswa yang melanggar ketentuan sekolah.

"HAH! Jangan samakan aku dengan kalian. Siapa anggota kedisplinan yang berani menangkapku atau mencegahku masuk dengan penampilan seperti ini? Akan aku hajar dia sampai mati" Aku memasang wajah garang dan berjalan masuk ke area sekolahan, tentu saja harus melewati para komite kedisplinan yang berjajar rapi.

Mereka tahu siapa aku, Ichimatsu Tokiya, murid kelas tiga Koutemae Koukou yang paling tampan, pemberani dan hah, berandalan. Tidak ada yang akan berani melawanku. Aku tidak takut dengan siapapun, mungkin ibuku seorang itupun karena aku membutuhkan uang saku.

Karena itu aku dengan percaya diri masuk melewati deretan siswa komite sekolah yang mulai berbisik-bisik saat aku lewat. Lihat? Tidak ada yang berani menegurku bukan?! Hahaha!

"Ichimatsu-senpai"

Tawaku berhenti saat aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku menatap seorang siswa yang tingginya sama dengan tinggiku atau mungkin lebih tinggi beberapa senti.

Siapa bocah ini?

"Huh? Apa?" tanyaku dengan geram. Beberapa siswa komite lainnya terkejut dan menatap ku juga siswa yang menegurku.

"Senpai, nama senpai benar Ichimatsu?" tanyanya.

"Huh? Siapa kau? Berani-beraninya menyapa lalu dengan tidak sopan menegurku huh?!"

"Narufumi Ryou, maaf untuk kelancangan saya. Saya anggota baru komite kedisplinan disini. Saya ditugaskan untuk memeriksa kedisplinan para siswa disini" jawabnya.

Narufumi Ryou, katanya?

"Hei, bajingan busuk.. Kau anggota baru huh? Kau masih kelas satu kalau begitu huh?"

"Ya, semester ke-dua"

"Hahaha!! Anak kemarin sore sepertimu berani-beraninya menegurku?! Kau cari masalah huh?"

"Senpai, wajah anda terlalu dekat" ujar Ryou. Aku menatapnya terkejut dan langsung menarik diri darinya. "Huh?!" Ryou mengambil pulpen dari saku baju dan menuliskan sesuatu.

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang