Don't Want! -13-

15.5K 1.7K 226
                                    

[Tokiya]

Aku tidak begitu paham maksud Narufumi, raut wajahnya berubah dingin dan dia tiba-tiba tidak lagi mengatakan apa-apa. Setelah meneguk jus stroberi yang disuguhkan, kami kembali duduk di ruang tamu mansion besar Nagisa-nii.

"Kenapa dia jadi begini dingin?! Apa aku salah bicara?!" pikirku, masih memperhatikan Narufumi yang diam seraya membaca majalah milik tuan rumah.

"O-Oi, Narufumi!" panggilku dengan gugup

"Hm? Ada apa, Senpai?" Narufumi mengalihkan pandangannya dari majalah ke arahku. Jantung berdegup dengan kencang setiap kali dia menatapku langsung tepat di mata. "K-Kuatkanlah dirimu Tokiya! N-Narufumi hanyak bocah kelas satu!" seruku dalam hati.

"Kau kenapa diam saja?! Dari tadi kau memasang raut wajah dingin! Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah?!" tanyaku. Narufumi nampaknya terkejut mendengar apa yang aku katakan. Ia menatap ke majalah di tangannya lalu kembali menatapku setelah itu.

"Tidak, aku tidak marah." jawabnya seraya menutup majalah yang ia baca dan meletakkan kembali majalah itu ke bawah kolong meja kopi. "Lalu kenapa kau diam saja?!" tanyaku sedikit kesal.

"......"

"Hah! Menyebalkan!" seruku dan memalingkan wajah dari Narufumi.

"Senpai?"

"Kau tidak perlu bersikap sok dewasa! Kau kan masih bocah kelas satu! Kenapa bersikap sok keren dan sok dewasa! Menyebalkan! Kalau kau marah, bilang saja! Aku tidak tahu harus bagaimana kalau kau bersikap dingin begitu!" ujarku sambil melirik ke arah Narufumi.

"Jadi di mata Senpai, aku terlihat keren dan dewasa?"

"Eh? Uh... Bodoh! Aku bilang sok! 's-o-k' jangan salah paham!"

"Terimakasih banyak, Senpai. Aku senang mendengarnya." balas Narufumi, raut wajahnya yang dingin kembali ke raut wajah yang tenang seperti sebelumnya. Jujur saja, aku sedikit merasa senang—

"Ichimatsu-senpai sendiri juga keren," ujar Narufumi

"Huh! A-Aku tidak butuh p-pujianmu! Aku tidak senang sama sekali!" balasku. Narufumi tertawa kecil dan menghela napas. Sebenarnya aku begitu senang! N-Narufumi memujiku keren! Setelah berusaha keras, akhirnya aku memang terlihat keren di matanya!

"Maafkan aku, sudah membuat Senpai cemas. Tapi aku tidak marah atau apapun itu." ujar Narufumi, aku menatap Narufumi dan mengerutkan dahiku. "Aku tidak tahu apa yang kau rasakan kalau kau tidak memberitahuku... Aku bukan pemuda yang pandai, jadi aku tidak bisa menbaca suasana hati atau mungkin aku tanpa aku sadari—" kalimatku terhenti, saat wajah Narufumi berada dekat dan semakin dekat dengan wajahku.

"N-Naru...fumi?!"

"Ah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuat senpai merasa bersalah." ujarnya, tangannya mengusap lembut pipiku dan perlahan ia menutup matanya. J-Jantung berdegup sangat kencang, wajahnya begitu dekat hingga napasnya terasa di pori-pori kulit wajahku. Sebentar lagi bibirnya dan bibirku akan menjadi—

"Heh, ternyata kau punya nyali juga mencium kekasihmu di rumah orang."

Aku dan Narufumi tersentak kaget dan bergegas menatap ke sumber suara. Narufumi menarik dirinya dariku lalu mengerutkan dahinya. Aku melihat Nagisa-nii memeluk lengan seorang pria lain.

"Luca-nii, aku kira kau sakit.." ujar Ryou

"Ehehe, Ryou-chan maaf ya! Lu-chan benar-benar nakal! Padahal sedikit lagi Ryou-chan dan Toki-chan berciuman!" ujar Nagisa nii.

Aku tidak mampu mengalihkan pandanganku dari sosok pria yang memergokiku dan Narufumi hampir berciuman.

"Hm? Kenapa kekasihmu tidak berkedip menatapku?" tanya pria yang membuatku kehilangan kata-kata. "Ah! Toki-chan tidak bernapas!" seru Nagisa-nii. "Ichimatsu-senpai?!"

The Love That Won't Be Apart [ 3 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang